Drainase Lapangan Terbang
PERNAKAH Anda
melihat atau mendengar berita tentang pesawat yang mengalami kecelakaan akibat runway
bandara dipenuhi air hujan atau ada genangan air di landasan pacu sehingga
pesawat tergelincir. Mengapa hal itu bisa terjadi ?
Ada
salah satu faktor dari sejumlah faktor lainnya yaitu, masalah drainase lapangan
terbang yang buruk sehingga ada genangan air di landasan pacu. Lalu, bagaimana
drainase lapangan terbang yang baik ?
Bahasan
kita kali ini hanya menyorot lapangan terbang yang landasan pacunya berupa
beton yang biasa didarati pesawat jenis Boeing bukan landasan pacu berupa
rumput, seperti beberapa lapangan terbang di beberapa daerah di Pegunungan
Tengah Papua yang didarati pesawat jenis Twin Otter, Pilatus atau Cessna.
Drainase
lapangan terbang intinya difokuskan pada draibase area runway dan
shoulder, karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka
analisis kapasistas/debit hujan mempergunakan formula drainase muka tanah atau surface
drainage. Kemiringan keadaan melintang untuk runway umumnya lebih kecil
atau sama dengan 1,50 %, kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5
%.
Selanjutnya,
kemiringan kearah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan
0,10 %, angka-angka tersebut merupakan standar atau ketentuan yang ditetapkan
FAA (Federal Aviation Administration) Amerika Serikat. Genangan air di permukaan runway
maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan. Di sekeliling pelabuhan udara
terutama di sekeliling runway dan shoulder, harus ada saluran terbuka untuk
drainase mengalirkan air (interception
ditch) dari sisi luar lapangan terbang.
Kira-kira
seperti itu, syarat-syarat mutlak drainase lapangan terbang yang harus dimilki
suatu bandara, ini dimaksudkan agar hal-hal yang tidak diinginkan seperti
kecelakaan pesawat akibat tergelincir di runway bisa diminimalisir,
sehingga kenyamanan dan keamanan pengguna dan pemakai jasa transportasi
udara dapat terpenuhi.
Drainase Bandara Buruk Air Tergenang
MANOKWARI - Standar Keselamatan penerbangan di Bandar
Udara Rendani Manokwari perlu mendapat perhatian dan pembenahan, pasalnya,
Bandara Rendani masih menyimpan banyak kelemahan terutama dari sisi fasilitas
maupun perlengkapan penunjang keselamatan penerbangan, seperti drainase yang
mengakibatkan bandara tergenang air.Bara ini ternyata belum memiliki sistim drainase yang baik, terbukti, sudah beberapa kali bandara ini terendam air, terakhir Sabtu lalu lalu pasca hujan lebat mengguyur kota Manokwari.
Saat itu, genangan air bahkan sampai memenuhi lendasan pacu (runway). Kondisi runway yang dipenuhi air tentu sangat beresiko terhadap keselamatan penerbangan.
Jalur pendaratan yang licin bisa saja berakibat pesawat tergelicir atau keluar lintasan sehingga menimbulkan kondisi yang lebih fatal.
Akibat kondisi seperti itu, pesawat wings Air rute Ambon- Manokwari yang ikut ditumpangi salah satu wartawan lokal yang seharusnya mendarat pukul 18.05 WIT, terpaksa berputar-putar sekitar 20 menit di udara, sambil menunggu genangan air di run way surut.
Sang pilot bahkan sudah sempat mengumumkan rencana pengalihan pendaratan ke Bandara Biak, jika kondisi bandara Rendani tidak kunjung membaik. “Ini karena kondisi cuaca yang belum bersahabat untuk dilakukan landing serta karena kondisi landasan pacu yang belum aman untuk didarati,”ujar pilot kepada penumpang.
Wingsi Air akhirnya bisa mendarat di Rendani pada sekitar pukul 18.30 WiT meski diwarnai guncangan yang keras. Proses seperti ini mungkin hal biasa dalam dunia penerbangan, tetapi tetap saja menghasirkan kepanikan tingkat tinggi untuk para penumpang.
Setibah di bandara, para penumpang disuguhi pemandangan yang tidak biasa. Hampir semua areal bandara dipenuhi air sehingga kawasan dalam bandara terlihat menyerupai danau.
Kepala bandara Bambang Hartato mengakui sistim drainasi Bandara Rendani belum mampu melewatkan air dalam kapasitas besar apalagi dalam kondisi hujan ekstrim seperti yang terjadi sabtu lalu.
Untuk saluran pembuangan air di Bandara Rendani perlu didesain ulang. Bambang mengungkapkan peningkatan sistim drainase akan dilakukan dalam tahun ini juga.
“Tahun ini sudah diprogramkan untuk memperbaiki sistim drainase Bandara Rendani sehingga mampu menampung debit air yang tinggi manakala terjadi curah hujan yang sangat tinggi dan ekstrim,” tulis Banbang dalam pesan singkat kepada koran ini.
Drainase lapangan sepak bola
Drainase lapangan sepak bola adalah pekerjaan yang memerlukan perhitungan teknis yang
benar, apabila pekerjaan pemasangan atau instalasi drainase tidak memperhitungkan
teknis yang benar maka dipastikan akan tidak dapat berfungsi dengan benar
- Pemasangan pralon jenis Drainase
- Ukuran peralon harus dihitung berdasarkan volume air
yang akan mengalir
- Material pipa yang dipasang harus dikondisikan
sedemikian rupa
- Pipa terminimaize dari kemungkinan sumbatan
- Pipa dipasang dengan kemiringan yang diperhitungkan
secara tepat agar air dapat mengalir dengan baik
Drainase lapangan sepak bola menggunakan jaringan pipa pralon kelas drainase
G-Cans - Kemegahan Drainase Kota Tokyo
Tokyo,
dengan populasi 12,4 juta adalah salah satu kota terbesar di dunia dan masih
terus berkembang. Hal ini tidak hanya dikenal karena memiliki sejumlah besar
penggemar anime dan robot, tetapi juga untuk hujan tahunan dan musim angin
topan yang dapat membanjiri seluruh kota. Oleh sebab itu, ada kebutuhan untuk
membangun sistem drainase bawah tanah secara besar-besaran untuk melawan
masalah. Pada tahun 1992, sebuah rencana yang disebut G-Cans Proyek atau
Metropolitan Area Luar Underground Channel Discharge (sistem drainase)
disetujui dan konstruksi dimulai. Proyek G-Cans selesai pada tahun 2004.
Untuk
menyerap air hujan, kompleks tersebut dilengkapi dengan 59 turbopump. total
kapasitas mereka dari 14 ribu tenaga kuda, mereka dapat berlari lebih cepat
dari 200 ton atas air per detik. Tampaknya ini jelas mungkin dirancang untuk
banjir paling intens. Namun, di daerah ini dalam hujan yang berat jatuh pada
200 milimeter curah hujan, dan kadang-kadang sampai 400 (curah hujan bulanan
untuk Moskow, misalnya, adalah 35 mm). Oleh karena itu, marjin fasilitas
keselamatan ditempatkan besar. Membiarkan semua laut akan bangkit dalam awan
dan jatuh hujan. Desainer harus mempertimbangkan satu set penyimpanan bawah
tanah yang sangat besar untuk ribuan ton air ke atas curah hujan tinggi daerah
bukanlah untuk penyelaman.
Sejak pembukaannya, G-Cans telah mencegah banjir masuk metropolis, tapi "sayangnya" tidak bisa mencegah banyak orang, termasuk selebriti dan pembuat film dari tempat banjir. Hal ini karena proyek G-Cans ini juga dimaksudkan untuk menjadi daya tarik wisata, dan dapat dikunjungi secara gratis dua kali sehari, dari Selasa sampai Jumat. Sayangnya, tur dilakukan hanya dalam bahasa Jepang.
Analisa Sistem Drainase
Universitas Riau
Survei dilakukan di
sepanjang Jalan Prof.Dr.Mukhtar Lutfi yang berada di lingkungan Universitas
Riau.
1. Analisa Saluran Drainase Eksisting
Panjang jalan dari jalan SM.Amin
(gerbang Unri) menuju Rektorat UR sekitar1.4 kilometer, sepanjang
jalan ini telah dibangun saluran drainase yang berguna untuk mengalirkan
limpasan ke waduk. Kondisi eksisting dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
|
Kondisi
Eksisting
|
Di sepanjang saluran ditemukan tanaman yang sudah
tumbuh, ada yang berisi tanah timbunan hasil penggalian dan banyak juga
terdapat beberapa bagian dari saluran drainase yang sudah roboh. Hal ini menunjukkan
bahwa perawatan dan pemeliharaan drainase yang kurang baik. Akan tetapi, di
beberapa bagian drainase tersebut terdapat pula saluran yang terawat dan
terpelihara dengan baik. Di sepanjang saluran drainase Jalan Prof. Dr.Mukhtar
Luthfi ditemukan 3 inlet yang berasal dari Komp.Rusunawa (Rumah Susun
Mahasiswa), Main Stadion, dan Stadion Mini Universitas Riau.
Kondisi drainase yang lebih tinggi dari pada
permukaan jalan kemugkinan besar terjadi karena pembangunan drainase yang tidak
sesuai dengan perencanaan drainase,dimana kondisi eksisting elevasi muka tanah
perencanaan tidak sesuai dengan kondisi eksisting tanah di lapangan. Sehingga,
limpasan air hujan dari badan jalan tidak dapat masuk kesaluran drainase.
Di beberapa tempat drainase terputus, sehingga air
limpasan langsung mengalir ke lahan. Hal ini terlihat digambar berikut :
|
Drainase
terputus
|
Pada umumnya jalan tidak tergenang air di saat
hujan, karena badan jalan lebih tinggi elevasinya dibandingkan dengan lahan
yang terdapat di samping kanan dan kiri jalan. Hal ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
|
Permukaan
Jalan
|
2. Analisa Alur / Pola Aliran Eksisting
Pola aliran air terbagi kedua arah, yang pertama
menuju ke kolam retensi di depan rektorat UNRI dan aliran lainnya menuju ke
drainase Jalan SM Amin.
3. Analisa Pembuangan Akhir Saluran
Drainase
Air buangan dari saluran drainase disalurkan menuju
kolam retensi yang berada di depan gedung rektorat dan kedua parit yang
terbentuk secara alami.
Di sekitar jembatan butterfly tidak ditemukan
saluran drainase, karena air limpasan hujan langsung dialirkan kekolam retensi
yang berada di bawah jembatan butterfly dan yang berada di depan Rektorat.
Ditemukan dua parit besar yang menjadi akhir
pembuangan limpasan air hujan, sehingga di sepanjang jalan
Prof.Dr.MukhtarLutfi, sebagian air dari saluran drainase mengalir ke parit dan
kolam retensi di dekat jembatan butterfly dan satu lagi mengalir kesaluran
drainase Jalan SM Amin.
4. Bangunan Pendukung
Bangunan pendukung yang terdapat di sepanjang
saluran drainase Jalan Prof. Dr. Mukhtar Luthfi adalah Gorong-gorong dan Box
Culvert. Box culvert ditemukan di dua jembatan yang dilintasi parit besar dan
box culvert di jembatan butterfly. Sedangkan gorong-gorong ditemukan di depan
gedung fakultas hukum, sebelum jembatan butterfly, di depan stadion mini, dan
di depan rumah susun mahasiswa UR.
|
Box
Culvert dan Gorong-gorong
|
Sehingga, dengan
adanya Box culvert dan gorong – gorong maka air akan tetap
mengalir walaupun diatasnya terdapat perkerasan jalan.
Perencanaan Saluran Drainase
Langkah–langkah yang perlu dilakukan untuk
merencanakan saluran drainase suatu daerah, antara lain sbb:
1. Data
curah hujan selama beberapa tahun dari stasiun pencatat curah hujan.
2.
Analisa Data:
a.
Screening test
Data yang hilang, klasifikasi data, dan data yang
berada di luar range
b.
Penentuan series data
1. Data maksimum
tahunan (maximum annual series).
2. Data parsial
(partial annual series)
c. Analisa
frekuensi dengan kala ulang 2, 5, 10 tahun dst.
1. Distribusi
Normal
2. Distribusi Log
Normal
3. Distribusi
Gumbel
4. Distribusi Log
Pearson III
d. Ujikecocokan
(Chi-kuadratdan Smirnov-Kolmogorov) Cuadrat Smirnov - Kolmogorov
3. Analisa
intensitas hujan
a. Data
curah hujan jam-jaman
Data curah hujan jam-jaman didapat dari pengukur
hujan otomatis (AWLR),digunakan rumus Talbot (1881), Sherman (1905), Ishiguro
(1953).
b. Data
curah hujan harian
(Mononobe)
4. Koefiesien
Run Off/Limpasan (C)
5. Luas
daerah tangkapan air
6. Waktu
Konsentrasi
Dari hasil pembahasan di atas, maka ada
beberapa saran sebagai berikut:
- Dimensi yang digunakan harus disesuaikan lagi dengan kondisi
pemanfaatan lahan disekitar Jl.Prof.Dr.mokhtar Lutfi, karena banyak
terjadi perubahan fungsi lahan
- Saluran drainase perlu direncanakan lebih rendah dari bahu jalan
sehingga air dari badan jalan dapat mengalir kesaluran drainase. Apabila
tidak memungkinkan dapat dibuat lubang inlet di badan drainase agar air
hujan tidak menumpuk di bahu jalan.
- Saluran drainase yang rusak segera diperbaiki.
- Perlu dilakukan pembersihan dan perawatan drainase secara berkala
agar drainase tidak tersumbat.
Permasalahan
yang timbul karena buruknya pengelolaan sistem drainase
Pengelolaan sistem drainase yang
tidak baik merupakan salah satu sumber kerusakan lingkungan. Sistem drainase
konvensional yang selama ini diterapkan telah menimbulkan berbagai dampak yang
tidak baik, antara lain:
·
Peningkatan debit banjir dan
kelangkaan air tanah: Meningkatnya lapisan kedap air akibat pembangunan kota
menyebabkan limpasan permukaan meningkat dan pengisian air tanah menurun. Air
hujan sebagian besar menjadi limpasan permukaan, sementara yang bmeresap ke
dalam tanah sangat kecil. di lain pihak pengambilan air tanah cendeung
meningkat sehingga terjadi defisit air tanah. Kualitas air buruk: Sistem
drainase konvensional menggunakan sistem tercampur (air hujan dan air limbah)
menyebabkan kualitas air pada badan air penerima, khususnya pada musim kemarau,
buruk. Pada badan air yang digunakan sebagai sumber air baku air minum
mengakibatkan biaya pengolahan air minum menjadi mahal.
·
Kontaminasi air tanah: Tidak semua
komponen sistem drainase dibuat kedap air, sehingga air dalam sistem drainase
dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah, khususnya air tanah
dangkal.
·
Penurunan muka tanah: Defisit air
tanah akibat ketidak seimbangan antara pengisian dan pengambilan air tanah mengakibatkan
terjadinya penurunan muka tanah (land subsidence).
·
Menurunnya estetika dan kesehatan
lingkungan: banyaknya sampah, air limbah masuk ke sistem drainase menimbulkan
pandangan yang kurang baik dan sering menimbulkan bau tidak sedap. Terjadinya
genangan dan saluran yang tidak lancar dapat menjadi sarang nyamuk dan sumber
berbagai penyakit (water borne deseases).
Perhitungan Dimensi Saluran
Dalam perencanaan saluran drainase
ada 4 tahap yang harus dilalui, masing - masing tahap tersebut yaitu; (1) Analisa
Hidrologi, dalam analisa hidrologi ini urutan yang harus dilaksanakan
adalah melakukan persiapan, survey pengumpulan data primer dan sekunder,
Pemilihan dan penyusunan data yang digunakan, melakukan analisa debit rencana,
uji atas analisa yang telah dilakukan, Penentuan debit rencana. (2) Perhitungan
Hidrolika, analisa hidrolika dilakukan untuk menganalisa tipe, dimensi dan
posisi saluran sehubungan dengan pengaliran sejumlah volume air tertentu dalam
waktu tertentu. (3) Parameter Desain Yang Digunakan. (4) Perencanaan
Saluran Samping (Side Ditch), Sistim drainase pada umumnya dan penampang /
bentuk saluran pada khususnya dapat merupakan beberapa alternative / pilihan,
basil akhir desain yang dipilih akan Iangsung dituangkan dalam gambar rencana.
Perhitungan desain dimensi saluran akan dijabarkan sebagai berikut:
Jenis-Jenis Drainase
Land
dan smoothing
Land
grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing (Penghalusan
permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang
berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran
drainase permukaan
Studi
menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan yang
baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan
lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya
pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu.
Untuk
efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti.
ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan
merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan
bantuan peralatan pengukuran tanah
Pada
tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui:
- Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran
acak yang dangkal (shallow random field drains)
- Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral
outlet ditch
- Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main
Outlet ditch)
Outlet
ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm lebih dalam dari
saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall
: jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat
pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus dibuat
pintu air, drop spillway atau pipa
Drainase
acak (Random Field Drains)
Di
bawah ini merupakan gambar yang menunjukan pengelolaan untuk mengatasi masalah
cekungan dan lubang – lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari
saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan
biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor
pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi
yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah
karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran,
disebarkan pada bagian cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk mengurangi
kedalaman saluran drainase.
Drainase
Paralel (Parallel Field Drains)
Drainase
ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 1% –
2 %, system saluran drainase parallel bisa digunakan. System
drainase ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara
parallel, kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari
panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut,
jarak dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan
saluran drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200
meter). Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat
cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap
saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang
dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land
grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak
antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena
jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang
lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar
bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari
200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan
smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang
curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan
bangunan pengambilan dan pompa, bangunan pintu air berfungsi untuk mengalirkan
air drainase pada musim hujan.
Pada
daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2
saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian
saluran diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan
yang diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.
Drainase
Mole
Drainase
mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya
tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup
dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang
dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman
dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang
gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang
Tidak
semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan memerlukan irigasi.
Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian dimana terdapat satu
atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :
- Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
tanaman akan air.
- Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara
baik sepanjang tahun.
- Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas hasil pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi secara layak
dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun sosial.
Drainase Memanjang
Permukaan jalan harus
dibuat dengan kemiringan melintang yang cukup untuk membuang air hujan
secepatnya, dan permukaan jalan harus berada di atas permukaan air tanah
setempat.
Bangunan drainase memanjang :
1.
Parit/selokan (ditch)
2.
Talang (gutters)
3.
Saluran menikung keluar (turnouts)
4.
Saluran curam (chutes)
5.
Parit intersepsi (intercepting ditch)
Parit Saluran
Curam
Drainase Melintang
Tipe drainase melintang :
1.
Fords
2.
Drifts
3.
Gorong-gorong (culvert)
4.
Jembatan
Fords
Gorong-gorong
Drainase Lahan Pertanian
Drainase lahan pertanian merupakan hal yang
penting kearah pengembangan pertanian berkelanjutan, terutama kondisi iklim
Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musinm kemarau. Disini
pengolahan air merupakan kunci utama keberhasilan pengembangan pertanian
berkelanjutan.
Salah satu cara untuk mengolah air agar dapat dimanfaatkan ketika
musim hujan dan musim kemarau dengan menggunakan teknik drainase bawah
permukaan dengan sistem pipa. Untuk teknik ini harus ditentukan spasing dan
kedalaman lateral yang merupakan faktor utama dalam pengendalian muka iar
tanah; diameter dan kemiringan pipa lateral dan kolektor; dan tata letak
lateral dan kolektor, harus disesuaikan dengan kondisi topografi.
Masalah yang sering terjadi pada pipa drainase adalah penyumbatan
fisik, penyumbatan organik dan biologi, penggerusan mineral atau kimiawi dan
penyumbatan pada outlet dan muka air di manhole.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar