a. Sistem Perekaman Dari Udara (Airbone System)
b. Sistem Perekaman dari antariksa (spacebone system)
contoh citra spacebone
system
- Citra
satelit sumberdaya bumi
Citra satelit Landsat dan SPOT yang
merupakan satelit sumberdaya bumi dan telah digunakan secara luas.
Keunggulan dan keterbatasan citra landsat
+ data direkam secara digital
+ perekamannya secara multispektral dengan 7 saluran
+ resolusi temporal tinggi yakni 16 hari sekali
+ liputan luas
+ ketersediaan mudah dengan harga relatif murah
- Citra Satelit Cuaca (Satca)
Citra NOAA (National Oceanic and Atmospherie
Administration) dan Satca sejenis meteosat merupakan dua satelit
penginderaan jauh yang telah mencapai tahap operasional, artinya data telah
digunakan secara rutin dan sistemnya telah disepakati untuk jangka panjang.
Satca NOAA merupakan satelit dengan orbit poler, artinya
arah orbit uatara selatan melalui daerah kutub atau dekat kutub.
Sifat orbitnya singkron matahari sehingga
tiap tempat dipermukaan bumi direkan pada jam matahari yang sama, yaitu jam
07.30 dan 19.30 oleh satu satelit NOAA dan jam 13.30 serta jam 01.30 oleh
satelit NOAA lainnya. Tinggi orbit NOAA 900-1.450km dari muka bumi. Luas
liputannya 2400km x 400km. Tiap hari ada dua satelit cuaca NOAA yang mengorbir
dan dua lagi standby. Instrumen
pada satca NOAA merupakan paket yang disebut TIROS Operational vertical sounder
(TOVS).
6. UNSUR INTERPRETASI CITRA
1. Rona atau warna
Rona atau warna merupakan tingkat kecerahan obyek pada
citra, dimulai gelap sekali hingga sangat cerah. Pada foto udara pankromatik
tingkat kecerahan rona mirip dengan kenampakannya jika dilihat dengan mata.
Contohnya tanaman padi yang siap panen akan lebih cerah ronanya dibanding
dengan tanaman padi yang sedang menghijau, air keruh ronanya lebih cerah
dibanding dengan air jernih yang sama-sama tenang.
Ukuran merupakan pengenalan obyek yang berupa jarak,
volume, keterangan dan ketinggian. Dalam foto udara hal tersebut merupakan
skala, sehingga bagi pengamat foto udara yang berbeda secara relatif memberikan
kesan yang berlian-lain. oleh karena itu dalam menggunakan ukuran obyak sebagai
unsur pengenal dalam interpretasi foto udara perlu memperhatikan sakalanya.
Diatas foto udara, bentuk merupakan konfigurasi obyek
apabila dilihat dari atas. Apabila obyek terletak di daerah dekat sekitar titik
tengah foto maka obyek tersebut akan nampak dalam bentuk dua dimensi, sedangkan
apabila terletak jauh dari titik tengah maka akan nampak bagian sisi lainnya. Berbagai obyek sering kali
dengan mudah dikenali melalui bentuknya.
Pola adalah susunan keruangan dari unsur-unsur gambar
secara makro [ada foto udara. Pola dapat berupa pola buatan manusia, seperti
lahan sawah, tegal, perkebunan dan sebagainya, dapat juga pola alamiah, seperti
sungai, pola tumbuhan daerah rawa dan sebagainya.
Adalah
frekuensi susunan dan perubahan rona dari sekelompok obyek yang tidak dibedakan
secara individu karena sangat kecil ukurannya, tekstur dideskripsikansecara
kualitatif sebagai kasar sedang dan halus.
Bayangan
merupakan unsur
pengenal dalam interpretasi foto udara, banyak obyek yang sukar dikenali
menurut wujud sebenarnya tetapi
dengan melihat bayangan terkadang akan lebih mudah diamati. Namun bayangan juga
terkadang menganggu obyek lain dibelakang obyek karena tertutup oleh bayangan
tersebut. Keuntungan lain dengan adanya bayangan penginterpretasi akan lebih
mudah menentukan orientasi arah.
Situs adalah lokasi obyek dalam hubungannya dengan obyek
lain, dapat sangat membantu pengenalan obyek suatu obyek. Misalnya ada
jenis-jenis tanaman yang hanya tumbuh pada ketinggian tertentu misalnya kopi.
Atau dari bentuk sungai kita bisa mengenali letak daerah tersebut, misalnya
rektangular berarti daerah tersebut berada di daerah karst.
Keterkaitan antara obyek satu dengan obyek yang lainnya.
Misalnya area parkir menunjukan lokasi perkantoran atau pertokoan di daerah
yang sedang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam
bidang Penginderaan Jauh. Fakultas
Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Lillesand. T.M and Kieffer. R.W. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. Third edition. John
Wiley & Sons: New York
Lillesand.
T.M and Kieffer. R.W. 1997. Penginderaan
Jauh dan Interpretasi Citra. Terjemahan
Gama Press Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Lindgren,DT.
1985 Land Use Planning and
Remote Sensing Martinus
Nijhoff Publishing, doldrecht
Paine, D,
1993. Fotografi Udara dan
Penafsiran Citra Untuk Pengelolaan Sumber Daya,
Gajahmada University Press, Yogyakarta
Sabins,
F.F Jr, 1978, Remote
Sensing Principles and Interpretation, W.H Freeman and Co, San
Fransisco
Sutanto.1986. Penginderaan
Jauh I. Cetakan ke dua.Yogyakarta : Gama Press
Universitas Gadjah Mada.
Sutanto.1994. Penginderaan
Jauh II. Cetakan ke dua.Yogyakarta : Gama Press
Universitas Gadjah Mada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar