Oleh H.
Luthfi H.
قال ابن القيم رحمه الله: إِذَا أصْبَحَ العَبْدُ وَأمْسَى
وَلَيْسَ هَمُّهُ إِلاَّ اللهُ وَحدَه تَحَمَّلَ اللهُ سُبْحَانَهُ حَوَائِجَه
كُلَّهَا, وَحَمَلَ عَنهُ كلَّ مَا أَهَمَّه, وَفَرَّغَ قلبَه لِمَحَبَّتِه,
وَلِسَانَه لِذكرِه, وجَوارِحَه لطاعتِه،
وَإِن أصبح وَأمسى وَالدُّنيَا همه حمّله اللهُ همومَها وغمومَها وأنكَادَها, ووَكَّلَه إِلَى نَفسِه, فشَغَّلَ قلبَه عَن محبتِه بمحبةِ الْخلقِ وَلسَانَه عَن ذكرِه بذكرِهم وجوارحَه عَن طَاعَتِه بخدمتِهم وأشغالهِم,
فَهُوَ يَكْدَحُ كَدْحَ حِمَارِ الْوَحْش فِي خدمَةِ غَيرِه, كالكِيْرِ ينْفَخُ بَطْنَه ويَعْصِرُ أضلَاعَه فِي نَفْعِ غَيرِه”.
وَإِن أصبح وَأمسى وَالدُّنيَا همه حمّله اللهُ همومَها وغمومَها وأنكَادَها, ووَكَّلَه إِلَى نَفسِه, فشَغَّلَ قلبَه عَن محبتِه بمحبةِ الْخلقِ وَلسَانَه عَن ذكرِه بذكرِهم وجوارحَه عَن طَاعَتِه بخدمتِهم وأشغالهِم,
فَهُوَ يَكْدَحُ كَدْحَ حِمَارِ الْوَحْش فِي خدمَةِ غَيرِه, كالكِيْرِ ينْفَخُ بَطْنَه ويَعْصِرُ أضلَاعَه فِي نَفْعِ غَيرِه”.
Ibnu
Qayyim –rahimahullah—telah berkata:
“Jika seorang hamba dari pagi hingga sore, tidak ada orientasi hidupnya kecuali hanya kepada Allah, niscaya Allah SWT akan memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Allah juga akan menghilangkan segala kegelisahannya, dan menjadikan hatinya selalu terpaut untuk mencintai-Nya. Lisannya selalu sibuk berdzikir kepada Allah, anggota badannya pun digunakan hanya untuk ta’at kepada Allah.”
“Jika seorang hamba dari pagi hingga sore, tidak ada orientasi hidupnya kecuali hanya kepada Allah, niscaya Allah SWT akan memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Allah juga akan menghilangkan segala kegelisahannya, dan menjadikan hatinya selalu terpaut untuk mencintai-Nya. Lisannya selalu sibuk berdzikir kepada Allah, anggota badannya pun digunakan hanya untuk ta’at kepada Allah.”
“Sementara jika seorang hamba, di saat pagi
hingga sore, orientasinya hanya pada dunia, niscaya Allah akan menimpakan
kesedihan, kegelisahan, dan malapetaka kepadanya. Dia diserahkan hanya kepada
dirinya –tidak ada jaminan Allah–. Hatinya selalu sibuk cinta pada makhluk dan
tidak mencintai Allah. Lisannya hanya menyebut dunia, jauh dari menyebut Allah.
Anggota badannya hanya berkhidmat pada makhluk, luput dari ta’at kepada Allah.”
“Ia
bekerja keras layaknya seekor keledai yang melayani tuannya. Ia bagaikan peniup
api –milik pandai besi— yang mengembangkan perut dan menghimpit
tulang-tulangnya, hanya demi melayani orang lain.”
Untuk
menggapai kebaikan dan menjadi hamba yang selalu terpaut kepada Allah, Rasul
mengajarkan do’a kepada kita. Dari Ibnu Umar –semoga Allah meridhoinya—
berkata:
قَلَّمَا كَانَ رَسُولُ اللهِ يَقُومُ مِنْ مَجْلِسٍ حَتَّى
يَدْعُوَ بِهَؤُلاَءِ الدَّعَوَاتِ لأَصْحَابِهِ: «اللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ
خَشْيَتِكَ مَا يَحُولُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعَاصِيكَ، وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا
تُبَلِّغُنَا بِهِ جَنَّتَكَ، وَمِنَ اليَقِينِ مَا تُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا
مُصِيبَاتِ الدُّنْيَا، وَمَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا
مَا أَحْيَيْتَنَا، وَاجْعَلْهُ الوَارِثَ مِنَّا، وَاجْعَلْ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ
ظَلَمَنَا، وَانْصُرْنَا عَلَى مَنْ عَادَانَا، وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيبَتَنَا فِي
دِينِنَا، وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا، وَلاَ مَبْلَغَ
عِلْمِنَا، وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا».
“Jarang
Rasulullah shallallahu wa’alaihi wa sallam berdiri dari majelis kecuali beliau
berdoa dengan doa-doa ini untuk para sahabatnya: “Ya Allah, curahkanlah kepada
kami rasa takut kepadaMu yang menghalangi kami dari bermaksiat kepadaMu, dan
ketaatan kepadaMu yang mengantarkan kami kepada SurgaMu, dan curahkanlah
keyakinan yang meringankan musibah di dunia. Berilah kenikmatan kami dengan
pendengaran kami, penglihatan kami, serta kekuatan kami selama kami hidup, dan
jadikan itu sebagai warisan dari kami, dan jadikan pembalasan atas orang yang
menzhalimi kami, dan tolonglah kami melawan orang-orang yang memusuhi kami, dan
janganlah Engkau jadikan musibah kami pada agama kami, dan jangan Engkau
jadikan dunia sebagai impian kami terbesar, serta pengetahuan kami yang
tertinggi, serta jangan engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi
kami”. (HR. At Turmudzi)
Ini
adalah do’a yang teragung yang Rasul saw berdoa untuk dirinya dan sahabatnya.
Siapa saja yang mengamalkannya diantara umatnya, ia akan mendapatkan rahmat dan
kemurahan dari-Nya. Allah juga akan memberikan kesempurnaan kebaikan kepada
kita di dunia dan diakhirat.
Di
hadits yang lain Rasul saw juga mengajarkan do’a kepada kita:
«اللَّهُمَّ لا تَجعَلِ الدُّنيَا أكْبَرَ
هَمِّنَا وَلا مَبلَغَ عِلْمِنَا»
Ya
Allah, janganlah dunia ini menjadi impian terbesar kami, serta pengetahuan kami
yang tertinggi” (HR. Tirmidzi)
Imam
Ahmad meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit bahwa ia mendengar Rasulullah saw:
«مَنْ كَانَ هَمُّهُ الْآخِرَةَ، جَمَعَ
اللهُ شَمْلَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ
رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتْ نِيَّتُهُ الدُّنْيَا، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ
ضَيْعَتَهُ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ
الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ».
“Barangsipa
yang orientasi hidupnya kepada akhirat, maka Allah akan jadikan kesempurnaan
untuknya, kekayaan ada dalam hatinya, dan dunia akan datang kepadanya dalam
keadaan hina. Dan barangsiapa yang niatan harapan hidupnya untuk dunia, maka
Allah akan menjauhkan dunia darinya, menjadikan kefakiran berada di depan
matanya dan ia tidak akan mendapatkan dunia kecuali apa yang telah dituliskan
untuknya” (HR. Ahmad)[].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar