Minggu, 06 Maret 2016

mukadimah

بسم الله الرحمن الرحيم
Sambutan Pembukaan

Segala puji hanya milik Allah. Shalawat dan salam, semoga senantiasa tetap dilimpahkan kepada Rasulullah saw.; keluarga dan para Sahabat Beliau serta siapa saja yang mengikutinya.

Saudara-saudara, Hadirin yang Mulia:
Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

Sesungguhnya Allah SWT telah melebihkan manusia atas kebanyakan makhluk yang telah Dia ciptakan. Allah berfirman:

] óOßg»uZù=žÒsùur 4n?tã 9ŽÏVŸ2 ô`£JÏiB $oYø)n=yz WxŠÅÒøÿs? [

Kami benar-benar telah melebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al-Isra’ [17]: 70).

Allah SWT telah memberi manusia kelebihan berupa akal dan aktivitas berpikir. Dengan itu manusia bisa menyikapi berbagai peristiwa besar yang terjadi, peristiwa baik dan buruk. Dengan itu pula manusia bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi. Kemudian dia hilangkan sisi buruk peristiwa tersebut, dan menjernihkan sisi baiknya. Dia tidak akan melewati peristiwa demi peristiwa begitu saja dengan sia-sia seolah-olah peristiwa itu tidak pernah terjadi.
Sesungguhnya Allah SWT telah mengistimewakan sejumlah tempat dan waktu, yang menyebabkan berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya layak untuk disikapi melebihi terjadinya peristiwa yang sama, di tempat-tempat dan waktu-waktu yang berbeda.
Kezaliman, misalnya, adalah perbuatan haram dan dosa, jika terjadi di manapun. Namun, jika terjadi di Baitul Haram, maka kezaliman itu keharaman dan dosanya tentu lebih besar. Allah berfirman:

] `tBur ÷ŠÌãƒ ÏmŠÏù ¥Š$ysø9Î*Î/ 5Où=ÝàÎ/ çmø%ÉœR ô`ÏB A>#xtã 5OŠÏ9r& [

Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zalim, niscaya akan Kami timpakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih. (QS. Al-Hajj [22]: 25).

Sepanjang zaman, kezaliman juga haram dan dosa. Namun, jika kezaliman itu terjadi pada bulan-bulan haram (suci), maka keharaman dan dosanya lebih besar:

] Ÿxsù (#qßJÎ=ôàs? £`ÍkŽÏù öNà6|¡àÿRr& 4 [

Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu pada bulan yang empat itu.. (QS at-Taubah [9]: 36).

Demikianlah, sesungguhnya berbagai peristiwa yang terjadi pada bulan-bulan haram (suci) itu, baik ataupun buruk, layak disikapi melebihi penyikapan terhadap peristiwa yang sama jika terjadi pada bulan-bulan lainnya.
Pada hari ini, Anda semua sedang berkumpul di salah satu bulan suci, yakni bulan Rajab yang tiada duanya; bulan Rajab yang terpuji; bulan yang telah diagungkan dan disucikan oleh Allah. Karena itu, Rasulullah saw. dan para Sahabat pun mengagungkan dan menyucikan bulan ini. Dalam hal ini, saya ingin mengingatkan Anda semua akan tiga peristiwa penting di antara sekian peristiwa yang ada. Dengan begitu, kita bisa menyikapinya; merenungkannya sejenak, kemudian mengambil hikmah dan pelajaran darinya. Dengan cara seperti itu, melalui kebaikan peristiwa-peristiwanya, kita bisa semakin menjernihkan kebaikannya, sekaligus merealisasikan hal yang sama. Dengan itu pula, melalui keburukan peristiwa-peristiwanya, kita bertekad untuk mencegah keburukannya, sekaligus menjauhi hal yang sama. Artinya, kita menyikapi peristiwa-peristiwa tersebut sekaligus merenungkannya demi satu upaya, sesuai dengan apa yang memang dituntut oleh peristiwa-peristiwa tersebut. Dalam hal ini, kami tidak ingin mengulangi sekali lagi pembacaan atas berbagai peristiwa, seolah seperti kita sedang membaca kisah sekadar untuk menghilangkan kesepian, sekaligus mengisi waktu luang tanpa ada suatu perenungan, pelajaran maupun aksi nyata sama sekali.
Peristiwa pertama yang ingin saya ingatkan kepada Anda semua adalah Peristiwa Isra' Mikraj. Peristiwa ini menurut pendapat yang paling masyhur terjadi pada pada tanggal 27 Rajab. Peristiwa Isra' Mikraj ini sesungguhnya terjadi setelah Ummul Mukminin Khadijah ra. wafat, disusul kemudian oleh Abu Thalib., setelah itu penderitaan Rasulullah saw. dan para Sahabat Beliau—semoga Allah meridhai mereka--- pun semakin meningkat; sementara masyarakat Makkah saat itu begitu keras hati dalam merespon seruan dakwah. Allah pun kemudian memuliakan Beliau saw. dengan meng-isra'-kan Beliau dari Masjid al-Haram menuju Majid al-Aqsha. Kemudian Allah me-mikraj-kan Beliau ke langit tertinggi hingga Beliau menyaksikan sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Karena itulah, Isra' Mikraj merupakan peristiwa agung, serta meningkatkan kedudukan Islam dan Rasulnya. Isra' Mikraj juga untuk menenangkan hati Rasulullah, sekaligus untuk memproklamirkan kedudukan kekufuran dan para pengusungnya, bahwa keduanya benar-benar terperosok di dunia, dan sesungguhnya pertolongan Allah sudah dekat.
Saudaraku, di sini kita sedang menyikapi suatu perkara penting yang sering dilupakan  oleh banyak orang, padahal mereka sama-sama menyaksikan Peristiwa Isra' Mikraj. Perkara ini memang patut kita sikapi, kita perhatikan dan kita renungkan. Pasalnya, Peristiwa Isra' Mikraj ini juga telah dibarengi dengan peristiwa penting lainnya, yakni thalab an-nushrah (upaya Rasul untuk mencari pertolongan bagi dakwah Beliau). Allah SWT sesungguhnya telah memuliakan Rasul-Nya dengan dua hal, ketika penderitaan yang menimpa Rasulullah saw. semakin meningkat. Dua hal itu adalah thalab an-nushrah dan Peristiwa Isra' Mikraj. Begitulah, akhirnya Peristiwa Isra' Mikraj diikuti dengan Baiat 'Aqabah dan berbagai upaya untuk mendapatkan pertolongan lainnya.
Itu patut kita renungkan, kita ambil pelajaran dan kita lakukan. Pada memont, ketika kita memperingati Peristiwa Isra' Mikraj ini—kita pun tak lupa memanjatkan puja dan puji kepada Allah atas kebaikan ini—pada saat yang sama, kita harus mengkaitkan siang dan malam, sekaligus menyegerakan perjalanan ini. Karena itu, kita harus mencari pertolongan dari para pemegang kekuatan dengan penuh kejujuran dan keikhlasan, dimana kita yakin akan kemenangan agama ini melalui kaum Anshar (para penolong) yang datang, sebagaimana orang-orang Mukmin kaum Anshar di masa lalu. Setelah itu, Khilafah Rasyidah berdasarkan manhaj kenabian itu pun akan kembali, dan pada saat itulah kaum Mukmin akan bergembira karena pertolongan Allah.
Peristiwa kedua yang perlu saya ingatkan kepada Anda semua pada bulan Rajab ini adalah Pembebasan Baitul Maqdis, yang terjadi pada tanggal 27 Rajab, tahun 583 Hijrah.
Sebagaimana dalam  peristiwa pertama, ada perkara penting yang sering dilupakan orang, padahal mereka selalu membicarakan Isra' Mikraj, yakni masalah thalab an-nushrah. Demikian halnya dalam Peristiwa Pembebasan Baitul Maqdis ini. Ada juga perkara penting yang sering dilupakan orang, padahal mereka merayakan Peringatan Pembebasan Masjid al-Aqsha dari tangan-tangan kotor kaum Salib.
Perkara penting ini, yakni Pembebasan Masjid al-Aqsha yang terjadi pada bulan Rajab tahun 583 H, sebelumnya (567 H) telah diawali dengan berhasil dikembalikannya wilayah Mesir ke pangkuan Khilafah, setelah Bani Fatimiyah sebelumnya melakukan pemberontakan kepada Khilafah dan memisahkan Mesir dari Khilafah pada tahun 359 H. Dengan kata lain, Shalahuddin, dan sebelumnya Nuruddin, keduanya belum berhasil membebaskan Palestina dari tangan-tangan kotor kaum Salib, kecuali setelah wilayah yang menjadi bagian Khilafah (yakni Mesir) itu berhasil dikembalikan ke pangkuan Khilafah. Kemudian, pada masa Khalifah ‘Abbasiyah, an-Nashir, yaitu ketika Shalahuddin menjadi wali Mesir dan Syam, Allah memberikan pertolongan kepada kaum Muslim melalui kepemimpinan Shalahuddin, sehingga mereka bisa membebaskan Masjid al-Aqsha. Shalahuddin kemudian mengirimkan kabar gembira itu kepada Khalifah ‘Abbasiyah, an-Nashir. Kaum Muslim pun menggemakan takbir dan tahlil atas kemenangan agung tersebut. Mereka juga memanjatkan puja dan puji kepada Allah SWT atas semua karunia dan dan nikmat-Nya.
Yang harus disadari dan dipahami oleh akal dari Peristiwa Pembebasan al-Quds dan al-Aqsha itu adalah, bahwa siapa saja yang mencintai al-Aqsha dan Pembebasan al-Aqsha, maka dia wajib melakukan upaya yang serius dan sungguh-sungguh untuk mendirikan satu negara bagi kaum Muslim, yakni Khilafah Rasyidah berdasarkan manhaj kenabian. Khilafah yang akan mencabut entitas Yahudi hingga ke akar-akarnya, dan mengembalikan Palestina secara menyeluruh ke pangkuan negeri-negeri Islam, tanpa harus kompromi atau berdamai dengan Yahudi. Jika saat ini mereka belum mampu, paling tidak mereka harus tetap mempertahankan kondisi perang dengan Negara Yahudi itu sampai lahir orang yang dimuliakan oleh Allah untuk membebaskan Palestina. Dengan begitu, dia berhak mendapatkan kemenangan yang agung.
Adapun peristiwa ketiga yang ---perlu saya ingatkan kepada Anda semua--- juga terjadi pada bulan yang disucikan ini adalah Tragedi Penghancuran Khilafah, manakala kaum Kafir penjajah, di bawah gembong kekufuran kala itu, yakni Inggris, dengan bantuan pengkhianatan bangsa Arab dan Turki telah berhasil melenyapkan identitas kemuliaan Islam dan kaum Muslim. Khilafah pun dihancurkan pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H, bertepatan dengan 3 Maret 1924 M.
Setelah Peristiwa Penghancuran Khilafah yang menyakitkan ini terjadi, berbagai tragedi  silih berganti menimpa kaum Muslim. Negeri mereka dipecahbelah menjadi lebih dari 50 pecahan. Kaum Kafir penjajah pun mengangkat di masing-masing negeri tersebut orang yang kemudian disebut sebagai penguasa. Keburukan mereka pun semakin dahsyat menimpa kaum Muslim. Mereka tidak sepakat terhadap sedikit pun kebaikan untuk umat ini. Bahkan, jika pun mereka sepakat, maka itu pun merupakan kebusukan yang disembunyikan. Berbagai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) mereka nyata membuktikan bahaya mereka. Terakhir adalah KTT Riyadh yang jelas mereka arahkan ---dengan kesepakatan bulat mereka--- untuk menjual sebagian besar wilayah Palestina kepada Yahudi.
Kehinaan pun telah menimpa para penguasa itu sampai pada batas yang amat buruk. Mereka berhasil digunakan oleh Amerika untuk dikorbankan demi menyelamatkan Amerika dari kebuntuannya di Irak, sebagaimana yang terjadi pada Konferensi Baghdad dan Konferensi Sharm as-Sheikh. Padahal bagaimana seharusnya mereka membuat Amerika semakin tenggelam lebih dalam dan menghadapi kebuntuan. Sungguh, betapa buruk apa yang mereka putuskan. Semuanya itu tidak lain, karena mereka telah mencampakkan kewajiban dari Allah untuk menegakkan Khilafah di belakang pungggung-punggung mereka. Karena itu, Allah telah timpakan kepada mereka kehinaan dan kenistaan di manapun mereka berada.
Hari ini, Saudara-saudaraku, kita juga diperintahkan untuk menunaikan kewajiban ini. Kita pun sama-sama berjuang untuk menjalankan kewajiban tersebut, dan yakin akan kembalinya Khilafah Rasyidah sebagaimana yang tampak, dan dipastikan melalui hadis Rasulullah saw.:

«ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ الـنُّـبُوَّةِ»

Selanjutnya akan datang suatu kekhilafahan yang berjalan di atas manhaj kenabian. (HR Ahmad).

Dalam naungan Khilafah, kita akan mendapatkan kemuliaan sebagaimana yang pernah dirasakan oleh generasi kaum Mukmin sebelum kita. Kita pun akan meraih kemenangan sebagaimana mereka. Kita pun kelak akan menghadap Allah, sementara Dia ridha kepada kita. Kita kelak akan mati, sementara kita telah membaiat seorang khalifah yang memerintah dengan Islam. Sehingga baiat yang ada di pundak kita itu akan menjadi saksi untuk kebaikan kita. Bukan mati dengan kematian Jahiliah, jika kita tidak berjuang untuk memperjuangkan Khilafah dengan serius dan sungguh-sungguh, dengan penuh kejujuran kepada Allah dan Rasul-Nya.
Saudaraku, saya rasa cukup dengan tiga peristiwa pada bulan yang disucikan ini, yakni bulan Rajab yang diagungkan ini:
Pertama, Peristiwa Isra' Mikraj dan keterkaitan kedua peristiwa tersebut dengan thalab an-nushrah (upaya Rasul mencari pertolongan untuk dakwah Beliau).
Kedua, Pembebasan Baitul Maqdis dari kekuasan kaum Salib setelah bagian wilayah Kekhilafahan Islam (Mesir) tersebut berhasil dikembalikan ke pangkuan Khilafah.
Ketiga, Tragedi Penghancuran Khilafah dan kewajiban untuk berjuang dengan sungguh-sungguh untuk mengembalikannya.
Terakhir, saya memohon kepada Allah SWT untuk pertemuan Anda ini, agar Dia memberikan pandangan yang lurus, perjuangan yang tulus dan pengaruh yang luar biasa. Semoga setelah konferensi ini, ada berkah taufik dari-Nya, kebaikan bagi semua, serta pertolongan dan kemenangan yang besar.

Wassalamu'alikum wa rahmatullahi wa barakatuh. []


Tidak ada komentar:

Posting Komentar