PERJUANGAN HIZBUT TAHRIR INDONESIA
MENUJU KHILAFAH
Oleh: ust.
Hafidz Abdurrahman
(Dewan
Pimpinan Pusat Hizbut Tahrir Indonesia)
Pendahuluan
Yang
menyatukan Hizbut Tahrir di seluruh dunia adalah ideologinya, yaitu Islam.
Faktor ideologis (Islam) inilah yang menyatukan seluruh aktivisnya, meski ras,
suku, bangsa dan bahasa mereka berbeda. Faktor inilah yang membentuk karakter
dasarnya, yang tercermin pada kesamaan pemikiran dan perasaannya (kullun
fikrun syu’uri). Karena itu pulalah, maka Hizbut Tahrir di seluruh dunia,
mempunyai konsep (fikrah) dan metode (thariqah) yang sama. Yang
membedakan satu dengan yang lain adalah kondisi, peluang dan tantangan yang
berbeda.
Kondisi,
peluang dan tantangan yang dihadapi Hizbut Tahrir di Indonesia tentu berbeda
dengan kondisi, peluang dan tantangan di tempat lain. Karena itu, Hizbut Tahrir
Indonesia juga memiliki keunikan tersendiri, sesuai dengan konteks
keindonesiaannya. Dalam konteks keindonesiaan, Hizbut Tahrir Indonesia
menghadapi kondisi, dimana negeri Muslim terbesar ---yang pernah dijajah oleh
negara-negara Kafir penjajah selama 3,5 abad--- ini masih belum sepenuhnya
lepas dari penjajahan. Memang, secara fisik negeri ini telah merdeka, tetapi
dalam konteks yang lain, ternyata belum. Karena itu, bagi Hizbut Tahrir
Indonesia, komitmen keindonesiaannya sudah jelas; membebaskan negeri Muslim
terbesar ini dari cengkraman penjajahan.
Komitmen
inilah yang selama ini telah dibuktikan oleh Hizbut Tahrir Indonesia melalui
berbagai aktivitas intelektual dan politiknya di negeri ini. Namun, di atas
semuanya itu, komitmen ini sesungguhnya merupakan manifestasi dari kesadaran
ideologisnya. Kesadaran yang dibangun berdasarkan keyakinan kepada akidah Islam
dan sistem kehidupan yang lahir darinya. Kesadaran ini pulalah yang telah memandu
Hizbut Tahrir Indonesia untuk melihat persoalan di negeri Muslim terbesar ini
dengan jernih dan cemerlang.
Cengkraman
penjajah di negeri ini, khususnya Amerika, telah begitu menggurita. Bukan saja
di bidang ekonomi, tetapi juga di bidang politik, pendidikan, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan. Sejak awal, antara dekade 1990-an awal hingga 2000-an,
Hizbut Tahrir Indonesia telah menyampaikan pandangannya tentang kenyataan ini,
namun tidak ada yang menghiraukannya, apalagi mempercayainya. Tetapi itu tidak
pernah mematahkan semangat para aktivisnya. Melalui berbagai aktivitas
intelektual dan politiknya, pencerahan kepada rakyat negeri ini, khususnya umat
Islam, pun terus-menerus dilakukan. Maka, setelah krisis ekonomi tahun 1997 dan
bergulirnya reformasi tahun 1998, kemudian diikuti dengan silih bergantinya
penguasa dan kebijakan, yang ternyata tetap tidak memihak kepada rakyat dan
negeri ini, banyak kalangan yang mulai mau mendengar dan mempercayai pandangan
Hizb.
Peluang
dan Tantangan Pra dan Pasca Reformasi
Reformasi
yang terjadi pada tahun 1998, selain faktor internal, yaitu ketidakpuasan
rakyat terhadap pemerintah, juga ada faktor eksternal yang digerakkan oleh
negara-negara Kafir penjajah, khususnya Amerika, setelah melihat kecenderungan
menguatnya pengaruh Islam di negeri ini. Namun, komitmen dan kesadaran
keislaman yang mulai tumbuh itu justru semakin menguat pasca bergulirnya
Reformasi.
Pada
saat itulah, Hizbut Tahrir Indonesia merasa terpanggil untuk segera mengambil
peran riil, agar bisa memberikan kontribusi untuk menyelamatkan negeri ini. Sebagaimana
booklet yang pernah dikeluarkan oleh Hizbut Tahrir, Hazzat al-Aswaq
al-Maliyah (Goncangan Pasar Modal) yang bertujuan untuk menguraikan fakta
krisis, penyebab dan solusinya, sekaligus menunjukkan kepada publik tentang
betapa jahatnya sistem Kapitalisme yang dipimpin oleh Amerika itu, maka tidak
ada lagi jalan keluar yang rasional kecuali kembali kepada sistem syariah. Inilah
yang juga secara konsisten terus-menerus dikampanyekan oleh Hizbut Tahrir
Indonesia.
Solusi
inilah yang juga ditawarkan oleh Hizbut Tahrir Indonesia, di saat negeri ini
masih didera oleh krisis multidimensi. Untuk itu, pada tahun 2000, Hizbut
Tahrir Indonesia menyelenggarakan perhelatan akbar yang pertama, yaitu Konferensi
Khilafah Internasional di stadion tenis indoor, Senayan Jakarta. Meski sebenarnya
konferensi ini bukan kali pertama, tetapi inilah konferensi yang pertama kali
mengangkat nama Hizbut Tahrir Indonesia ke permukaan.
Pasca
Konferensi Khilafah Internasional kala itu, opini syariah dan Khilafah pun
menarik perhatian publik, dan menjadi berita besar di media massa nasional.
Namun, hanya beberapa saat, sampai akhirnya tenggelam kembali dan hilang. Meski
demikian, ada satu hal yang menarik, bahwa isu syariah yang selama ini
dikebiri, akhirnya menyeruak dan semakin nyaring diperjuangkan.
Setalah
itu, banyak kalangan mengemukakan gagasan penerapan syariat Islam, mulai dari
gerakan, ormas hingga parpol Islam. Maka, berangkat dari kewajiban syar’i untuk
menyelamatkan negeri ini, momentum amandemen UUD 45, yang terjadi pada bulan Agustus
2002, bertepatan dengan sidang umum MPR, telah dimanfaatkan oleh Hizbut Tahrir
Indonesia untuk menawarkan solusinya kembali, syariah, melalui kampanye
syariah. Dimulai dengan long march dari Monas menuju gedung DPR/MPR RI
dengan barisan yang rapi dan berseragam hitam putih. Long march yang
diikuti sekitar 15,000 massa itu pun berhasil menyedot perhatian publik dan
media massa, baik lokal, nasional maupun internasional. Pesan singkat kampanye
tersebut, “Selamatkan Indonesia dengan Syariah” juga telah menjadi opini publik yang cukup massif.
Kampanye yang didukung dengan diskusi publik selama kurang lebih tiga bulan
dengan mengangkat berbagai topik, disertai dengan pengiriman delegasi kepada DPR/MPR
RI, serta pemasangan spanduk “Selamatkan Indonesia dengan Syariah” di
seluruh penjuru negeri telah membuat kampanye ini sukses membangun opini
tentang eksistensi Hizbut Tahrir Indonesia dan perjuangannya. Menyelamatkan
Indonesia dari berbagai krisis multidimensi dengan syariah.
Memberikan
Kontribusi dan Mengokohkan Peranan
Harus
diakui, bahwa keberadaan Hizbut Tahrir Indonesia yang mulai eksis di
tengah-tengah masyarakat memberikan kontribusi bagi perjalanan aktivitas Hizbut
Tahrir Indonesia berikutnya. Jika sebelumnya aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia
lebih banyak terfokus pada aktivitas internal, pembinaan kader, maka setelah
itu aktivitasnya mulai banyak keluar, yaitu pembinaan umat (tatsqif al-ummah).
Mulai dari seminar, diskusi, khutbah Jum’at, tablig akbar, penerbitan buletin al-Islam,
majalah al-Waie, press release Jurubicara Hizbut Tahrir
Indonesia, naysrah, booklet, hingga penulisan artikel, talk
show di media massa, baik cetak maupun elektronik, lokal maupun nasional.
Melalui
berbagai sarana dan media tersebut, Hizbut Tahrir Indonesia menyampaikan
berbagai gagasannya tentang syariah dan Khilafah, serta pentingnya persatuan
dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia. Sebagai entitas yang juga telah
bersumpah untuk menjadi penjaga Islam yang amanah (harisan amin[an] li
al-Islam), Hizbut Tahrir Indonesia juga merasa bertanggungjawab untuk
mengoreksi dan mengontrol setiap pemikiran dan perasaan umat yang bertentangan
dengan Islam.
Karena
itu, Hizbut Tahrir Indonesia bukan hanya mengoreksi berbagai kebijakan penguasa
yang dianggap melanggar syariah, tetapi juga sikap umat dan para tokohnya. Selain
memaparkan fakta, Hizbut Tahrir Indonesia juga memberikan solusi dan jalan
keluarnya menurut syariah. Bahkan tidak jarang, Hizbut Tahrir Indonesia juga
membongkar konspirasi yang merugikan negeri ini, serta rakyatnya. Sebagaimana
yang pernah dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia ketika menolak UU SDA, UU
Migas, Penyerahan Blok Cepu, RUU Anti Pornografi-Pornoaksi, dan RUU Penanaman
Modal. Tidak berhenti di situ, Hizbut Tahrir Indonesia juga telah melakukan
berbagai advokasi, baik melalui aksi demonstrasi maupun pengiriman delegasi
kepada para perumus dan pengambil kebijakan, guna membela kepentingan umat dan
rakyat di negeri ini.
Hizbut
Tahrir Indonesia juga sangat gigih menjaga persatuan dan kesatuan negeri Muslim
terbesar ini. Di kalangan internal umat Islam, Hizbut Tahrir Indonesia bersama
organisasi keislaman yang lain menjadi inisiator lahirnya Forum Umat Islam,
yang menghimpun sejumlah organisasi keislaman. Bukan hanya itu, Hizbut Tahrir
Indonesia juga menyelenggarakan sejumlah forum temu tokoh, yang bertujuan
menyamakan visi dan misi perjuangan umat, sehingga terjadilah sinergi dan
persatuan. Sementara di level kebijakan, Hizbut Tahrir Indonesia seringkali
membongkar konspirasi negara-negara Kafir penjajah untuk memecahbelah negeri
ini. Sebagaimana yang dilakukan Hizbut Tahrir Indonesia sebelum Timor Timur
lepas pada tahun 1999, maupun dalam kasus-kasus terakhir, baik OPM, RMS maupun
DCA. Semuanya tidak pernah luput dari perhatian Hizbut Tahrir Indonesia.
Inilah
berbagai aktivitas yang bisa didedikasikan oleh Hizbut Tahrir Indonesia kepada
umat Islam, seluruh rakyat dan negeri ini. Inti dari semuanya tadi tak lain
adalah pencerdasan umat dan rakyat. Jika mereka cerdas, dan tahu bagaimana
caranya seluruh kepentingan mereka harus diurus, dengan apa dan siapa yang
layak untuk mengurus kepentingan mereka, maka dengan izin dan pertolongan
Allah, umat Islam di negeri ini akan bangkit, dan menerapkan syariat agamanya.
Bukan hanya itu, mereka pun tidak akan rela, kecuali dipimpin oleh seorang
Khalifah yang menerapkan syariat-Nya. Jika itu menjadi kehendak mereka, maka siapakah
yang bisa menghalanginya?
Kesimpulan
Maka,
tidak ada aktivitas lain yang wajib dilakukan dalam upaya penerapan syariat
Islam di mana pun, termasuk di negeri ini, kecuali dengan membina umat dan
memberikan pencerahan kepada mereka tentang syariah. Untuk tujuan itulah, maka
Hizbut Tahrir Indonesia telah mengeluarkan buku, Menegakkan Syariat Islam
dan Bunga Rampai Penerapan Syariat Islam. Selain itu, Hizbut Tahrir
Indonesia juga telah menyiapkan konsepsi tentang Politik Syariah dalam
Bidang Politik, Ekonomi, Sosial dan Pendidikan, yang pernah diajukan kepada
para Calon Presiden dan Wapres menjelang Pemilu 2004, dan juga Strategi
Kebudayaan di Bidang Politik, Ekonomi, Sosial dan Pendidikan, yang pernah
diajukan kepada Panitia Kongres Umat Islam IV di Jakartas.
Karena
itu, aktivitas Hizbut Tahrir Indonesia dan juga Hizbut Tahrir di seluruh dunia,
tidak ada lain, melainkan aktivitas intelektual dan politik. Hizbut Tahrir
menyadari, bahwa upaya ini tidak bisa dilakukan sendiri. Upaya ini hanya akan
berhasil, jika bersama-sama dengan umat dan seluruh kekuatan umat. Karena itu,
Hizbut Tahrir Indonesia akan senantiasa bersama-sama umat, dan berada di
tengah-tengah mereka. Jika aktivitas yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir
Indonesia, dan juga Hizbut Tahrir di seluruh dunia hanyalah aktivitas
intelektual dan politik, maka upaya pelarangan terhadap Hizbut Tahrir adalah
bukti kekalahan intelektual yang memalukan. Wallahu rabb al-musta’an wa
ilaihi at-takilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar