Minggu, 17 Maret 2019

untuk apa ia hidup ?


Jalan menuju iman
            Bangkitnya manusia tergantung dari pemikirannya terhadap alam semesta, manusia dan hidup. Dengan bukti yang pasti dan nyata. Maka timbul pertanyaan mendasar pada diri manusia: dari mana ia berasal ? untuk apa ia hidup ? mau kemana setelah kehidupan ini? Bagaimana hubungan ketiganya?
            Menjawab pertanyaan tersebut yang pertama yang harus kita miliki adalah standar penilaian yaitu sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal, dan menentramkan hati.
            Akidah islam menjelaskan bahwa di balik alam semesta, manusia, dan hidup terdapat pencipta (Al-Khaliq). Artinya kita semua ini adalah ciptaan yang namanya ciptaan pasti terbatas, yakni dibatasi oleh ruang dan waktu. Yang membuat batasan-batasan itu adalah Allah SWT. Maka sang khaliq itu tidak boleh terbatas jika terbatas maka ia adalah makhluk. Karena sifat pencipta itu tidak terikan dengan yang bernama waktu. Azali dialah Allah SWT.
            Kita tidak akan bisa menjangkau apa yang diluar ruang dan waktu ini, maka kita butuh informasi dari sang pencipta dan secara otomasi membutuhkan perantara untuk sampai kepada manusia yakni rasul.
            Informasi seperti apa ? yakni berupa Al-qur’an sebagai petunjuk dalam menjalani hidup jika tidak ada petunjuk maka secara cepat manusia itu akan punah kerana itu butuh aturan untuk menjalani kehidupan. Berupa syariat islam dan sebegai penghubung antara kehidupan sebelum dunia ini dan sesudah kehidupan dunia ini.
            Aturan itu jika dijalankan oleh manusia akan mendapat balasan di akhirat berupa  surga dan jika melenceng dari syariat maka tempat kembalinya adalah neraka.
            Islam adalah sebagai landasan berdirinya mabda dan hadarah islam untuk dijalan di dunia. Jika menginginkan kemulian didunia dan diakhirat maka wajib mengambil syariat islam secara keseluruhan.
‘“maka demi rabbmu, mereka itu (pada hakekatnya) tidak beriman sebelum mereka menjadikan kamu (muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa di hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima (pasrah) dengan sepenuhnya”(4:65)

           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar