ALLAH ADALAH DZAT YANG KAHIKI, DAN WUJUDNYA BISA DIRASAKAN , BUKAN SEKEDAR HAYALAN DALAM
OTAK MANUSIA.
Banyak orang dimuka bumi ini,
terutama dibarat, yang meyakini dan mempercayai adanya tuhan. Bahwa percaya
pada tuhan merupakan suatu keharusan, dan harus digalakkan agar manusia dengan
suka rela tetap terdorong melakukan kebajikan dengan dorongan dari dalam
dirinya, yang mereka sebut sebagai wazi’ dini (kontrol agama).
Orang-orang semacam yang
berpandangan seperti itu tentu sangat mudah terjerumus dalam atheisme, atau
murtad dari suatu yang mereka yakini, ketika akal mereka mulai berpikir mencoba
menjangkau hakekat tuhan yang mereka khayalkan, namun ketika akalnya tidak mampu
menjangkaunya atau menjangkau tanda-tanda-Nya, mereka dengan segera mengingkari
wujud tuhan dan kufur kepada Allah.
Penyebab mereka memiliki
keyakinan semacam itu adalah karena
mereka tidak menggunakan akalnya dalam mengimani Allah.
Segala sesuatu yang bisa dijangkau
oleh indra manusia, maka keberadaannya merupakan perkara yang pasti dan
meyakinkan, karena bisa disaksikan dan diindra.
Segala sesuatu yang membutuhkan pada
yang lain, tidak mungkin bersifat azali. Sebab jika ia azali, maka ia tidak
akan membutuhkan pada yang lain.
Pengindaraan terhadap makhluk
(Allah) sama dengan pengindraan terhadap suara pesawat merupakan suatu yang
pasti.
Manusia telah memahami makhluk
tersebut dengan indra dan akalnya. Secara rasional, al khaliq (dzat yang maha
pencipta) itu wajib bersifat Azali. Sebab jika tidak bersifat azali, tentu Dia
membutuhkan pada yang lain.
Allah adalah dzat yang nyata ada, yang
eksitensi-Nya dapat dijangkau oleh indera manusia melalui keberadaan
makhluk-Nya.
Tatkala manusia takut dan beribadah
kepada Allah, serta memohon ridha-Nya semua dia lakukan dengan penuh keyakinan,
tanpa sedikitpun keraguan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar