Minggu, 06 Maret 2016

bandara

Drainase Lapangan Terbang

PERNAKAH Anda melihat atau mendengar berita tentang pesawat yang mengalami kecelakaan akibat runway bandara dipenuhi air hujan atau ada genangan air di landasan pacu sehingga pesawat tergelincir. Mengapa hal itu bisa terjadi ?
Ada salah satu faktor dari sejumlah faktor lainnya yaitu, masalah drainase lapangan terbang yang buruk sehingga ada genangan air di landasan pacu. Lalu, bagaimana drainase lapangan terbang yang baik ?


Bahasan kita kali ini hanya menyorot lapangan terbang yang landasan pacunya berupa beton yang biasa didarati pesawat jenis Boeing bukan landasan pacu berupa rumput, seperti beberapa lapangan terbang di beberapa daerah di Pegunungan Tengah Papua yang didarati pesawat jenis Twin Otter, Pilatus atau Cessna.
Drainase lapangan terbang intinya difokuskan pada draibase area runway dan shoulder, karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi, maka analisis kapasistas/debit hujan mempergunakan formula drainase muka tanah atau surface drainage. Kemiringan keadaan melintang untuk runway umumnya lebih kecil atau sama dengan 1,50 %, kemiringan shoulder ditentukan antara 2,50 % sampai 5 %.
Selanjutnya, kemiringan kearah memanjang ditentukan sebesar lebih kecil atau sama dengan 0,10 %, angka-angka tersebut merupakan standar atau ketentuan yang ditetapkan FAA (Federal Aviation Administration) Amerika Serikat. Genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera dialirkan. Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan shoulder, harus ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (interception ditch) dari sisi luar lapangan terbang.
Kira-kira seperti itu, syarat-syarat mutlak drainase lapangan terbang yang harus dimilki suatu bandara, ini dimaksudkan agar hal-hal yang tidak diinginkan  seperti kecelakaan pesawat akibat tergelincir di runway bisa diminimalisir,  sehingga kenyamanan dan keamanan pengguna dan pemakai jasa transportasi udara dapat terpenuhi.








Drainase Bandara Buruk Air Tergenang

MANOKWARI -  Standar Keselamatan penerbangan di Bandar Udara Rendani Manokwari perlu mendapat perhatian dan pembenahan, pasalnya, Bandara Rendani masih menyimpan banyak kelemahan terutama dari sisi fasilitas maupun perlengkapan penunjang keselamatan penerbangan, seperti drainase yang mengakibatkan bandara tergenang air.
Bara ini ternyata belum memiliki sistim drainase yang baik,  terbukti, sudah beberapa kali bandara ini terendam air, terakhir Sabtu lalu lalu pasca hujan lebat mengguyur kota Manokwari.
Saat itu, genangan air bahkan sampai memenuhi lendasan pacu (runway). Kondisi runway yang dipenuhi air tentu sangat beresiko terhadap keselamatan penerbangan.
Jalur pendaratan yang licin bisa saja berakibat pesawat tergelicir atau keluar lintasan sehingga menimbulkan kondisi yang lebih fatal.
Akibat kondisi seperti itu, pesawat wings Air rute Ambon- Manokwari yang ikut ditumpangi salah satu wartawan lokal yang seharusnya mendarat pukul 18.05 WIT, terpaksa berputar-putar sekitar 20 menit di udara, sambil menunggu genangan air di run way surut.
Sang pilot bahkan sudah sempat mengumumkan rencana pengalihan pendaratan ke Bandara Biak, jika kondisi bandara Rendani tidak kunjung membaik. “Ini karena kondisi cuaca yang belum bersahabat untuk dilakukan landing serta karena kondisi landasan pacu yang belum aman untuk didarati,”ujar pilot kepada penumpang.
Wingsi Air akhirnya bisa mendarat di Rendani pada sekitar pukul 18.30 WiT meski diwarnai guncangan yang keras. Proses seperti ini mungkin hal biasa dalam dunia penerbangan, tetapi tetap saja menghasirkan kepanikan tingkat tinggi untuk para penumpang.
Setibah di bandara, para penumpang disuguhi pemandangan yang tidak biasa. Hampir semua areal bandara dipenuhi air sehingga kawasan dalam bandara terlihat menyerupai danau.
Kepala bandara Bambang Hartato mengakui sistim drainasi Bandara Rendani belum mampu melewatkan air dalam kapasitas besar apalagi dalam kondisi hujan ekstrim seperti yang terjadi sabtu lalu.
Untuk saluran pembuangan air di Bandara Rendani perlu didesain ulang. Bambang mengungkapkan peningkatan sistim drainase akan dilakukan dalam tahun ini juga.
 “Tahun ini sudah diprogramkan untuk memperbaiki sistim drainase Bandara Rendani sehingga mampu menampung debit air yang tinggi manakala terjadi curah hujan yang sangat tinggi dan ekstrim,” tulis Banbang dalam pesan singkat kepada koran ini.

 

 

 

 

 

 

 

Drainase lapangan sepak bola

Drainase lapangan sepak bola adalah pekerjaan yang memerlukan perhitungan teknis yang benar, apabila pekerjaan pemasangan atau instalasi drainase tidak memperhitungkan teknis yang benar maka dipastikan akan tidak dapat berfungsi dengan benar

Adalah hal hal yang berkaitan dengan
Drainase lapangan sepak bola yang baik adalah:
  • Pemasangan pralon jenis Drainase 
  • Ukuran peralon harus dihitung berdasarkan volume air yang akan mengalir
  • Material pipa yang dipasang harus dikondisikan sedemikian rupa
  • Pipa terminimaize dari kemungkinan sumbatan
  • Pipa dipasang dengan kemiringan yang diperhitungkan secara tepat agar air dapat mengalir dengan baik
Drainase lapangan sepak bola menggunakan jaringan pipa pralon kelas drainase









G-Cans - Kemegahan Drainase Kota Tokyo
Tokyo, dengan populasi 12,4 juta adalah salah satu kota terbesar di dunia dan masih terus berkembang. Hal ini tidak hanya dikenal karena memiliki sejumlah besar penggemar anime dan robot, tetapi juga untuk hujan tahunan dan musim angin topan yang dapat membanjiri seluruh kota. Oleh sebab itu, ada kebutuhan untuk membangun sistem drainase bawah tanah secara besar-besaran untuk melawan masalah. Pada tahun 1992, sebuah rencana yang disebut G-Cans Proyek atau Metropolitan Area Luar Underground Channel Discharge (sistem drainase) disetujui dan konstruksi dimulai. Proyek G-Cans selesai pada tahun 2004.


  

Untuk menyerap air hujan, kompleks tersebut dilengkapi dengan 59 turbopump. total kapasitas mereka dari 14 ribu tenaga kuda, mereka dapat berlari lebih cepat dari 200 ton atas air per detik. Tampaknya ini jelas mungkin dirancang untuk banjir paling intens. Namun, di daerah ini dalam hujan yang berat jatuh pada 200 milimeter curah hujan, dan kadang-kadang sampai 400 (curah hujan bulanan untuk Moskow, misalnya, adalah 35 mm). Oleh karena itu, marjin fasilitas keselamatan ditempatkan besar. Membiarkan semua laut akan bangkit dalam awan dan jatuh hujan. Desainer harus mempertimbangkan satu set penyimpanan bawah tanah yang sangat besar untuk ribuan ton air ke atas curah hujan tinggi daerah bukanlah untuk penyelaman.








Sejak pembukaannya, G-Cans telah mencegah banjir masuk metropolis, tapi "sayangnya" tidak bisa mencegah banyak orang, termasuk selebriti dan pembuat film dari tempat banjir. Hal ini karena proyek G-Cans ini juga dimaksudkan untuk menjadi daya tarik wisata, dan dapat dikunjungi secara gratis dua kali sehari, dari Selasa sampai Jumat. Sayangnya, tur dilakukan hanya dalam bahasa Jepang.


Analisa Sistem Drainase Universitas Riau


Survei dilakukan di sepanjang Jalan Prof.Dr.Mukhtar Lutfi yang berada di lingkungan Universitas Riau

Peta Lokasi Survey


1. Analisa Saluran Drainase Eksisting

Panjang jalan dari jalan SM.Amin (gerbang Unri) menuju Rektorat UR sekitar1.4 kilometer,  sepanjang  jalan ini telah dibangun saluran drainase yang berguna untuk mengalirkan limpasan  ke waduk. Kondisi eksisting dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Kondisi Eksisting

Di sepanjang saluran ditemukan tanaman yang sudah tumbuh, ada yang berisi tanah timbunan hasil penggalian dan banyak juga terdapat beberapa bagian dari saluran drainase yang sudah roboh. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan dan pemeliharaan drainase yang kurang baik. Akan tetapi, di beberapa bagian drainase tersebut terdapat pula saluran yang terawat dan terpelihara dengan baik. Di sepanjang saluran drainase Jalan Prof. Dr.Mukhtar Luthfi ditemukan 3 inlet yang berasal dari  Komp.Rusunawa (Rumah Susun Mahasiswa), Main Stadion, dan Stadion Mini Universitas Riau.

Kondisi drainase yang lebih tinggi dari pada permukaan jalan kemugkinan besar terjadi karena pembangunan drainase yang tidak sesuai dengan perencanaan drainase,dimana kondisi eksisting elevasi muka tanah perencanaan tidak sesuai dengan kondisi eksisting tanah di lapangan. Sehingga, limpasan air hujan dari badan jalan tidak dapat masuk kesaluran drainase.

Di beberapa tempat drainase terputus, sehingga air limpasan langsung mengalir ke lahan. Hal ini terlihat digambar berikut :


Drainase terputus

Pada umumnya jalan tidak tergenang air di saat hujan, karena badan jalan lebih tinggi elevasinya dibandingkan dengan lahan yang terdapat di samping kanan dan kiri jalan. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Permukaan Jalan

2. Analisa Alur / Pola Aliran Eksisting
Pola aliran air terbagi kedua arah, yang pertama menuju ke kolam retensi di depan rektorat UNRI dan aliran lainnya menuju ke drainase Jalan SM Amin.

3. Analisa Pembuangan Akhir Saluran Drainase
Air buangan dari saluran drainase disalurkan menuju kolam retensi yang  berada di depan gedung rektorat dan kedua parit yang terbentuk secara alami. 
Di sekitar jembatan butterfly tidak ditemukan saluran drainase, karena air limpasan hujan langsung dialirkan kekolam retensi yang berada di bawah jembatan butterfly dan yang berada di depan Rektorat.
Ditemukan dua parit besar yang menjadi akhir pembuangan limpasan air hujan, sehingga di sepanjang jalan Prof.Dr.MukhtarLutfi, sebagian air dari saluran drainase mengalir ke parit dan kolam retensi di dekat jembatan butterfly dan satu lagi mengalir kesaluran drainase Jalan SM Amin.

4. Bangunan Pendukung
Bangunan pendukung yang terdapat di sepanjang saluran drainase Jalan Prof. Dr. Mukhtar Luthfi adalah Gorong-gorong dan Box Culvert. Box culvert ditemukan di dua jembatan yang dilintasi parit besar dan box culvert di jembatan butterfly. Sedangkan gorong-gorong ditemukan di depan gedung fakultas hukum, sebelum jembatan butterfly, di depan stadion mini, dan di depan rumah susun mahasiswa UR.

Box Culvert dan Gorong-gorong

Sehingga, dengan adanya Box culvert dan gorong – gorong maka air akan tetap mengalir walaupun diatasnya terdapat perkerasan jalan.

     Perencanaan Saluran Drainase
Langkah–langkah yang perlu dilakukan untuk merencanakan saluran drainase suatu daerah, antara lain sbb:
1.     Data curah hujan selama beberapa tahun dari stasiun pencatat curah hujan.
2.     Analisa Data:
a.   Screening test
Data yang hilang, klasifikasi data, dan data yang berada di luar range
b.   Penentuan series data
1. Data maksimum tahunan (maximum annual series).
2. Data parsial (partial annual series)
c.   Analisa frekuensi dengan kala ulang 2, 5, 10 tahun dst.
1. Distribusi Normal
2. Distribusi Log Normal
3. Distribusi Gumbel
4. Distribusi Log Pearson III           
d.  Ujikecocokan (Chi-kuadratdan Smirnov-Kolmogorov) Cuadrat Smirnov - Kolmogorov
3.  Analisa intensitas hujan
a.  Data curah hujan jam-jaman
Data curah hujan jam-jaman didapat dari pengukur hujan otomatis (AWLR),digunakan rumus Talbot (1881), Sherman (1905), Ishiguro (1953).
b.  Data curah hujan harian (Mononobe)            
4.  Koefiesien Run Off/Limpasan (C)
5.  Luas daerah tangkapan air
6.  Waktu Konsentrasi

Dari hasil pembahasan di atas,  maka ada beberapa saran sebagai berikut:
  • Dimensi yang digunakan harus disesuaikan lagi dengan kondisi pemanfaatan lahan disekitar Jl.Prof.Dr.mokhtar Lutfi, karena banyak terjadi perubahan fungsi lahan
  • Saluran drainase perlu direncanakan lebih rendah dari bahu jalan sehingga air dari badan jalan dapat mengalir kesaluran drainase. Apabila tidak memungkinkan dapat dibuat lubang inlet di badan drainase agar air hujan tidak menumpuk di bahu jalan.
  • Saluran drainase yang rusak segera diperbaiki.
  • Perlu dilakukan pembersihan dan perawatan drainase secara berkala agar drainase tidak tersumbat.



















Permasalahan yang timbul karena buruknya pengelolaan sistem drainase

Pengelolaan sistem drainase yang tidak baik merupakan salah satu sumber kerusakan lingkungan. Sistem drainase konvensional yang selama ini diterapkan telah menimbulkan berbagai dampak yang tidak baik, antara lain:
·         Peningkatan debit banjir dan kelangkaan air tanah: Meningkatnya lapisan kedap air akibat pembangunan kota menyebabkan limpasan permukaan meningkat dan pengisian air tanah menurun. Air hujan sebagian besar menjadi limpasan permukaan, sementara yang bmeresap ke dalam tanah sangat kecil. di lain pihak pengambilan air tanah cendeung meningkat sehingga terjadi defisit air tanah. Kualitas air buruk: Sistem drainase konvensional menggunakan sistem tercampur (air hujan dan air limbah) menyebabkan kualitas air pada badan air penerima, khususnya pada musim kemarau, buruk. Pada badan air yang digunakan sebagai sumber air baku air minum mengakibatkan biaya pengolahan air minum menjadi mahal.
·         Kontaminasi air tanah: Tidak semua komponen sistem drainase dibuat kedap air, sehingga air dalam sistem drainase dapat meresap ke dalam tanah dan mencemari air tanah, khususnya air tanah dangkal.
·         Penurunan muka tanah: Defisit air tanah akibat ketidak seimbangan antara pengisian dan pengambilan air tanah mengakibatkan terjadinya penurunan muka tanah (land subsidence).
·         Menurunnya estetika dan kesehatan lingkungan: banyaknya sampah, air limbah masuk ke sistem drainase menimbulkan pandangan yang kurang baik dan sering menimbulkan bau tidak sedap. Terjadinya genangan dan saluran yang tidak lancar dapat menjadi sarang nyamuk dan sumber berbagai penyakit (water borne deseases).











Perhitungan Dimensi Saluran
Dalam perencanaan saluran drainase ada 4 tahap yang harus dilalui, masing - masing tahap tersebut yaitu; (1) Analisa Hidrologi, dalam analisa hidrologi ini urutan yang harus dilaksanakan adalah melakukan persiapan, survey pengumpulan data primer dan sekunder, Pemilihan dan penyusunan data yang digunakan, melakukan analisa debit rencana, uji atas analisa yang telah dilakukan, Penentuan debit rencana. (2) Perhitungan Hidrolika, analisa hidrolika dilakukan untuk menganalisa tipe, dimensi dan posisi saluran sehubungan dengan pengaliran sejumlah volume air tertentu dalam waktu tertentu. (3) Parameter Desain Yang Digunakan. (4) Perencanaan Saluran Samping (Side Ditch), Sistim drainase pada umumnya dan penampang / bentuk saluran pada khususnya dapat merupakan beberapa alternative / pilihan, basil akhir desain yang dipilih akan Iangsung dituangkan dalam gambar rencana.


Perhitungan desain dimensi saluran akan dijabarkan sebagai berikut:






Jenis-Jenis Drainase

Land dan smoothing
Land grading (mengatur tahap kemiringan lahan) dan Land smoothing (Penghalusan permukaan lahan) diperlukan pada areal lahan untuk menjamin kemiringan yang berkelanjutan secara sistematis yang dibutuhkan untuk penerapan saluran drainase permukaan
Studi menunjukan bahwa pada lahan dengan pengaturan saluran drainase permukaan yang baik akan meningkatkan jarak drainase pipa sampai 50%, dibandingkan dengan lahan yang kelebihan air dibuang dengan drainase pipa tanpa dilakukan upaya pengaturan saluran drainase permukaan terlebih dahulu.
Untuk efektifitas yang tinggi, pekerjaan land grading harus dilakukan secara teliti. ketidakseragaman dalam pengolahan lahan dan areal yang memiliki cekungan merupakan tempat aliran permukaan (runoff) berkumpul, harus dihilangkan dengan bantuan peralatan pengukuran tanah
Pada tanah cekungan, air yang tak berguna dialirkan secara sistematis melalui:
  • Saluran/parit (terbuka) yang disebut sebagai saluran acak yang dangkal (shallow random field drains)
  • Dari shallow random field ditch air di alirkan lateral outlet ditch
  • Selanjutnya diteruskan kesaluran pembuangan utama (Main Outlet ditch)
Outlet ditch: umumnya saluran pembuangan lateral dibuat 15 – 30 cm lebih dalam dari saluran pembuangan acak dangkal.
Overfall : jatuh air dari saluran pembuangan lateral ke saluran pembuangan utama dibuat pada tingkat yang tidak menimbulkan erosi, bila tidak memungkinkan harus dibuat pintu air, drop spillway atau pipa
Drainase acak (Random Field Drains)
Di bawah ini merupakan gambar yang menunjukan pengelolaan untuk mengatasi masalah cekungan dan lubang – lubang tempat berkumpulnya air. Lokasi dan arah dari saluran drainase disesuaikan dengan kondisi tofografi lahan. Kemiringan lahan biasanya diusahakan sedatar mungkin, hal ini untuk memudahkan peralatan traktor pengolah tanah dapat beroperasi tanpa merusak saluran yang telah dibuat. Erosi yang terjadi pada kondisi lahan seperti diatas, biasanya tidak menjadi masalah karena kemiringan yang relatif datar. Tanah bekas penggalian saluran, disebarkan pada bagian cekungan atau lubang – lubang tanah, untuk mengurangi kedalaman saluran drainase.
Drainase Paralel (Parallel Field Drains)
Drainase ini digunakan pada tanah yang relative datar dengan kemiringan kurang dari 1% – 2 %, system saluran drainase parallel bisa  digunakan. System  drainase ini dikenal sebagai system bedengan. Saluran drainase dibuat secara parallel, kadang kala jarak antara saluran tidak sama. Hal ini tergantung dari panjang dari barisan saluran drainase untuk jenis tanah pada lahan tersebut, jarak dan jumlah dari tanah yang harus dipindahkan dalam pembuatan barisan saluran drainase, dan panjang maksimum kemiringan lahan terhadap saluran (200 meter). Keuntungan dari system saluran drainase parallel, pada lahan terdapat cukup banyak saluran drainase. Tanaman dilahan dalam alur, tegak lurus terhadap saluran drainase paralel. Jumlah populasi tanaman pada lahan akan berkurang dikarenakan adanya saluran paralel. Sehingga bila dibandingkan dengan land grading dan smoothing, hasil produksi akan lebih sedikit. Penambahan jarak antara saluran paralel, akan menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar menimbulkan kerugian pada sistem bedding, karena jarak yang lebar membutuhkan saluran drainase yang lebih besar dan dalam. Bila lebar bedding 400 m, maka aliran akan dibagi dua agar lebar bedding tidak lebih dari 200 m. Pada bedding yang lebar, harus dibarengi dengan land grading dan smoothing. Pada tanah gambut, saluran drainase paralel dengan side slope yang curam digunakan adalah 1 meter. Pada daerah ini biasa dilengkapi dengan bangunan pengambilan dan pompa, bangunan  pintu air berfungsi untuk mengalirkan air drainase pada musim hujan.
Pada daerah dataran tertentu ditemukan sistem khusus dari jarak saluran paralel, 2 saluran diletakkan secara paralel dengan jarak 5-15 meeter. Tanah galian saluran diletakkan diantara kedua saluran tersebut, dimanfaatkan sebagai jalan yang diperlukan pada saat pemeliharaan saluran.
Drainase Mole
Drainase mole biasa disebut dengan lubang tikus berupa saluran bulat yang konstruksinya tanpa dilindungi sama sekali, pembuatannya tanpa harus menggali tanah, cukup dengan menarik (dengan traktor) bantukan baja bulat yang disebut mol yang dipasang pada alat seperti bajak dilapisan tanah subsoil pada kedalaman dangkal. Pada bagian belakang alat mole biasanya disertakan alat expander yang gunanya untuk memperbesar dan memperkuat bentuk lubang
Tidak semua daerah terdapat usaha-usaha pertanian atau perkebunan memerlukan irigasi. Irigasi biasanya diperlukan pada daerah-daerah pertanian dimana terdapat satu atau kombinasi dari keadaan-keadaan berikut :
  • Curah hujan total tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan air.
  • Meskipun hujan cukup, tetapi tidak terdistribusi secara baik sepanjang tahun.
  • Terdapat keperluan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian yang dapat dicapai melalui irigasi secara layak dilaksanakan baik ditinjau dari segi teknis, ekonomis maupun sosial.





Drainase Memanjang
Permukaan jalan harus dibuat dengan kemiringan melintang yang cukup untuk membuang air hujan secepatnya, dan permukaan jalan harus berada di atas permukaan air tanah setempat.
Bangunan drainase memanjang :
1.                  Parit/selokan (ditch)
2.                  Talang (gutters)
3.                  Saluran menikung keluar (turnouts)
4.                  Saluran curam (chutes)
5.                  Parit intersepsi (intercepting ditch)
                           
Parit                                                                             Saluran Curam
Drainase Melintang
Tipe drainase melintang :
1.      Fords
2.      Drifts
3.      Gorong-gorong (culvert)
4.      Jembatan
Fords


Gorong-gorong


Drainase Lahan Pertanian
Drainase lahan pertanian merupakan hal yang penting kearah pengembangan pertanian berkelanjutan, terutama kondisi iklim Indonesia yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musinm kemarau. Disini pengolahan air merupakan kunci utama keberhasilan pengembangan pertanian berkelanjutan.
Salah satu cara untuk mengolah air agar dapat dimanfaatkan ketika musim hujan dan musim kemarau dengan menggunakan teknik drainase bawah permukaan dengan sistem pipa. Untuk teknik ini harus ditentukan spasing dan kedalaman lateral yang merupakan faktor utama dalam pengendalian muka iar tanah; diameter dan kemiringan pipa lateral dan kolektor; dan tata letak lateral dan kolektor, harus disesuaikan dengan kondisi topografi.
Masalah yang sering terjadi pada pipa drainase adalah penyumbatan fisik, penyumbatan organik dan biologi, penggerusan mineral atau kimiawi dan penyumbatan pada outlet dan muka air di manhole.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar