Benturan Peradaban
Sejaran Benturan Peradaban Islam dengan Peradaban lain
Benturan
atau perang (shira’) antar agama dan peradaban telah terjadi sejak zaman
dahulu, dan yang menjadi fokus pembahasan kita adalah benturan antara Islam
dengan agama dan peradaban lain. Sesungguhnya, Islam adalah diin (agama)
perjuangan sejak saat Rasulullah Muhammad saw. diperintahkan untuk berdakwah
secara terang-terangan hingga akhir zaman nanti. Ketika Rasulullah saw.
diperintahkan untuk menyampaikan risalah yang dibawanya secara terbuka, mulailah
terjadi pertarungan pemikiran antara konsep-konsep Islam dengan konsep-konsep
kufur. Pertarungan pemikiran ini terus berlanjut hingga
12
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
masa sekarang ini. Pertarungan pemikiran ini
tidak akan pernah berhenti dan memang tidak boleh berhenti, sekalipun kemudian
muncul berbagai bentuk pertarungan lainnya . Pertarungan pemikiran dilakukan
dengan jalan menentang pemikiran pemikiran-pemikiran kufur secara tajam, lugas,
dan tegas. Rasulullah saw. telah menunjukkan teladan dalam melaksanakan
perintah Allah ini, sebagaimana digambarkan dalam al-Quran,
ﻢﺘﻧﹶﺃ ﻢﻨﻬﺟ ﺐﺼﺣ ِﷲﺍ ِﻥﻭﺩ ﻦِﻣ ﹶﻥﻭﺪﺒﻌﺗ ﺎﻣﻭ ﻢﹸﻜﻧِﺇ ﹶﻥﻭﺩِﺭﺍﻭ ﺎﻬﹶﻟ
Sesungguhnya
kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah adalah umpan Jahannam, kamu pasti
masuk ke dalamnya. (TQS. al-Anbiya [21]: 98)
Demikian pula,
ﻞﱟﺘﻋ
ﻢﻴِﺛﹶﺃٍ ﺪٍﺘﻌﻣ ﺮﻴﺨﹾﻠِﻟ ﻉﺎٍﻨﻣ ﻢﻴِﻤٍﻨِﺑ ﺀﺎٍﺸﻣ ﺯﺎٍﻤﻫ ﻢﻴِﻧٍﺯ ﻚِﻟﹶﺫ ﺪﻌﺑ
Yang
banyak mencela, yang kian kemari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi
22
BenturanPeradaban
perbuatan
baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu
yang terkenal kejahatannya. (TQS. al-Qalam [68]: 11-13)
Atau firman Allah,
ﺛﹸﻢ ﺇِﻧﻜﹸﻢ ﺃﹶﻳﻬﺎ ﺍﻟﻀﺎﻟﱡﻮﻥﹶ
ﺍﻟﹾﻤﻜﹶﺬﱢﺑﻮﻥ ﻵﻛِﻠﹸﻮﻥﹶ
ﻣِﻦ
ﺟﺮٍ
ﻣِﻦ
ﺯﻗﱡﻮﻡٍ
ﻓﹶﻤﺎﻟِﺌﹸﻮﻥ
ﻣِﻨﻬﺎ ﺍﻟﹾﺒﻂﹸﻭﻥﹶ
ﻓﹶﺸﺎﺭِﺑﻮﻥ
ﻋَﻠﹶﻴﻪِ ﻣِﻦ ﺍﻟﹾﺤﻤِﻴﻢ
ﻓﹶﺸﺎﺭِﺑﻮﻥ ﺷﺮﺏ ﺍﻟﹾﻬِﻴﻢ
ﻫﺬﹶﺍ
ُﺰﻧﻟﹸﻬﻢ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺪﻳﻦِ ﻧﺤﻦ ﺧﻠﹶﻘﹾﻨﺎﻛﹸﻢ ﻓﹶﻠﹶــﻮﻻﹶ ﺗﺼﺪﻗﹸﻮﻥﹶ
Kemudian sesungguhnya kamu hai orang yang sesat
lagi mendustakan, benar-benar akan memakan pohon Zaqqum, dan akan memenuhi
perutmu dengannya.
Sesudah itu
kamu akan meminum air yang sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang
sangat haus. Itulah hidangan untuk mereka pada hari Pembalasan. Kami telah
menciptakan kamu, maka mengapa kamu tidak membenarkan hari berbangkit? (TQS.
al-Waqi’ah
[56]: 51-57)
ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﹾﻤﺠﺮِﻣِﲔ ﻓِﻲ
ﺿﻼﹶﻝٍ
ﻭﺳﻌﺮٍ
Sesungguhnya orang- orang
yang berdosa berada
dalam
kesesatan (di dunia) dan di dalam neraka. (TQS. al-Qamar [54]: 47)
Begitu pula firman-Nya,
ﻟﹶﻌﻨﺔ ﺍﷲِ ﻋﻠﹶﻰ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﺫِﺑِﲔ
supaya
laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang berdusta. (TQS. Ali ‘Imran [3]:
61)
ﺗﺒﺖ ﻳﺪﺍ ﺃﹶﺑِﻲ
ﻟﹶﻬﺐٍ
ﻭﺗﺐ
Binasalah kedua
tangan Abu Lahab
dan sesungguhnya dia akan binasa. (TQS. al-Lahab [111]: 1)
Atau firman-Nya yang lain,
ﺇِﻥﱠ ﺷﺎﻧِﺌﹶﻚ
ﻫﻮ ﺍﻷَﺑﺘﺮ
Sesungguhnya
orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah). (TQS.
al-Kautsar [108]: 3)
Pertarungan pemikiran ini sama sekali tidak
bertentangan dengan firman Allah,
ِﺔﻨﺴﺤﹾﻟﺍ ﺔﹶﻈِﻋﻮﻤﹾﻟﺍﻭ ﺔﻤﹾﻜِﺤﹾﻟﺎِﺑ ﻚﺑﺭ ﻞﻴِﺒﺳ ﻰﹶﻟِﺇ ﻉﺩﺍ ﻦــﻤِﺑ ﻢﹶﻠﻋﹶﺃ ﻮﻫ ﻚﺑﺭ ﱠﻥِﺇ ﻦﺴﺣﹶﺃ ﻲِﻫ ﻲﺘﱠﻟﺎِﺑ ﻢﻬﹾﻟِﺩﺎﺟﻭ ﻦﻳِﺪﺘﻬﻤﹾﻟﺎِﺑ ﻢﹶﻠﻋﹶﺃ ﻮﻫﻭ ﻪِﻠﻴِﺒﺳ ﻦﻋ ﱠﻞﺿ
Serulah mereka kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya, dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (TQS. an-Nahl [16]: 125)
Karena, hikmah yang
dimaksud dalam ayat ini adalah bukti rasional (burhan al-aqli) dan dalil yang
tak terbantahkan (hujjah damighah). Sedangkan yang dimaksud dengan pelajaran
yang baik adalah peringatan yang baik/bagus (tadzkir jamil). Peringatan itu
disampaikan dengan jalan menyentuh pemikiran sekaligus menggugah perasaan, seperti
ditunjukkan dalam firman Allah Swt.,
52
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
ﲔِﺜِﺑﹶﻻ
ﺎﺑﺂﻣ ﲔِﻏﺎﱠﻄﻠِﻟ ﺍﺩﺎﺻﺮِﻣ
ﺖﻧﺎﹶﻛ ﻢﻨﻬﺟ ﻥﺍﱠ
ﹶﻻﻭ ﺍﺩﺮــﺑ ﺎــﻬﻴِﻓ ﹶﻥﻮﹸﻗﻭﹸﺬﻳ
ﻻﹶ
ﺎ ﺑﺎﹶﻘﺣﹶﺃ
ﺎ ﻬ
ﻴِِﻓ
ﺎﹰﻗﺎﹶﻓِﻭ ًﺀﺍﺰﺟ ﺎﹰﻗﺎﺴﹶﻏﻭ ﺎﻤﻴِﻤﺣﱠﻻِﺇ ﺎﺑﺍﺮﺷ
Sesungguhnya neraka Jahannam itu ada tempat
pengintai, lagi menjadi tempat kembali bagi orang-orang yang melampaui batas.
Mereka tinggal di dalamnya berabad-abad lamanya. Mereka tidak merasakan
kesejukan di dalamnya dan tidak pula mendapat minuman, selain air yang mendidih
dan nanah. Itulah pembalasan yang setimpal. (TQS. an-Naba’ [78]: 21-26)
Sedang perdebatan yang
paling baik (jidal billaty hiya ahsan); dilakukan dengan selalu berusaha
menghindari gangguan (hal yang tidak mengenakkan) yang bisa ditimbulkan oleh
lawan debat, misalkan dengan berpaling dari cemoohan atau cercaan mereka. Atau
dengan kata lain, abaikan gangguan lawan debat Anda. Hal ini tidak bertentangan
dengan firman Allah dalam al-Quran,
ﻻِﺇﱠ ﻦﺴﺣﹶﺃ ﻲِﻫ ﻲِﺘﱠﻟﺎِﺑ ﻻِﺇﱠ ﺏﺎﺘِﻜﹾﻟﺍ ﻞﻫﹶﺃ ﺍﻮﹸﻟِﺩﺎﺠﺗ ﻻﹶﻭ ﻢﻬﻨِﻣ ﺍﻮﻤﹶﻠﹶﻇ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab,
melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zhalim di
antara mereka. (TQS. al-Ankabut [29]: 46)
Perdebatan
yang paling baik (jidal billaty hiya ahsan) adalah menghindar dari gangguan
yang bisa mereka timbulkan akibat perdebatan dengannya. Adapun orang-orang yang
melakukan kezaliman dari Ahli Kitab, dengan memerangi kaum Muslim, atau menolak
penerapan hukum, atau menolak membayar jizyah; maka berdebat dengan mereka
adalah dengan pedang (berperang).
Sebuah
contoh pertarungan pemikiran ditunjukkan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah
kejadian yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dan Abdur Razaq dalam
Mushannaf-nya, maupun oleh para penulis sirah, dari Qatadah bahwa Rasulullah
saw. berkata kepada seorang laki-laki, “Masuklah Islam, wahai Abu al-Harits.’
Lelaki Nasrani itu berkata, ‘Aku telah masuk Islam’. Lalu Rasulullah saw.
berkata lagi, ‘Masuklah Islam, wahai Abu al-Harits.’ Kembali lelaki Nasrani itu
72
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
berkata,
‘Aku telah masuk Islam.’ Lalu Rasulullah saw. berkata untuk yang ketiga
kalinya, ‘Masuklah Islam, wahai Abu al-Harits.’ Lelaki Nasrani itu berkata,
‘Aku telah masuk Islam sebelum engkau.’ Maka Rasulullah saw. menjadi marah dan
berkata, “Engkau berdusta. Ada tiga hal yang menjadi penghalang antara engkau
dan Islam, yaitu engkau membeli khamr (beliau tidak berkata ‘meminum khamr’),
engkau memakan daging babi, dan tuduhanmu bahwa Allah mempunyai anak.”
Sedangkan As Shan’ani
meriwayatkan dalam Tafsir-nya dari Abdur Razaq dari Ma’mar dari Qatadah, bahwa
Ubay bin Khalaf datang dengan membawa sepotong gigi yang telah membusuk,
kemudian melemparkannya ke udara sambil berkata, ‘Apakah Allah akan
menghidupkan gigi ini, wahai Muhammad?’ Maka Rasulullah saw. berkata,
«ﺭﺎﻨﻟﺍ ﻚﹸﻠِﺧﺪﻳﻭ ﻚﺘﻴِﻤﻳﻭ ﺍﹶﺬﻫ ﷲﺍُ
ﻲِﻴﺤﻳ ﻢﻌﻧ »
Benar. Allah akan menghidupkannya dan
membinasakanmu serta memasukkanmu ke dalam neraka.”
Sementara itu, al-Hakim meriwayatkan dalam
al-Mustadrak, dan disahihkannya dari Jabir bin Abdullah
ra., yang berkata, “Suatu hari kaum musyrik Quraisy berkumpul, kemudian
‘Utbah bin Rabi’ah mendatangi Rasulullah saw. sambil berkata, “Wahai Muhammad,
siapa yang lebih baik, engkau atau Abdullah?” Rasulullah saw. diam. Kemudian
Rasulullah saw. berkata, “Apakah engkau sudah selesai?” ‘Utbah berkata, “Ya.”
Maka kemudian Rasulullah saw. membacakan ayat-ayat al-Quran,
ﻦِﻣ ﻞﻳِﺰﹲﻨﺗ ﻢﺣ ﻢﻴِﺣﺮﻟﺍ ﻦِﻤﺣﺮﻟﺍ ﻪﱠﻠﻟﺍِ
ﻢﺴِﺑ
ﻢﻴِﺣﺮﻟﺍ ﻦِﻤﺣﺮﻟﺍ
Bismillahirrahmaanirrahiim.
Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang’
. . . (TQS. Fushshilat [41]: 1); dan seterusnya sampai:
ﺩﺎٍﻋ ﺔﹶﻘِﻋﺎﺻ ﻞﹾﺜِﻣﹶ ﺔﹶﻘِﻋﺎﹰﺻ ﻢﹸﻜﺗﺭﹶﺬﻧﹶﺃ ﻞﹸﻘﹶﻓﹾ ﺍﻮﺿﺮﻋﹶﺃ ﻥِﺈﹶﻓﹾ ﺩﻮﻤﹶﺛﻭ
Jika mereka berpaling maka katakanlah, Aku telah
memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan kaum
Tsamud.’ (TQS. Fushshilat [41]: 13).
32
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
Maka
‘Utbah berkata, “Cukup, cukup! Apakah engkau mempunyai jawaban selain ini?”
Rasulullah menjawab, “Tidak.” Maka kemudian ‘Utbah kembali kepada kaumnya. Kaum
Quraisy kemudian bertanya, “Apa yang ada di belakangmu?” Utbah menjawab, “Aku
tidak meninggalkan apa pun selain bahwa aku telah menanyakan hal yang ingin
kalian tanyakan kepadanya.” Mereka bertanya, “Apakah dia menjawabnya?” ‘Utbah
menjawab, “Ya. Demi Dzat yang menegakkan segala bangunan, aku sama sekali tidak
paham apa yang dia katakan, selain bahwa ia memperingatkan kalian tentang petir
yang menimpa kaum ‘Ad dan kaum Tsamud.” Kaum Quraisy berkata, “Celakalah kamu,
seseorang berkata kepadamu dalam bahasa Arab dan kamu tidak tahu apa yang dia
katakan?” Utbah berkata, “Tidak. Demi Allah, aku tidak paham kecuali ketika dia
menjelaskan tentang petir.” Inilah sejumlah gambaran bentuk pergulatan
pemikiran yang diriwayatkan dari Rasulullah Muhammad saw.
Sejumlah sahabat juga melakukan hal semacam ini. Demikianlah yang
diriwayatkan Ibnu Ishaq dengan sanad dari Az-Zubair yang mengatakan, “Orang
pertama yang membacakan al-Quran dengan keras di Makkah setelah Rasulullah saw.
adalah Abdullah bin Mas’ud.”
Diriwayatkan bahwa pada
suatu hari para sahabat Nabi berkumpul dan berkata, “Demi Allah, kaum musyrik
Quraisy belum mendengar al-Quran dibacakan dengan keras. Lalu, siapakah yang
bersedia membacakan bagi mereka?” Lalu Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku.”
Mereka berkata, “Sebenarnya kami khawatir mereka menyerangmu. Kita berharap, yang
melakukannya adalah seseorang yang mempunyai kerabat yang
melindunginya bila mereka
hendak membahayakannya.” Ibnu Mas’ud berkata, “Biarkanlah aku. Allah akan
melindungiku.” Kemudian diriwayatkan bahwa pada hari berikutnya, Ibnu Mas’ud
mendatangi maqam Ibrahim di Ka’bah sebelum tengah hari dan membacakan ayat
al-Quran,
ﻥﺍَﺀﹶﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﻢﱠﻠﻋ ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ
Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan
al-Quran. (TQS. ar-Rahman [55]: 1-2)
Kemudian dia menghadap
kepada mereka dan membacakan al-Quran. Diriwayatkan bahwa mereka merenungkan
ayat tersebut, dan kemudian bertanya, “Apa yang Ibnu Umm Abdullah katakan?”
Mereka menjawab, “Dia membacakan apa yang dibawa oleh
34
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
Muhammad.”
Maka mereka berdiri dan kemudian memukul wajahnya, namun Ibnu Mas’ud terus
membacakan sampai batas yang dikehendaki Allah. Kemudian dia menemui para
sahabat dengan wajah yang penuh luka. Para sahabat berkata, “Inilah yang kami
khawatirkan atas kamu.” Ibnu Mas’ud berkata, “Para musuh Allah lebih enteng
bagiku sekarang ini. Dan bila dikehendaki, aku akan melakukan lagi hal ini esok
hari.” Para sahabat berkata, “Tidak. Sudah cukup bagimu. Engkau telah membuat
mereka mendengar apa yang mereka benci.”
Ibnu Katsir meriwayatkan dalam kitab Jami’ al-Masaniid wa as-Sunan dari
Hatib yang diutus Rasulullah saw. ke tempat bernama Juraij bin Mina, menemui
Muqauqis dari Iskandariyah. Diriwayatkan bahwa Muqauqis pernah berkata
kepadanya, “Mengapa Nabimu tidak mendoakan keburukan kepada orang-orang yang
mengusirnya dari negerinya?” Maka Hatib menjawab, “Sama halnya seperti Isa,
yang tidak mendoakan keburukan atas orang-orang yang berniat membunuhnya sampai
Allah mengangkatnya kepada-Nya.” Maka kemudian Muqauqis berkata, “Engkau telah
bertindak tepat. Engkau adalah orang bijak yang berasal dari orang yang bijak.”
Sementara
itu, al-Hakim meriwayatkan dalam kitab Mustadrak, yang disahihkan oleh kedua
imam (Bukhari dan Muslim), dari Abu Musa ra. yang berkata; Rasulullah saw.
memerintahkan kami pergi ka negeri Raja Najasy. Hal ini terdengar oleh kaum
Quraisy. Maka kemudian mereka mengirim Amr bin al-Ash dan ‘Amarah bin al-Walid
yang membawa sejumlah hadiah untuk Raja Najasy. Mereka datang kepada kami,
kemudian menghadap Raja Najasy, menyerahkan hadiah kepadanya, mencium dan
bersujud kepadanya. Kemudian Amr bin al-Ash berkata, “Sesungguhnya sekelompok
orang tidak suka dengan agama kami dan mereka pergi ke negeri Anda.” An-Najasy
berkata, “Di negeriku?” Amr menjawab, “Ya.” Maka An-Najasy berkata, “Hadapkan
mereka kepadaku.” Maka Ja’far bin Abi Thalib berkata kepada kami, “Janganlah
kalian berbicara. Aku menjadi juru bicara kalian hari ini.” Maka kemudian kami
mendatangi An-Najasy saat ia sedang duduk di tempat pertemuan. Amr berada di
sebelah kanannya dan Amarah di sebelah kirinya, sedangkan para pendeta dan
rahib duduk di sebelah mereka. Amr dan Amarah berkata kepada An-Najasy, “Mereka
tidak bersujud kepadamu.” Ketika kami sampai di hadapannya, para pendeta dan
rahib yang bersama An-
93
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
Najasy
menegur, “Bersujudlah kepada rajamu.” Ja’far menjawab, “Kami tidak bersujud
kecuali kepada Allah.” An-Najasy bertanya kepada Ja’far, “Dan siapa dia?”
Ja’far menjawab, “Sesungguhnya Allah telah mengutus kepada kami Rasul-Nya, dan
dialah Rasul yang diramalkan kedatangannya oleh Isa dengan nama Ahmad. Ia memerintahkan
kami menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun,
menegakkan shalat, membayar zakat, dan memerintahkan kami berbuat kebaikan dan
melarang kami berbuat kemunkaran.” An-Najasy berkata, “Kata-katanya membuat
orang terpesona.” Ketika Amr melihat hal ini, ia berkata kepada An-Najasy,
“Semoga Allah memuliakan Raja. Mereka menentang pendapat anda tentang Isa bin
Maryam.” Maka An-Najasy bertanya kepada Ja’far, “Apa pendapat sahabatmu
(Muhammad saw.) tentang putera Maryam?” Ja’far menjawab, “Ia berkata tentang
Isa sesuai dengan firman Allah, Isa adalah ruh dari ciptaan Allah yang
diciptakan dengan kalimat-Nya dan disampaikan-Nya kepada perawan suci Maryam,
yang tak seorang pun laki-laki mendatanginya.” Diriwayatkan kemudian bahwa An-Najasy
memungut sepotong ranting dari tanah, kemudian mengangkatnya ke atas sambil
berkata,
“Wahai para pendeta dan
rahib-rahib, apa yang mereka katakan tentang Isa bin Maryam hanya berbeda tidak
lebih dari sebesar ini dari yang kamu katakan. Selamat datang kepada kalian dan
kepada Nabi kalian. Sungguh aku bersaksi bahwa ia adalah utusan Allah, dan
dialah yang diramalkan kedatangannya oleh Isa bin Maryam. Bila aku tidak
menjadi seorang raja, aku akan mengikutinya bahkan sampai membawakan alas
kakinya. Tinggallah di negeriku selama kalian suka.” Ia memerintahkan memberi
makanan dan pakaian kepada mereka. Dan kemudian An-Najasy berkata, “Kembalikan
hadiah ini kepada dua orang ini.” Imam Ahmad meriwayatkan hadits ini dari Ummu
Salamah dengan riwayat yang panjang dan lebih detil daripada hadits Abu Musa
ra. ini. Al-Haitsami meriwayatkan hadits ini dalam kitab Al Majma’ dan
menyatakan bahwa selain dari Ibnu Ishaq, para perawi hadits ini adalah perawi
yang sahih, dan secara eksplisit ia menyatakan bahwa ia mendengar sendiri
hadits tersebut.
Sepeninggal
Rasulullah saw., kaum Muslim meneruskan perjuangan melawan agama dan peradaban
kufur dalam bentuk pertarungan pemikiran maupun pertempuran fisik –yang akan
terus berlanjut– hingga Islam tersebar luas melintas batas-batas negeri,
14
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
bahkan
benua, hingga hanya tersisa sedikit wilayah yang belum terjamah peradaban
Islam. Umat manusia berduyun-duyun masuk Islam serta menanggalkan agama dan
peradaban mereka sebelumnya, kemudian menjelma menjadi satu umat yang baru,
dengan satu aqidah, satu pemikiran, satu pandangan hidup, satu sistem
kehidupan, satu kepentingan, dan satu tujuan, yakni meninggikan kalimat Allah.
Islam menguasai kedudukan sebagai negara utama di dunia, sedangkan kota-kotanya
menjadi pusat pancaran pemikiran yang cemerlang, aqidah tauhid, dan syariat
yang adil. Kaum Muslim mengemban risalah yang terkandung dalam al-Quran dan
as-Sunah dan membawa bahasa Arab ke pentas dunia, sehingga Islam menjadi ideologi
internasional dan minat kaum Muslim terhadap bahasa Arab begitu besar. Sampai
kemudian muncullah di antara mereka para mujtahid dan ahli bahasa, baik dari
kalangan Arab maupun non-Arab (‘Ajam); semuanya menjadi bersaudara semata-mata
karena Allah Swt.
Namun kemudian kita menyaksikan suatu kampanye jahat terhadap bahasa
Arab untuk memisahkan bahasa Arab dari Islam dengan berbagai bentuk, antara
lain seruan menggunakan bahasa percakapan sehari-hari (‘aamiyah), penulisan
bahasa kaum Muslim yang lain
dengan huruf Latin, dan
menganggap dialek-dialek lokal sebagai bahasa Arab. Sudah diketahui dengan
pasti, bahwa tidak mungkin seseorang mempelajari Islam tanpa memahami bahasa
Arab, apalagi melakukan ijtihad. Karena itu mereka berharap bahasa Arab menjadi
seperti halnya bahasa Latin atau Syria, sehingga tidak seorang pun yang
memahami Islam dengan baik, kecuali orang-orang yang ahli dalam bahasa ini.
Realitasnya, mereka ingin bahasa Arab menjadi bahasa yang mati. Bagaimana
mungkin orang yang tidak mengerti bahasa Arab mampu memahami bentuk-bentuk
berita (khabar), susunan (insya’a), perintah (amr), larangan (nahy), makna
hakiki (haqiqah) dan makna metaforis (majazi), alasan (‘illat), sebab (sabab),
syarat, pencegah (ma’ani), umum (‘amm), khusus (khash), mutlak (mutlaq),
terbatas (muqayyad), makna eksplisit (mantuq), makna implisit (mafhum), dan
keharusan (iltizam), makna-makna huruf, nahwu, sharaf, dan sebagainya. Semuanya
ini penting untuk dapat memahami nash-nash syariat. Dengan demikian, siapa saja
yang menyerukan pemisahan bahasa Arab dengan Islam, sesungguhnya ia adalah
musuh Islam; dan siapa pun dari kalangan Muslim yang terjebak dengan kesesatan
ini, maka ia tergolong orang-orang yang bodoh.
42
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
Namun demikian, masuknya manusia ke dalam agama Islam tidak terjadi
secara umum, sempurna, dan menyeluruh. Bahkan termasuk di kalangan orang-orang
Arab sendiri. Sehingga, agama-agama dan peradaban-peradaban yang dikalahkan
masih ada. Pada awalnya, keberadaannya sangat lemah disebabkan karena tiadanya
lingkungan yang mendukung perkembangan mereka. Karena itu, gerakan-gerakan
sempalan (kaum zindiq) berhasil digagalkan dan ditekan, namun kelemahan dalam
bahasa Arab menjadikan tertutupnya pintu ijtihad dan meluasnya berbagai
kebingungan dalam memahami hukum. Tak pelak hal ini membuat posisi negara
menjadi lemah, hingga menjadi negara-negara kecil. Keadaan ini diperburuk
dengan adanya penyusupan beberapa pemikiran yang berasal dari agama dan
peradaban lain ke dalam tubuh kaum Muslim, seperti ascestisme (bertapa) dan
melukai badan sendiri dari filsafat Hindu, kesukuan, ide-ide bathiniyyah, dan
kecenderungan melepaskan diri dari pusat kekuasaan Khilafah, yang semakin
memperlemah negara dan menghentikan penaklukan-penaklukan. Bahkan kemudian
datang pasukan Salib dan Tartar yang menggerogoti kekuasaan kaum Muslim. Hingga
kemudian Banu Utsmaniyyah tampil ke depan, dan
mampu menyatukan kembali
hampir semua wilayah kekuasaan Islam serta melanjutkan berbagai penaklukan.
Akan tetapi, karakter militer yang mendominasi kekuasaan Banu Utsmaniyyah tidak
didukung dengan penyampaian ideologi yang benar. Sehingga, orang-orang yang
tinggal di wilayah-wilayah taklukan tidak sepenuhnya lebur ke dalam Islam
sebagaimana yang terjadi pada masa-masa awal penaklukan. Karena itu, dengan
mudah kita bisa melihat perbedaan antara masyarakat Uzbek, Tajik, Pashtun,
Persia, Turki, Berber, India, Ad-Dailam, Turkmen, dan Kurdi beserta seluruh
kecintaan dan ketaatan mereka kepada Islam, dengan kaum yang ditaklukan Banu
Utsmaniyyah seperti bangsa Serbia, Yunani, Hongaria, Kroasia, Rumania, dan
sebagainya. Maka tidak mengherankan jika mereka segera berkonspirasi dengan
bangsa kafir Barat melawan Islam dan Negara Islam, serta tidak pernah berhenti
mencari peluang untuk membalas dendam. Kemudian mulailah terjadi invasi budaya
dan misionaris ke dalam tubuh Negara Islam, hingga pada puncaknya peradaban
Barat berhasil meruntuhkan Negara Islam, mengoyak negeri-negeri muslim, dan
memecah belah kesatuan jamaah kaum Muslim.
74
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
Serangan peradaban kapitalis Barat tidak berhenti sampai di sini. Mereka
terus menerus menyebarluaskan konsep-konsepnya tentang nasionalisme,
patriotisme, demokrasi, hak asasi manusia dan liberalisme, hukum buatan
manusia, dan merekayasa tapal batas imajiner antar kaum Muslim. Mereka juga
mengangkat para penguasa korup di negara-negara lemah tersebut sebagai
antek-antek mereka, untuk menyebarluaskan pengaruh dan ide-ide kufur mereka,
melindungi kepentingan mereka, mempertahankan sekat-sekat buatan mereka,
menyesatkan kaum Muslim dari jalan Allah, serta menentang setiap orang yang
tulus ikhlas berusaha membebaskan diri dari hegemoni mereka. Mereka juga
dibantu oleh agen-agen yang terdiri dari para intelektual, yang senantiasa
menyerukan dan membela pemikiran-pemikiran Barat dengan semangat, menentang
konsep peradaban Islam, serta dengan membabi buta berpihak kepada musuh umat.
Para serdadu Salib dan agen-agen mereka di kalangan tokoh kaum Muslim juga
mengendalikan berbagai media massa dan sarana pendidikan, sehingga mereka sesat
dan menyesatkan.
Serangan pemikiran ini tidak berhenti di sini. Propaganda kepada
peradaban Barat seperti liberalisme, demokrasi, pluralisme, masyarakat madani
(civil society),
negara insitusi (state of
institutions), hak asasi manusia (HAM), hak-hak perempuan, ikatan patriotisme,
dialog antara agama, dan sebagainya, terus berjalan dengan lancar. Dengan
demikian, sungguh hal ini merupakan suatu pertarungan pemikiran yang sangat
keras antara dua peradaban: Islam dan kapitalisme. Benturan ini begitu jelas
hingga tidak ada lagi bukti yang perlu diungkapkan, karena bisa kita rasakan
dan saksikan dalam kehidupan sehari-hari, meskipun para intelektual dan
tokoh-tokoh kapitalis selalu berusaha menyembunyikannya melalui berbagai
distorsi dan penyesatan.
Sekedar
mengutip beberapa contoh, mantan Presiden AS Nixon pernah menyatakan dalam buku
The Favorable Opportunity bahwa, “Isolasi kita sesungguhnya bertentangan dengan
nilai-nilai dan keyakinan agama kita, yang menyerukan penyebarluasan kebaikan
ke seluruh pelosok bumi.” Nixon juga menulis dalam bukunya Victory Without War,
“Revolusi ideologi Islam merupakan suatu reaksi melawan modernisasi. Komunisme
berjanji memutar jarum jam sejarah ke depan, sedangkan fundamentalisme Islam
ingin memutar ke belakang . . . Revolusi komunis dan Islam merupakan musuh
ideologis
-
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
yang
mempunyai tujuan sama, yaitu ingin meraih kekuasaan dengan segala cara dengan
maksud untuk menerapkan pemerintahan diktator berdasarkan cita-cita ideal yang
tidak lagi dapat dibiarkan.”
Kita juga mendengar pernyataan Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi,
“Kita harus menyadari keunggulan peradaban kita. Masyarakat Timur masih
berorientasi pada peradaban Barat dan orientasi ini akan terus meningkat. Hal
ini pernah terjadi pada masyarakat komunis, demikian pula sejumlah bagian dunia
Islam.”
Teri Larson, koordinator perjanjian damai Oslo, menyambut gembira kecenderungan
kaum Muslim Palestina untuk melakukan normalisasi dengan masyarakat Barat.
Salah seorang anggota delegasi Yahudi dalam perjanjian Oslo dan Wye River, Ori
Speer, menjelaskan dalam bukunya, The Course (Al Masirah), “Kerudung di kepala
para muslimah mulai menghilang dan gaun mereka pun semakin diperpendek; hal ini
disambut gembira oleh Larson, yang menganggapnya sebagai pertanda keinginan
kaum Muslim untuk melakukan normalisasi dengan Barat.” (Padahal tidak ada
wanita yang berani melakukan perbuatan tersebut pada masa-masa awal Intifada,
sebelum berlangsungnya perjanjian Oslo).
Kita juga
mendengar pernyataan Phyllis Oakley, mantan Staf Menteri Luar Negeri AS, “Kami
setuju dengan pendapat bahwa benturan peradaban adalah sesuatu yang tidak dapat
dielakkan.”
Sementara
itu, mantan Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright mengatakan, “Kami
diserang disebabkan karena identitas kami. Kami menganut globalisasi dan
mempertahankan demokrasi, liberalisme, dan masyarakat yang terbuka. Inilah
nilai-nilai dasar Amerika yang tidak bisa ditawar lagi.” (Majalah al-Quds, yang
mengutip kata-kata Nathan Charles-Washington).
Paul
Kennedy, seorang profesor sejarah Universitas Yale AS mengatakan, “Prediksi
bahwa serangan para teroris tidak akan berhenti merupakan prediksi yang sulit
dihindari. Kami belum pernah memperoleh kesuksesan besar dalam hal
mengantisipasi serangan seperti ini. Jin ini telah keluar dari leher botol
dengan membawa semangat balas dendam; dan bom mobil telah berganti menjadi bom
pesawat terbang.” (Majalah al-Quds, 22/9/2001).
Mantan
Presiden Israel Hertzog, pernah berkata di depan parlemen Polandia pada tahun
1992, “Fundamentalisme Islam tersebar dengan cepat. Gejala ini tidak saja
membahayakan kaum Yahudi, tetapi juga
94
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
membahayakan seluruh ummat manusia.” (Majalah
al-‘Arabi nomor 514).
Sedangkan Shimon Peres
pernah berkata, “Fundamentalisme menjadi bahaya terbesar abad ini pasca
keruntuhan komunisme.” (Majalah al-‘Arabi, no 514).
Cyrus Vance, mantan Menteri Luar Negeri AS juga mengatakan, “Kita harus
hati-hati dan tegas dalam menangani orang-orang fanatik ini, yang tindakannya
sulit diprediksi.” (Majalah al-‘Arabi nomor 514).
Sementara itu, ensiklopedi
budaya Prancis menggambarkan Muhammad saw. sebagai “Anti-Kristus, penculik para
wanita, dan musuh terbesar bagi akal manusia.”
Pernyataan-pernyataan di atas –dan berbagai pernyataan lain yang serupa–
secara eksplisit mengungkapkan permusuhan mereka terhadap Islam. Pernyataan
mereka juga menunjukkan bahwa mereka semua –bersama dengan peradaban
kapitalismenya– telah menyerang peradaban Islam dengan sangat keras. Namun
begitu, masih ada kelompok lain yang berupaya menebar debu di mata kaum Muslim
dengan maksud untuk menyesatkan mereka, membuat mereka terus terbius, dan
menghalangi upaya kaum Muslim dalam
membuat perubahan. Kelompok ini tidak kurang jahatnya terhadap Islam dan
kaum Muslim.
Demikianlah
kita pernah mendengar mantan Presiden AS Clinton berkata, “Musuh kami di Timur
Tengah adalah ekstremisme.” Clinton menolak ide benturan peradaban. Demikian
pula ia menyatakan bahwa perang yang terjadi tidak terkait dengan Islam, akan
tetapi merupakan perang melawan kekuatan ekstremis yang berlindung di balik
selubung agama dan nasionalisme. Clinton bahkan menambahkan, bahwa ekstremisme
bertentangan dengan ajaran Islam, dan menekankan bahwa Islam adalah agama yang
mengajarkan toleransi dan sikap moderat di dunia. (Majalah al-‘Arabi nomor
514).
Dalam
mengomentari pernyataan Berlusconi di atas, Menteri Luar Negeri Belgia Louis
Mitchell berkata, “Bila ada seorang perdana menteri dari suatu negara Uni Eropa
berpendapat dengan jalan pikiran seperti ini, maka pendapat ini harus ditolak.
Pandangan bahwa ada peradaban yang lebih baik atau lebih maju daripada
peradaban lain merupakan pandangan yang bertentangan dengan nilai-nilai
masyarakat Eropa yang kami yakini.” (Lingkar studi di stasiun TV al-Jazeera).
Bahkan Bush Jr –yang menyatakan ‘Perang Salib’ secara
terang-terangan– pun tetap mengunjungi Islamic
Centre di Washington, dan melukiskan Islam sebagai agama perdamaian. Mitranya,
Perdana Menteri Inggris Tony Blair, juga menggambarkan Islam sebagai agama
perdamaian. Bahkan ia sempat membacakan ayat suci al-Quran,
ﺽِﺭَﻷﺍ ﻲــِﻓ
ﺩﺎــٍﺴﹶﻓ ﻭﹶﺃ ﺲﹾﻔٍﻧ ﺮﻴﻐِﺑ ﺎﺴﹾﻔﻧ ﻞﺘﹶﻗ ﻦﻣ
ﺎــﻌﻴِﻤﺟ ﺱﺎﻨﻟﺍ ﻞﺘﹶﻗ ﺎﻤﻧﹶﺄﹶﻜﹶﻓ
Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan
karena orang itu membunuh orang lain, atau karena membuat kerusakan di muka
bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya. (TQS. al-Mâidah [5]: 32)
Menghadapi ucapan-ucapan menyesatkan seperti di atas, wajib bagi kaum
Muslim untuk tidak terperdaya, karena tindakan mereka sama sekali bertolak
belakang dengan ucapan-ucapannya. Tindakan mereka itulah yang sesungguhnya
mencerminkan perasaan mereka yang paling dalam, yakni kebencian kepada Islam
dan kaum Muslim. Kata-kata mereka tidak akan mampu membodohi kaum Muslim.
Orang-orang ini tahu persis
realitas Islam, bahkan
tidak jarang mereka lebih paham Islam daripada kaum Muslim sendiri. Nixon
pernah berkata, “Ide-ide mereka tidak boleh dibiarkan...
Fundamentalisme akan
membawa dunia kembali ke masa lalu ... Penganut Islam adalah musuh ideologis.”
Dalam bukunya The Favorable Opportunity Nixon mengatakan bahwa Islam bukanlah
sekedar suatu agama, tetapi juga menjadi landasan suatu peradaban besar. Dengan
demikian, ia membedakan antara Islam dan Nasrani. Dalam bukunya ia membahas
tentang kaum fundamentalis sebagai berikut: “Mereka memutuskan untuk kembali
pada peradaban Islam masa lampau dengan jalan membangkitkan kembali sistem
lama. Dan mereka bermaksud menerapkan syariat Islam dan menyatakan bahwa Islam
adalah sebuah agama dan sekaligus negara.” Lebih lanjut ia mengatakan, “Tetapi
peradaban kita tidak lebih maju dari peradaban mereka. Dunia Islam memerangi
komunisme jauh lebih kuat dibandingkan upaya masyarakat Barat memerangi
komunisme. Dan penolakan mereka terhadap materialisme dan kerusakan moral,
sebagaimana yang melanda masyarakat Barat, merupakan kelebihan mereka, bukan
kekurangan mereka.” Sebagaimana Anda lihat, ungkapan-ungkapannya nampak tulus;
96
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
namun
demikian, ungkapan-ungkapan itu tidak menghalangi mereka untuk menyebut kaum
Muslim sebagai musuh ideologis. Ungkapan-ungkapan itu juga tidak menghalangi
mereka untuk berkonspirasi melawan kaum Muslim, serta membantu kaum Yahudi
melawan umat Islam. Dalam bukunya itu, Nixon menyatakan, “Komitmen kita
mempertahankan negara Yahudi adalah suatu komitmen yang dalam. Kami bukanlah
sekutu resmi Israel, namun yang menyatukan kami adalah sesuatu yang lebih besar
dari sekedar tulisan di atas kertas, yaitu komitmen moral; komitmen yang sama
sekali belum pernah diabaikan oleh presiden kami di masa lalu, dan akan selalu
dipenuhi oleh presiden kami di masa mendatang dengan penuh ketulusan. Amerika
tidak akan pernah membiarkan musuh-musuh Israel – yang bersumpah akan
memberikan bencana yang memilukan kepada Israel – dapat merealisasikan tujuan
mereka.” Dalam bukunya itu, Nixon juga mengatakan, “Dalam rangka melindungi
pemerintahan demokratis yang terancam, seperti Israel dan Korea Selatan, dari
ancaman pihak lain, kami siap menggunakan kekuatan militer bilamana
diperlukan.” Nixon menambahkan, “Tidak ada satu pun presiden AS maupun anggota
Kongres yang dapat memberikan izin bagi penghancuran
Israel.” Demikianlah,
orang-orang seperti Nixon ini paham betul dengan hakikat Islam dan peradaban
Islam. Namun mereka tetap bersikukuh dengan kekufuran mereka, dengan
permusuhannya terhadap Islam, dan dengan makar-makarnya. Ini tidak aneh.
Seorang muslim mungkin saja lebih paham peradaban Barat daripada muslim
lainnya, namun ia tetap kokoh memegang diin dan peradaban Islam. Namun tidak
tertutup kemungkinan kalau ada sebagian lain yang bersikap sebaliknya. Dengan
demikian, kaum Muslim tidak boleh terperdaya dengan kata-kata manis para musuh
Islam.
Keberadaan
Khilafah yang mengikuti metoda kenabian (Khilafah rasyidah ‘ala minhâjin
nubuwwah) merupakan landasan kekuatan dalam benturan antara Islam dan
kekufuran. Alangkah sangat naif dan piciknya bila kita hendak melawan berbagai
serangan mereka hanya dengan dakwah lewat bermacam media, menulis buku, dan
kontak-kontak pribadi semata. Sementara pada saat yang sama Islam belum
diterapkan secara kaaffah, sedang kaum Muslim masih berada dalam keadaan yang
lemah, terhina, terbelakang, dan terpecah-belah. Dengan Daulah Khilafah
Islamiyah, maka akan terwujud keadilan, kehormatan,
98
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
kebahagiaan,
nilai-nilai kemanusiaan, dan segala bentuk kebaikan lainnya; dan pada saatnya
nanti, kaum Muslim dan kaum Kafir akan menyaksikan hal tersebut. Keberadaan
Khilafah akan menggantikan fungsi jutaan buku dan kontak-kontak pribadi serta
ribuan media dakwah. Terlebih lagi bila keberadaan Khilafah tersebut dilengkapi
dengan semua yang disebutkan itu; maka Anda akan segera melihat, betapa orang
akan berbondong-bondong memeluk diin Allah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar