BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Estuaria
Estuaria adalah wilayah pesisir semi
tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan
air tawar dari daratan. Secara sederhana estuaria didefinisikan sebagai tempat
pertemuan air tawar dan air asin (Nybakken, 1988). Sebagian besar estuaria
didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air
tawar dan air laut.
Estuaria adalah perairan yang semi
tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga laut dengan salinitas
tinggi dapat bercampur dengan air tawar. Kombinasi pengaruh air laut dan air
tawar akan menghasilakan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang
bervariasi, antara lain:
1. Tempat
bertemunya arus air dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu
pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air dan ciri-ciri fisika lainnya,
serta membawa pengaruh besar pada biotanya.
2. Pencampuran
kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang
tidak sama dengan sifat air sungai maupun air laut.
3. Perubahan
yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan
penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
4. Tingkat
kadar garam didaerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya
aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria
tersebut.
Estuaria dapat diklasifikasikan berdasarkan pada
karakteristik, diantaranya:
1. Geomorfologis:
lembah sungai tergenang, estuaria jenis fyord, estuaria bentukan tanggul dan
estuaria bentukan tektonik.
a.
Estuaria
daratan pesisir, paling umum dijumpai, dimana pembentukannya terjadi akibat
penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai bagian pantai yang landai
b.
Laguna
(Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting pasir yang
terletak sejajar dengan garis pantai sehingga menghalangi interaksi langsung
dan terbuka dengan perairan laut.
c.
Fyords,
merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glester yang
mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut
d.
Estuaria
tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau letusan gunung
berapi), yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah yang kemudian digenangi
oleh air laut pada saat pasang.
2. Sirkulasi
dan stratifikasi air:
a.
Stratifikasi
tinggi atau estuaria baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara
air tawar dan air asin
b.
Tercampur
sebagian merupakan tipe yang paling umum dijumpai. Pada estuaria ini aliran air
tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui arus pasang.
Pencampuran ini dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara
berkala oleh aksi pasang surut.
c.
Tercampur
sempurna. Estuaria jenis ini terjadi di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut
sangat dominan dan kuat. Berdasarkan salinitas ( kadar garamnya ),
estuaria dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
·
Oligohalin
yang berkadar garam rendah (0,5% – 3 %)
·
Mesohalin
yang berkadar garam sedang (3% – 17 %)
·
Polihalin
yang berkadar garam tinggi, yaitu diatas 17 %
B.
Kondisi Lingkungan
Perpaduan antara beberapa sifat
fisik estuaria mempunyai peranan yang penting terhadapa kehidupan biota
estuaria. Beberapa sifat yang penting antara lain:
1. Salinitas.
Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada
masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini
menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan
biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak
menyukai perairan dengan salinitas rendah.
2. Substrat.
Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari
sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar
lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan
organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme
estuaria
3. Sirkulasi
air. Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya
air laut melalui arus pasang surut menciptakan suatu gerakan dan transpor air
yang bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi
dalam air
4. Pasang
surut. Arus pasang surut berperan sebagai pengangkut zat hara dan plankton.
Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan
limbah yang sampai si estuaria.
5. Penyimpanan
zat hara. Peranan estuaria sebagai penyimpanan zat hara sangat besar. Pohon
mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan
menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme
hewani.
Dengan kondisi lingkungan fisik yang
bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara darat dan laut, estuaria
mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri. Menurut
(Kasim, 2005), pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air,
topografi , kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan volume air akan
sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. Berikut pola
pencampuran antara air laut dengan air tawar:
1. Pola dengan
dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan desakan dari
air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air
sungai dan air laut. Salinitas air dari estuaria ini sangat berbeda antara
lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah dibanding lapisan bawah
yang lebih tinggi.
2. Pola
percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary).
Pola ini ditandai dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar
sehingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya
dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya akan meningkat pada daerah
dekat laut.
3. Pola
dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak
merata (Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat
tergantung pada desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi
percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir tidak terbentuk
stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertikal.
4. Pada
beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola
tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara
sungai tersebut mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk
semacam lekukan pada dasar estuaria. Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat
menstagnankan lapisan air pada dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi
salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang hingga
salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.
C.
Komposisi Biota dan Produktifitas Hayati
Di estuaria terdapat tiga komponen
fauna, yaitu fauna laut, air tawar dan payau. Komponen fauna yang terbesar
didominasi oleh fauna laut yaitu hewan stenohalin yang terbatas
kemampuannya dalam mentolerir perubahan salinitas dan hewan euryhalin
yang mempunyai kemampuan mentolerir berbagai penurunan salinitas yang lebar.
Komponen air payau terdiri dari spesies organisme yang hidup di pertengahan
daerah estuaria pada salinitas antara 5-300/00. Spesies-spesies
ini tidak ditemukan hidup pada perairan laut maupun tawar. Komponen air tawar
biasanya terdiri dari yang tidak mampu mentoleril salinitas di atas 5 dan hanya
terbatas pada bagian hulu estuaria. Ciri khas estuaria cenderung lebih
produktif daripada laut ataupun air tawar. Estuaria adalah ekosistem yang
miskin dalam jumlah spesies fauna dan flora. Faunanya: ikan, kepiting, kerang
dan berbagai jenis cacing berproduksi dan saling terkait melalui suatu rantai
makanan yang kompleks. Detritus membentuk substrat untuk pertumbuhan bakteri
dan alga dan kemudian menjadi sumber makanan penting bagi organisme pemakan
suspensi dan detritus.
Secara fisik dan biologis, estuaria
merupakan ekosistem produktif karena:
1. Estuaria
yang berperan sebagai jebak zat hara yang cepat di daur ulang
2. Proses
fotosintesis berlangsung sepanjang tahun
3. Adanya
fluktuasi permukaan air.
Kolam air di estuaria merupakan
habitat untuk plankton dan nekton.Di dasar perairan hidup mikro dan makro bentos.
Setiap kelompok organisme dalam habitatnya menjalankan fungsi biologisnya
masing-masing. Antara satu kelompok organisme terjalin jaringan trofik (rantai
makanan) sehingga membentuk jaringan jala makanan. Jumlah spesies organisme
yang mendiami estuaria jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan organisme
yang hidup di perairan tawar dan laut. Sediktnya jumlah spesies ini terutama
disebabkan oleh fluktuasi kondisi lingkungan, sehingga hanya spesies yang
memiliki kekhususan fisiologis yang mampu bertahan hidup di estuaria. Selain
miskin dalam jumlah spesies fauna, estuaria juga miskin dalam flora. Keruhnya
perairan estuaria menyebabkan hanya tumbuhan mencuat yang dapat tumbuh
mendominasi. Rendahnya produktifitas primer di kolam air, sedikitnya herbivora
dan terdapatnya sejumlah besar detritus menunjukkan bahwa rantai makanan pada
ekosistem estuaria merupakan rantai makanan detritus (Bangen, 2002).
Karakteristik
( ciri – ciri ) ekosistem estuaria adalah sebagai berikut :
1. Keterlindungan
Estuaria merupakan perairan semi
tertutup sehingga biota akan terlindung dari gelombang laut yang memungkinkan
tumbuh mengakar di dasar estuaria dan memungkinkan larva kerang-kerangan
menetap di dasar perairan.
2. Kedalaman
Kedalaman estuaria relatif dangkal
sehingga memungkinkan cahaya matahari mencapai dasar perairan dan tumbuhan
akuatik dapat berkembang di seluruh dasar perairan, karena dangkal memungkinkan
penggelontoran (flushing) dengan lebih baik dan cepat serta menangkal masuknya
predator dari laut terbuka (tidak suka perairan dangkal).
3. Salinitas
air
Air tawar menurunkan salinitas estuaria dan mendukung
biota yang padat.
4. Sirkulasi
air
Perpaduan antara air tawar dari
daratan, pasang surut dan salinitas menciptakan suatu sistem gerakan dan
transport air yang bermanfaat bagi biota yang hidup tersuspensi dalam air,
yaitu plankton.
5. Pasang
Energi pasang yang terjadi di
estuaria merupakan tenaga penggerak yang penting, antara lain mengangkut zat
hara dan plangton serta mengencerkan dan meggelontorkan limbah.
6. Penyimpanan
dan pendauran zat hara
Kemampuan menyimpan energi daun
pohon mangrove,lamun serta alga mengkonversi zat hara dan menyimpanya sebagai
bahan organik untuk nantinya dimanfaatkan oleh organisme hewani.
D.
Adaptasi Organisme Estuaria
Variasi sifat habitat estuaria,
terutama dilihat dari fluktuasi salinitas dan suhu, membuat estuaria menjadi
habitat yang menekan dan keras. Bagi organisme, agar dapat hidup dan berhasil
membentuk koloni di daerah ini mereka harus memilki adaptasi tertentu. Adaptasi
tersebut antara lain:
1. Adaptasi
morfologis: organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus untuk
menghambat penyumbatan permukaan ruang pernafasan oleh partikel lumpur;
2. Adaptasi
fisiologis: berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh;
3. Adaptasi
tingkah laku: pembuatan lubang ke dalam lumpur organisme khususnya avertebrata.
E.
Fungsi Ekologis Estuaria
Secara umum estuaria mempunyai
peranan ekologis penting diantaranya sebagai berikut:
1. Sebagai
sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang surut (tidal
circulation);
2. Penyedia
habitat bagi sejumlah spesies hewan yang bergantung pada estuaria sebagai
tempat berlindung dan tempat mencari makan;
3. Sebagai
tempat untuk bereproduksi dan atau tempat tumbuh besar (nursery ground)
terutama bagi sejumlah spesies udang dan ikan.
Sedangkan secara umum estuaria
dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut:
1. Sebagai
tempat pemukiman;
2. Sebagai
tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan;
3. Sebagai
jalur transportasi;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar