Minggu, 06 Maret 2016

dua system citra udara

a. Sistem Perekaman Dari Udara (Airbone System)
b. Sistem Perekaman dari antariksa (spacebone system)
contoh citra spacebone system
- Citra satelit sumberdaya bumi
Citra satelit Landsat dan SPOT yang merupakan satelit sumberdaya bumi dan telah digunakan secara luas.
Keunggulan dan keterbatasan citra landsat
+ data direkam secara digital
+ perekamannya secara multispektral dengan 7 saluran
+ resolusi temporal tinggi yakni 16 hari sekali
+ liputan luas
+ ketersediaan mudah dengan harga relatif murah
- Citra Satelit Cuaca (Satca)
Citra NOAA (National Oceanic and Atmospherie Administration) dan Satca sejenis meteosat merupakan dua satelit penginderaan jauh yang telah mencapai tahap operasional, artinya data telah digunakan secara rutin dan sistemnya telah disepakati untuk jangka panjang.
Satca NOAA merupakan satelit dengan orbit poler, artinya arah orbit uatara selatan melalui daerah kutub atau dekat kutub.
Sifat orbitnya singkron matahari sehingga tiap tempat dipermukaan bumi direkan pada jam matahari yang sama, yaitu jam 07.30 dan 19.30 oleh satu satelit NOAA dan jam 13.30 serta jam 01.30 oleh satelit NOAA lainnya. Tinggi orbit NOAA 900-1.450km dari muka bumi. Luas liputannya 2400km x 400km. Tiap hari ada dua satelit cuaca NOAA yang mengorbir dan dua lagi standby. Instrumen pada satca NOAA merupakan paket yang disebut TIROS Operational vertical sounder (TOVS).
6. UNSUR INTERPRETASI CITRA
1. Rona atau warna
Rona atau warna merupakan tingkat kecerahan obyek pada citra, dimulai gelap sekali hingga sangat cerah. Pada foto udara pankromatik tingkat kecerahan rona mirip dengan kenampakannya jika dilihat dengan mata. Contohnya tanaman padi yang siap panen akan lebih cerah ronanya dibanding dengan tanaman padi yang sedang menghijau, air keruh ronanya lebih cerah dibanding dengan air jernih yang sama-sama tenang.
Ukuran merupakan pengenalan obyek yang berupa jarak, volume, keterangan dan ketinggian. Dalam foto udara hal tersebut merupakan skala, sehingga bagi pengamat foto udara yang berbeda secara relatif memberikan kesan yang berlian-lain. oleh karena itu dalam menggunakan ukuran obyak sebagai unsur pengenal dalam interpretasi foto udara perlu memperhatikan sakalanya.
Diatas foto udara, bentuk merupakan konfigurasi obyek apabila dilihat dari atas. Apabila obyek terletak di daerah dekat sekitar titik tengah foto maka obyek tersebut akan nampak dalam bentuk dua dimensi, sedangkan apabila terletak jauh dari titik tengah maka akan nampak bagian sisi lainnya. Berbagai obyek sering kali dengan mudah dikenali melalui bentuknya.
Pola adalah susunan keruangan dari unsur-unsur gambar secara makro [ada foto udara. Pola dapat berupa pola buatan manusia, seperti lahan sawah, tegal, perkebunan dan sebagainya, dapat juga pola alamiah, seperti sungai, pola tumbuhan daerah rawa dan sebagainya.
Adalah frekuensi susunan dan perubahan rona dari sekelompok obyek yang tidak dibedakan secara individu karena sangat kecil ukurannya, tekstur dideskripsikansecara kualitatif sebagai kasar sedang dan halus.
Bayangan merupakan unsur pengenal dalam interpretasi foto udara, banyak obyek yang sukar dikenali menurut wujud sebenarnya tetapi dengan melihat bayangan terkadang akan lebih mudah diamati. Namun bayangan juga terkadang menganggu obyek lain dibelakang obyek karena tertutup oleh bayangan tersebut. Keuntungan lain dengan adanya bayangan penginterpretasi akan lebih mudah menentukan orientasi arah.
Situs adalah lokasi obyek dalam hubungannya dengan obyek lain, dapat sangat membantu pengenalan obyek suatu obyek. Misalnya ada jenis-jenis tanaman yang hanya tumbuh pada ketinggian tertentu misalnya kopi. Atau dari bentuk sungai kita bisa mengenali letak daerah tersebut, misalnya rektangular berarti daerah tersebut berada di daerah karst.
Keterkaitan antara obyek satu dengan obyek yang lainnya. Misalnya area parkir menunjukan lokasi perkantoran atau pertokoan di daerah yang sedang diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinya dalam bidang Penginderaan Jauh. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Lillesand. T.M and Kieffer. R.W. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. Third edition. John Wiley & Sons: New York
Lillesand. T.M and Kieffer. R.W. 1997. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Terjemahan Gama Press Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Lindgren,DT. 1985 Land Use Planning and Remote Sensing Martinus Nijhoff Publishing, doldrecht
Paine, D, 1993. Fotografi Udara dan Penafsiran Citra Untuk Pengelolaan Sumber Daya, Gajahmada University Press, Yogyakarta
Sabins, F.F Jr, 1978, Remote Sensing Principles and Interpretation, W.H Freeman and Co, San Fransisco
Sutanto.1986. Penginderaan Jauh I. Cetakan ke dua.Yogyakarta : Gama Press Universitas Gadjah Mada.
Sutanto.1994. Penginderaan Jauh II. Cetakan ke dua.Yogyakarta : Gama Press Universitas Gadjah Mada.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar