Bentuk-bentuk Benturan Peradaban:
A. Pertarungan Pemikiran (ash-shira’
al-fikri) Sesungguhnya pertarungan pemikiran antara
Islam dan
peradaban-peradaban kufur adalah hal yang nyata. Pertarungan ini menjadi
kewajiban setiap Muslim, bahkan bila kaum Kafir tidak lebih dulu menyerang kaum
Muslim. Rasulullan saw. memulai pertarungan pemikiran di Makkah, jauh sebelum
Negara Islam ditegakkan dan setelah berakhirnya tahap dakwah secara rahasia
(ad-dawr as-sirri). Keadaan ini terus berlanjut sampai saat ini, dan akan terus
berlangsung sampai waktu yang dikehendaki Allah. Pertarungan pemikiran
merupakan hal yang sangat transparan,
sekalipun bagi beberapa orang menjadi perkara
yang sulit dipahami. Namun siapa saja yang mempelajari kitab al-Millal wa
an-Nihal, akan mendapatkan informasi tentang pergulatan antar berbagai
pemikiran yang dikenal kaum Muslim.
Sedangkan pertarungan
antara peradaban Barat dan peradaban Islam terwujud dalam berbagai bentuk, di
antaranya:
1. Dominasi terhadap berbagai sarana media massa
yang diarahkan untuk kepentingan peradaban Barat.
2. Dominasi terhadap kurikulum pendidikan di setiap
tingkatan, yang dimaksudkan untuk menyebarluaskan konsep-konsep Barat,
menyimpangkan dan menentang berbagai konsep peradaban Islam, serta memalsukan
sejarah peradaban Islam.
3.
Mendirikan sekolah-sekolah
dan universitas-universitas di bawah kendali dan pengawasan langsung para
pemuja peradaban Barat.
4.
Mendirikan berbagai partai
politik yang menganut dan menyerukan peradaban Barat, yang dikelola oleh
negara-negara Barat dan
100
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
antek-anteknya
yang bersikap moderat - progresif.
5.
Memberikan dukungan dan
sponsor kepada orang-orang yang dianggap sebagai kalangan elit, terpelajar, dan
intelektual, dengan tujuan untuk mempromosikan mereka menjadi tokoh-tokoh
pemikir di negeri-negeri kaum Muslim.
6.
Memberikan dana beasiswa
pendidikan dalam berbagai bentuknya, untuk memilih orang yang dianggap cocok
menjadi agen intelektual, agen politik, agen militer, atau mata-mata bagi
Barat.
7.
Memberikan dana yang
melimpah kepada berbagai lembaga, kelompok, dan organisasi yang didirikan untuk
menyebarluaskan racun-racun pemikiran mereka.
8.
Memerangi penggunaan bahasa
Arab dan membangkitkan bahasa-bahasa selain Arab, serta melontarkan
agitasi-agitasi yang bersifat nasionalistik dan patriotik.
Bahkan apa yang disebut konflik kepentingan (shira’ ul-masalih)
sejatinya berawal dari perbedaan pemikiran, yang kemudian diikuti dengan
pertarungan
pemikiran. Pertarungan demi
berbagai kepentingan itu bisa mengakibatkan konflik militer. Sehingga,
negara-negara yang lemah –yang tidak mampu menggalang kekuatan militer yang
memadai– tidak akan berupaya memulai suatu konflik kepentingan, kecuali sekedar
memunguti sisa-sisa pertarungan antar negara besar, seperti halnya hyena dan
serigala yang hanya dapat mengais-ngais sisa makanan singa si raja hutan.
Konflik
kepentingan dapat terjadi di antara dua peradaban, tetapi juga bisa terjadi
antara dua negara atau dua bangsa yang berperadaban sama. Ketika AS menginvasi
Kawasan Teluk, mendudukinya, dan memperluas pengaruhnya, hingga berhasil
memperkokoh kedudukannya, maka tujuan utama sesungguhnya bukanlah membebaskan
Kuwait. Yang terjadi sebenarnya adalah pertempuran demi memperebutkan
ladang-ladang minyak serta menancapkan pengaruh dan kekuatan militernya di
sana. Sebagaimana pernyataan salah satu pejabat AS, “Kami datang untuk
memperbaiki kekeliruan Tuhan.” Yang dimaksud dengan “kekeliruan Tuhan” adalah
keputusan-Nya menciptakan minyak bumi yang melimpah di kawasan Teluk, bukannya
di negara-negara Barat. George Schultz dalam sebuah acara televisi pada
72
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
tanggal 16/12/1990 mengatakan, “Militer Irak
harus dihancurkan, sekalipun mereka mundur dari Kuwait.” Sedangkan Dick Cheney
berpidato di depan Kongres pada tanggal 3/12/1990, “Kita harus bisa menjamin
bahwa serangan seperti ini (invasi Irak) tidak kembali berulang, sekalipun
Saddam menarik pasukannya dari Kuwait.”
Setiap orang tahu, bahwa Irak, Kuwait, dan Kawasan Teluk lainnya
merupakan kawasan yang berada dalam pengaruh Inggris pada saat invasi itu
terjadi. Jadi, sesungguhnya telah terjadi pertarungan politik dan ekonomi
antara AS dan Inggris, meski kedua negara tersebut mempunyai peradaban yang
sama, yaitu kapitalisme. Pada saat yang sama, terjadi pula pertarungan politik,
ekonomi, dan militer antara AS dengan kaum Muslim; antara AS yang menganut
kapitalisme dengan kaum Muslim yang meninggalkan peradaban Islam atau sebagian
besar konsep-konsepnya. Pertarungan AS melawan kaum Muslim selama ini dilakukan
berdasarkan konsep peradaban mereka, yaitu menjajah negara yang lebih lemah dan
mendominasi seluruh sumberdayanya. Konflik ini berulang kembali, pada saat AS
menduduki Asia Tengah baru-baru ini. Sementara pertarungan AS dengan Inggris
dilakukan berdasarkan
konsep yang berbeda dengan konsep yang diberlakukan AS terhadap negara-negara
Arab. Pertarungan dengan Inggris perlu dilakukan, karena –menurut konsepnya–
mereka harus menjadi satu-satunya negara yang berperan dalam kepemimpinan Tata
Dunia Baru dan perampokan sumber daya alam negara-negara lemah. AS, sebagaimana
ucapan Bush, harus menjadi kekuatan terdepan agar tidak terdapat dua kutub
kepemimpinan di dunia. Kepemimpinan dunia, dalam pikiran mereka, haruslah
tunggal; dan pemimpin tunggal itu haruslah Amerika Serikat, sebagai pewaris
kolonialisme masa lampau, tidak boleh ada penentang dan saingan.
Salah satu
contoh pertarungan antara dua peradaban adalah pertarungan antara peradaban
kapitalisme Amerika dengan peadaban sosialisme Uni Soviet. Namun demikian,
pertarungan itu tidak sampai pada konflik militer, tetapi hanya pertarungan
politik, ekonomi, dan pemikiran, yang diakhiri dengan runtuhnya Uni Soviet.
Sedangkan contoh lain pertarungan antara dua negara atau dua bangsa yang
berasal dari peradaban yang sama adalah konflik antara kaum Nazi dengan para
penganut kapitalisme lainnya; suatu pertarungan antara kelompok yang menganggap
32
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
ras Jerman
(Aria) sebagai ras yang paling unggul, dengan negara-negara lain yang menentang
rasialisme di kalangan penganut kapitalisme di Eropa dan Amerika. Dengan
begitu, maka pertarungan itu terjadi dalam lingkup satu peradaban. Pertarungan
yang terjadi karena ada sebagian konsep kaum Nazi yang bertentangan dengan
konsep negara-negara Sekutu.
Pertarungan pemikiran
adalah landasan dan awal mula setiap pertarungan yang terjadi antara dua orang
anak Adam di setiap penjuru permukaan bumi, hingga saat ini. Pertarungan yang
akan terus berlanjut sampai waktu yang dikehendaki Allah. Inilah alasan mengapa
kita mulai pembahasan ini dengan pertarungan pemikiran.
B. Pertarungan Ekonomi
Pertarungan demi kepentingan-kepentingan ekonomi ada sejak zaman dulu.
Dan sekarang pertarungan itu semakin mengerikan, destruktif, komprehensif, dan
terorganisasi, karena para penganut peradaban yang kuat mulai mengganyang
hamba-hamba Allah dari kalangan peradaban lainnya, tanpa menyisakan sedikit pun
rasa belas kasihan, simpati, atau rasa kemanusiaan. Dunia menjadi layaknya
suatu rimba
yang sangat luas, di mana yang kuat memangsa
yang lemah. Dunia memang seperti desa yang kecil dalam kaitannya dengan
perkembangan komunikasi dan transportasi, namun laksana hutan rimba yang luas
dalam hal penindasan oleh yang kuat terhadap yang lemah. Hal ini ditunjukkan
dengan berbagai bentuk praktik kapitalisme –terutama oleh gembongnya, Amerika
Serikat– antara lain:
34
Penguasaan bahan-bahan
mentah di mana pun adanya dan dengan jalan apa pun.
35
Menggantikan emas dengan
dolar sebagai mata uang dunia. Masyarakat Eropa berusaha melepaskan diri dari
hegemoni AS dengan cara memakai mata uang bersama, yaitu Euro, sementara
sejumlah negara juga sedang berusaha memperkenalkan kembali emas (dinar) dan
perak (dirham) sebagai standar. Tetapi AS memerangi setiap upaya untuk
mengembalikan sistem emas ini.
36 Terus menjadikan negara-negara berkembang
sekedar sebagai pasar barang-barang konsumtif, dengan selalu mencegah mereka
dari upaya
93
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
mengembangkan industri berat dan bahkan,
berbagai industri ringan.
14 Menenggelamkan berbagai negara berkembang dengan hutang ribawi yang
berlipat ganda melalui IMF dan Bank Dunia. Bahaya jerat hutang ini sangat jelas
kelihatan.
15 Menarik kalangan profesional dan intelektual yang tidak menemukan atau
tidak puas dengan posisi mereka di negara asalnya, agar mereka beremigrasi ke
negara-negara Barat.
16 Memaksanakan berbagai kebijakan ekonomi dan
pembangunan yang dirumuskan oleh IMF, yang mengakibatkan lemahnya tingkat
keamanan pangan berbagai negara berkembang, hingga mereka menggantungkan diri
mereka dengan berbagai bantuan, grant (hibah), dan pinjaman dari Barat, meski
sebelumnya mereka berhasil melakukan swasembada pangan.
17 Menyulut perang -perang regional untuk memaksa sejumlah negara membeli
senjata dan peralatan militer dari Barat yang dalam waktu singkat menjadi
barang rongsokan yang ketinggalan zaman, jika tidak segera digunakan
dalam perang-perang regional antar negara
berkembang.
42
Berusaha menciptakan
suasana tidak aman di berbagai negara, agar terjadi pelarian modal ke
negara-negara Eropa dan Amerika yang aman, dengan maksud agar sewaktu-waktu
bisa dibekukan dengan berbagai dalih. Diperkirakan paling sedikit ada dana
sebesar 800 miliar dolar milik negara-negara Arab saja yang disimpan berbagai
negara Barat . Kita dapat membayangkan, betapa besar kekayaan yang mereka
rampok dari negeri-negeri Islam, belum lagi yang berasal dari negara-negara
berkembang lainnya.
43
Penguasaan berbagai
kepentingan ekonomi di berbagai negara melalui apa yang mereka sebut
globalisasi, privatisasi, dan penanaman modal yang dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan kapitalis raksasa.
44
Mengangkat
penguasa-penguasa – yang merupakan agen-agen mereka – bersama dengan kekuatan
militer dan intelejen untuk mempertahankan berbagai kepentingan mereka.
74
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
- Mengirim dan menempatkan pasukan di
wilayah-wilayah konflik dengan tujuan untuk memperluas pengaruhnya, seperti
yang dilakukan AS di kawasan Teluk, Sinai, Asia Tengah, Turki, dan berbagai
tempat lainnya. Belum lagi ada armada-armada kapal induk yang mengarungi
berbagai samudera untuk mengamankan operasi-operasi penjarahan yang mereka
lakukan.
-
Berupaya memecah-belah
dunia menjadi negara-negara kecil yang lemah dengan alasan kemerdekaan, agar
mereka mudah dikuasai dan dikendalikan.
-
Menyebarluaskan budaya dan
konsep-konsep peradaban mereka, dengan tujuan untuk mempertahankan dominasinya
atas negara yang lemah dan menjauhkan umat yang tertindas dari pemikiran
tentang perlunya perubahan dan pembebasan dari cengkeraman mereka.
- Menerapkan sanksi embargo terhadap negara-negara
tertentu, seperti halnya sanksi AS terhadap Irak. AS, melalui Dewan Keamanan
PBB, telah mengeluarkan resolusi nomor 665 untuk menerapkan boikot atas Irak,
dan memberikan
wewenang
kepada Angkatan Laut AS untuk menggunakan senjata dalam rangka mencegah setiap
transaksi perdagangan dengan Irak. Dalam bukunya, Leaders, Bob Woodward
memberikan komentar tentang resolusi ini, “Inilah pertama kalinya dalam empat
puluh lima tahun usianya, PBB memberikan hak untuk menerapkan sanksi ekonomi
kepada negara-negara di luar lembaganya. Ini merupakan kemenangan diplomatik
yang luar biasa bagi Pemerintah AS.”
C. Pertarungan Politik
Adanya pertarungan politik
antara peradaban Barat dan kaum Muslim dapat dibuktikan dengan hal-hal sebagai
berikut:
94
Meruntuhkan
Khilafah Islamiyah pada tahun 1924.
95 Mendirikan Negara Yahudi Israel di tanah
Palestina, serta upaya mereka mempertahankannya dan memperkuat militernya.
96 Memecah belah jamaah kaum Muslim dan mendorong
pemisahan diri berbagai negeri Islam dengan kedok kemerdekaan, hingga menjadi
sekitar 60 negara kecil yang tidak berdaya di hadapan
negara-negara
Barat. Upaya ini masih terjadi hingga saat ini dan tidak akan berhenti. Bahaya
yang mengancam di balik upaya pemecah-belahan ini sangatlah jelas bagi otang
yang berakal. Namun, kaum Muslim masih saja terpikat dengan ide kemerdekaan ini
dan rela berperang demi tujuan ini, sekalipun ide ini sangat bertentangan
dengan peradaban dan pemikiran Islam. Allah memerintahkan kaum Muslim untuk
menjadi satu tubuh (jami’an) dan tidak bercerai-berai. Namun demikian mereka
tetap bercerai berai dan terus berusaha memisahkan diri, meskipun siang malam
mereka berulang-ulang membaca firman Allah Swt.,
ﺍﻮﹸﻗﺮﹶﻔﺗ ﻻﹶﻭ ﺎﻌﻴِﻤﺟ ﷲﺍِ ﻞﺒﺤِﺑ ﺍﻮﻤِﺼﺘﻋﺍﻭ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali
(agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai. (TQS. Ali ‘Imran [3]: 103)
Jami’an (kamu semua) dalam ayat itu merupakan
keadaan (haal) dari orang-orang yang memegang erat agama Allah. Maknanya
adalah, mereka haruslah merupakan suatu jama’ah, sesuai dengan sabda Rasulullah
saw.,
ﺪــﻳِﺮﻳ ﺪِﺣﺍٍﻭ ﻞٍﺟﺭ ﻰﹶﻠﻋ ﻊﻴِﻤﺟ ﻢﹸﻛﺮﻣﹶﺃﻭ ﻢﹸﻛﺎﺗﹶﺃ ﻦﻣ»
«ﻩﻮﹸﻠﺘﹾﻗﺎﹶﻓ ﻢﹸﻜﺘﻋﺎﻤﺟ ﻕﺮﹶﻔﻳ ﻭﹶﺃ ﻢﹸﻛﺎﺼﻋ ﻖﺸﻳ ﹾﻥﹶﺃ
Siapa saja yang datang kepada kamu sekalian,
sedangkan urusan kalian diatur oleh seseorang (Khalifah), kemudian dia [yang
atang itu] hendak menghancurkan kesatuan kalian dan memecah belah kesatuan
jama’ah kalian, maka bunuhlah dia. (HR. Arfajah)
Dengan
demikian, kamu semua (jami’an) dan kesatuan umat (jama’ah) di bawah
kepemimpinan satu orang, memiliki makna yang sama.
Menerapkan sistem pemerintahan republik atau kerajaan secara resmi di
negeri-negeri kaum Muslim, sekaligus memisahkan kewenangan pemerintahan menjadi
tiga bagian - eksekutif, legislatif, dan yudikatif - sebagaimana yang dianut
negara-negara Barat.
Memerangi gerakan-gerakan Islam yang secara serius berjuang untuk
membuat perubahan dengan menegakkan Negara Islam, yakni negara Khilafah
96
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
Rasyidah.
Mereka menyebut gerakan-gerakan Islam ini sebagai ekstremis atau fundamentalis.
Kebanyakan perlawanan ini dilakukan melalui agen-agen mereka, dan jarang
dilakukan secara langsung. Martin Indyck, pejabat Gedung Putih yang berwenang
menangani urusan Timur Tengah mengatakan bahwa tantangan paling besar yang
dihadapi AS di belahan dunia bagian timur adalah membantu negara-negara sahabat
untuk menghalangi ekstrimisme (Majalah al-’Arabi nomor 514). Bila mereka tidak
bisa menghalangi gerakan-gerakan tersebut, mereka akan memberikan tekanan yang
keras dan jahat lewat tangan-tangan agen-agen mereka dari kalangan “moderat
progresif”, sebagaimana dikatakan Nixon dalam bukunya The Favorable Opportunity
sebagai berikut, “Keterkaitan para politisi di berbagai negara Muslim dengan
Islam tidak lebih dari sekedar keterkaitan mereka dengan cita-cita, tradisi,
dan norma Islam... Kalangan progresif adalah kelompok yang kegiatannya nyata...
dan
berusaha sekuat tenaga menghubungkan kaum Muslim dengan dunia politik dan
ekonomi yang beradab. Kelompok ini dicirikan dengan fleksibilitasnya, dan
mereka tidak menganggap Barat
sebagai
kafir, tetapi mereka menyebutnya sebagai kaum Ahli Kitab. Beberapa negara
dipimpin oleh kelompok progresif merupakan negara demokratis, seperti Turki dan
Pakistan... Kita harus membantu kelompok progresif di Dunia Islam... Kunci
kebijakan Amerika terletak dalam kerjasama strategis hanya dengan kelompok
progresif ini. Karena kita bekerjasama dengan kelompok progresif demi
tujuan-tujuan kita, maka kerjasama tersebut harus meliputi seluruh bidang
ekonomi dan keamanan... Hubungan antara Amerika dan negara sahabat tidak boleh
sampai pada tingkat perwalian (guardianship), dan kita tidak boleh
memperlakukan para penguasa di negara-negara progresif itu sebagai koresponden
antara kita dengan rakyat mereka, namun kita harus memperlakukan mereka sebagai
mitra yang sejajar, sebab cara yang paling cepat untuk mengubur mereka adalah
dengan memperlakukan mereka sebagai corong propaganda Barat...
Sesekali
kita harus dapat menerima penolakan sahabat-sahabat kita di dunia Islam atas
sejumlah kebijakan kita, yang membuat mereka mendapatkan kesulitan politik di
negara mereka.”
98
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
Kini, umat Islam tahu persis siapa kelompok
“progresif moderat” ini. Dan tidak ada salahnya kita mengingatkan umat, atas
perlakuan sejumlah penguasa negeri-negeri Muslim -Irak, Mesir, Turki,
Uzbekistan, Aljazair, Suriah, Libya, dan Tunisia-terhadap para putra-putri umat
yang secara ikhlas berjuang demi Islam.
5. Mendirikan PBB berikut Dewan Keamanan-nya untuk
memberi legitimasi kepada Barat untuk melakukan intervensi dalam urusan
negara-negara lemah, termasuk negeri-negeri kaum Muslim. Bila AS tidak bisa
melakukan intervensi melalui Dewan Keamanan karena adanya penentangan dari
negara kuat lainnya, mereka melangkahi otoritas Dewan Keamanan atau PBB, dan
melakukan tindakan sepihak (unilateral), seperti yang terjadi saat ini dengan
seruan “Perang Salib melawan Terorisme”. Demikianlah, AS menduduki
tempat-tempat yang dikehendaki dan menyerang siapa saja yang agamaginkan. Nixon
mengungkapkan secara eksplisit tentang kebijakan ini dalam The Favorable
Opportunity sebagai berikut, “Andaikata kepentingan AS mendapat ancaman bahaya,
maka akan dilakukan aksi dengan koordinasi PBB, bila
memungkinkan.
Namun bila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka AS akan bertindak sendiri
tanpa bantuan darinya (PBB).” Collard Power, dosen ilmu politik di
Massachusetts University mengatakan dalam tulisannya, “Jelas bahwa hukum
internasional tidak diterapkan bagi negara-negara di belahan bumi bagian
barat... nampaknya pelanggaran hak asasi manusia bisa diterima sepanjang sesuai
dengan kepentingan Amerika.”
101
Memerintahkan kepada
sejumlah petualang politik dan tiran untuk membentuk partai-partai, agar mereka
bisa saling bergiliran memerintah dan bertindak sebagai oposisi. Hal ini
dilakukan apabila mereka tidak ingin memaksakan sistem partai tunggal.
Demikianlah beberapa bentuk
serangan politik yang dilakukan oleh para penganut kapitalisme terhadap kaum
Muslim dan kaum lemah lainnya. Mereka telah berhasil melakukan segala bentuk
serangan ini, akibat tidak adanya pelindung dan sistem yang baik, yaitu Negara
Khilafah.
9.
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
D. Konflik Militer
Kini kita membahas bentuk
terakhir dari pertarungan antar peradaban, yaitu konflik militer, yang disebut
sebagian kalangan kaum Muslim dengan istilah jihad. Ini merupakan materi bahasan
yang sangat luas. Namun yang menjadi perhatian kita saat ini adalah membuktikan
keniscayaan konflik militer, khususnya dalam peradaban Islam. Lalu membahas
upaya kalangan yang menyangkal adanya kewajiban perang ofensif (qital
ath-thalab), kemudian bantahan terhadap pendapat bahwa Islam adalah agama
toleransi dan perdamaian. Lalu, apakah Islam adalah agama teror?
Kita mulai dengan aksi para penganut peradaban kafir terhadap kaum
Muslim, karena tindakan mereka lebih mudah dibaca daripada kata-katanya.
Australia, yang belum pernah kita perangi, menduduki Timor Timur; China
menduduki seluruh wilayah Asia Tengah bagian selatan; Rusia menduduki sejumlah
wilayah Muslim, seperti Kaukasus, Krimea, Khazan, dan sebagainya; India
menduduki Delhi, Kashmir, dan seluruh wilayah India Utara; Amerika menguasai
seluruh kawasan Teluk dan memperluas pengaruh politik dan militernya sepanjang
Asia Tengah, dari Uzbekistan
711
BenturanPeradaban
hingga Teluk dan terus sampai ke Sinai. Selain
itu mereka
juga punya pangkalan militer yang besar di Incirlik Turki. Mereka juga
berebut pengaruh dengan Prancis maupun Inggris di Afrika. Inggris masih
mempunyai pengaruh sisa-sisa di Asia dan Afrika, serta pangkalan militer di
Teluk dan Gibraltar. Prancis mempunyai pengaruh di
sejumlah
negara Afrika yang penduduknya muslim. Serbia, Kroasia, Yunani, Rumania, dan
Bulgaria juga menguasai wilayah kaum Muslim. Spanyol menguasai Andalusia,
Sabta, dan Malila. Italia menduduki Sisilia, negeri al-Aghaliba. Pulau-pulau di
Laut Tengah (Mediterrania) —yang seluruhnya adalah wilayah kaum Muslim— juga
dikuasai penjajah. Filipina juga
menduduki
tanah kaum Muslim, demikian juga Burma. Israel menduduki tanah Palestina, yang
merupakan bagian dari negeri Syam. Sungguh benar sabda Rasulullah saw.,
»ﻳﻮﺷِﻚ ﺃﹶﻥﹾ ﺗﺪﺍﻋﻰ ﻋﻠﹶﻴﻜﹸﻢ ﺍﻷُﻣﻢ ﻛﹶﻤﺎ ﺗﺪﺍﻋﻰ ﺍﻷَﻛﹶﻠﹶﺔﹸ ِﺇﱃﹶ ﻗﹶﺼﻌﺘِﻬﺎ, ﻗﹶﺎﻝ ﻗﹶﺎﺋِﻞﹸ: ﻭﻣِﻦ ﻗِﻠﱠﺔٍ ﻧﺤﻦ ﻳﻮﻣﺌِﺬٍ؟ ﻗﹶﺎﻝ ﺑﻞﹾ ﺃﹶﻧﺘﻢ ﻳﻮﻣﺌِﺬٍ ﻛﹶﺜِﲑ ﻭﻟﹶﻜِــﻦﻛﹸﻢ ﻏﹸﺜﹶﺎﺀُ
ﻛﹶﻐﺜﹶﺎﺀِ
ﺍﻟﺴﻴﻞِ، ﻭﻟِﻴﻨﺰﻋﻦ ﺍﷲُ ﻣِﻦ ﺻﺪﻭﺭِ ﻋﺪﻭِﻛﹸﻢ ﺍﻟﹾﻤﻬﺎﺑﺔﹶ ﻣِﻨﻜﹸــﻢ
118
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
ﻝﹶﻮﺳﺭ ﺎﻳ ﹸﻞِﺋﺎﹶﻗ ﻝﺎﹶﻘﹶﻓ ،ﻦﻫﻮﹾﻟﺍ ﻢﹸﻜِﺑﻮﹸﻠﹸﻗ ﻲِﻓ ﷲﺍُ ﻦﹶﻓِﺬﹾﻘﻴﹶﻟﻭ «ﺕِﻮﻤﹾﻟﺍ ﺔﹸﻴِﻫﺍﺮﹶﻛﻭ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ﺐﺣ ﻝﺎﹶﻗ ﻦﻫﻮﹾﻟﺍ ﺎﻣﻭ ِﷲﺍ
Akan
datang suatu masa kamu akan diperebutkan oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana
orang-orang yang berebut melahap hidangan.’ Para sahabat bertanya, ‘Apakah itu
karena saat itu jumlah kami sedikit, wahai Rasulullah?’ Rasulullah saw.
menjawab, ‘Tidak, bahkan saat itu jumlah kalian banyak sekali tetapi seperti
buih pada air bah. Allah akan mengambil dari dada musuh-musuh kamu rasa takut
kepadamu, dan Allah akan menimpakan penyakit al-wahn.’ Mereka bertanya lagi,
“Apa itu penyakit al-wahn, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan
takut mati. (HR Abu Dawud, dari Tsauban RA)
Meski terdapat setumpuk fakta yang mengungkap penderitaan kaum Muslim,
sekaligus menjadi bukti terjadinya serangan fisik dari para penganut peradaban
kufur, namun hal itu tidak menghalangi mereka -para politisi dan pemikir kufur-
menjelaskan pentingnya memerangi peradaban Islam hingga sampai ke akar-akarnya.
Nixon
mengatakan dalam bukunya Victory without War, “Kejayaan yang sesungguhnya tidak
diperoleh dengan menghindari konflik, tetapi dengan peperangan yang hebat demi prinsip,
kepentingan, dan sahabat kita... Kita harus membuang angan-angan mengenai
bagaimana seharusnya dunia ini berjalan. Bangsa Amerika cenderung mempunyai
keyakinan bahwa konflik adalah sesuatu yang tidak wajar, bahwa rakyat di setiap
bangsa pada dasarnya mirip; sedangkan perbedaan hanya disebabkan karena
kesalahpahaman. Mereka juga menganggap bahwa perdamaian yang abadi dan
menyeluruh merupakan suatu tujuan yang bisa dicapai. Namun demikian, sejarah
membuktikan bahwa pandangan itu keliru, karena masing-masing negara berbeda
satu dengan yang lain dalam aspek-aspek yang fundamental, konvensi politik,
pengalaman sejarah, dan motivasi ideologisnya. Padahal ini aalah aspek-aspek
yang biasa melahirkan konflik. Adanya kepentingan yang saling berbenturan dan fakta
yang kita pahami bersama telah memicu perselisihan dan, pada akhirnya,
peperangan... Perdamaian yang menyeluruh, yakni terciptanya dunia yang tanpa
konflik hanya merupakan angan-angan. Perdamaian seperti ini tidak pernah dan
tidak akan pernah tercipta.”
120
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
Nixon juga mengatakan dalam
The Favorable Oppor tunity, “Kepentingan vital adalah kepentingan yang apabila
hilang akan mengancam keamanan Amerika Serikat . Jadi, lestarinya kemerdekaan
negara-negara Eropa Barat, Jepang, Kanada, Meksiko, dan negara -negara Teluk
merupakan masalah vital bagi keamanan negara kita. Demikian pula, kita
mempunyai kepentingan vital untuk mencegah negara-negara berkembang mempunyai
senjata nuklir. AS tidak punya pilihan lain kecuali menggunakan kekuatan
bersenjata untuk mencegah setiap hal yang mengancam kepentingannya... Untuk
melindungi pemerintahan demokratis yang terancam, seperti Israel dan Korea
Selatan, kita siap untuk menggunakan kekuatan militer bila diperlukan.”
Sementara itu, pada tanggal 23/1/1980, Jimmy Carter mengirimkan nota
berjudul State of the Union kepada Kongres Amerika, dan di antara pernyatannya
adalah, “Posisi kita sangat jelas. Setiap upaya dari kekuatan luar yang
menguasai kawasan Teluk akan dianggap sebagai serangan terhadap kepentingan
Amerika. Agresi seperti itu akan disingkirkan dengan segala cara, termasuk
cara-cara militer.”
Pada tanggal 2/11/1990, mantan Menlu AS Henry
Kissinger menulis suatu artikel di koran Yediot Ahronot dengan judul Soon,
America, You will Lose Deterrent Force (Segera, Amerika, Engkau akan Kehilangan
Kekuatan Penangkis), dimana dia menulis, “Cara-cara militer -tak diragukan
lagi- merupakan pilihan yang menyakitkan dan sulit. Hal itu dapat memicu
terjadinya demonstrasi di berbagai negara Muslim dan menyebabkan timbulnya
gelombang baru terorisme. Namun demikian, kesulitan itu harus dibandingkan
dengan bahaya yang timbul akibat konflik yang lebih sulit di masa yang akan
datang, bila tanda-tanda kelemahan Amerika akan menyebabkan ambruknya
pemerintahan-pemerintahan moderat di kawasan itu, meningkatkan ketegangan
politik, dan meruntuhkan segala sistem yang ada.”
Sedangkan
pada tanggal 18/9/2001, ada tulisan di sebuah harian Amerika tentang wawancara
antara wartawan surat kabar Prancis Le Figaro dengan James Schlesinger
-penasihat Nixon dan mantan Menteri Pertahanan AS yang sekarang bekerja pada
Centre for Strategic and International Studies- yang mengatakan, “Untuk
menumbangkan jaringan
122
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
[terorisme] ini perlu waktu bertahun-tahun,
karena mereka memiliki tekad yang sangat kuat, yang dihasilkan dari keimanan
yang kuat tentang sikap mereka.”
Sementara itu, dalam acara
“Perang Pertama di Abad ini” di stasiun TV al-Jazeera, presenter acara ini mengutip
pernyataan Henry Kissinger di Washington Post yang berjudul Revenge is not
Sufficient Response (Balas Dendam Adalah Respons Yang Tidak Cukup) sebagai
berikut, “Perlu kiranya untuk menghadapi segala sesuatu yang terjadi dengan
sebuah serangan terhadap sistem yang menghasilkan ancaman ini.”
Mantan Sekretaris Jenderal
NATO, Claise, secara resmi menyatakan bahwa Sekutu telah memposisikan Islam
sebagai pengganti Uni Soviet, yakni sebagai sasaran permusuhan.
BBCOnline.net mengutip
pernyataan Presiden Bush tanggal 17/9/2001 sebagai berikut, “Perang Salib ini,
yaitu perang melawan teror akan berlangsung dalam waktu yang lama.”
Samuel Huntington menulis dalam artikelnya pada majalah Amerika Foreign
Affairs sebagai berikut, “Kecil kemungkinannya konfrontasi militer antara Barat
dan Islam, yang berlangsung
sejak berabad-abad lalu, ini akan berkurang. Bahkan sebaliknya, mungkin sekali
konflik ini akan semakin dahsyat dan keras . . .”
Shimon
Peres menulis dalam bukunya The New Middle East berkata, “Kita adalah
orang-orang yang bertekad kuat, dan tidak ada satu pun kekuatan di muka bumi
yang dapat memaksa kita untuk meninggalkan tanah ini, setelah lima puluh
generasi kita hidup dalam diaspora... lima puluh generasi dalam penindasan, penyiksaan,
dan pembantaian. Kita tidak akan pernah menyingkir dari tempat satu-satunya
ini, tempat di mana kita dapat memperbaharui kemerdekaan kita, menjamin
keselamatan kita, dan hidup secara terhormat dan bermartabat...”
Steve
Dunleavy menulis dalam jurnal New York Post pasca insiden Selasa, 11 September,
“Bunuh para bajingan itu. Latihlah para pembunuh, buatlah kontrak dengan
tentara bayaran, dan berilah hadiah jutaan dolar untuk memburu kepala mereka.
Bawalah mereka, hidup atau mati. Tapi lebih baik dalam keadaan mati. Terhadap
kota-kota yang menjadi tempat tinggal mereka, bomlah mereka di tempat-tempat
bermain mereka.”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar