Minggu, 17 Maret 2019

Konsep Menerima Pendapat Lain


Konsep Menerima Pendapat Lain



Menerima agama dan peradaban lain, dengan tujuan hanya untuk mengetahui pendapat mereka –tanpa memberi penilaian (judgement) kepada mereka, serta tanpa membantah pendapatnya– jelas bukan merupakan metode yang Islami. Sebaliknya, al-Quran sepenuhnya menentang cara-cara seperti itu. Bila al-Quran menjelaskan pemikiran dan pernyataan yang kufur, ia selalu melanjutkannya dengan pemikiran dan pernyataan yang benar sekaligus membantah kekufuran tersebut. Ayat-ayat berikut ini adalah sejumlah contohnya.


ﺩﺇ ﺎﹰﺌﻴ ﺘﹾﺌِﺟ ﺪﹶﻘﹶﻟ ﺍﺪﹶﻟﺮﻟﺍ ﺬﹶﺨﺗﺍ ﺍﻮﹸﻟﺎﹶﻗﻭﺭَﻷﺍ ــﺸﻨــﻨِﻣ ﻥﺮﱠﻄﹶﻔ ﺕﺍﺴﻟﺍ ﺩﺎﹶﻜ

46                                    BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan

َﺨِﺮ ﺍﻟﹾﺠِﺒﺎﻝﹸ ﻫﺍ ﺃﹶﻥﹾ ﺩﺍ ﻟِﻠﺮﻦ ﻭﻟﹶﺪﺍ ﻭﻳﻨﺒﻐِﻲ ﻟِﻠﺮﻦ ﹶﺃﻥﹾ ﺘﺨِﺬﹶ ﻭﻟﹶﺪ
Dan mereka berkata, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.’ Sesungguhnya kamu telah mendatangkansuatuperkara yang sangatmunkar; hampir-hampir langit pecah karena ucapan tersebut, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah
mempunyai anak. (TQS. Maryam [19]: 88-92)

Demikian juga,

ﻳﻘﹸﻮﻟﻮﻥﹶ ﻣﺘﻰ ﻫﺬﹶﺍ ﺍﻟﹾﻮ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨﺘﻢ ﺻــﺎﺩِﻗِﲔ ﻟﹶﻮ ﻳﻌﻠﹶﻢ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻛﹶﻔﹶﺮﻭﺍ ﺣِﲔ ﻻﹶ ﻳﻜﹸﻔﱡﻮﻥﹶ ﻋﻮﻫِﻬِﻢ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻻﺍﹶ ﻋ ﻇﹸﻬﻮﺭِﻫِﻢﻻﹶ ﻫ ﻳﻨﻭﻥﹶ ﺑﻞﹾ ﺗﺄﹾﺗِﻴﻬِﻢ ﺑﻐﺘﺔﹰ ﻓﹶﺘﺘﻬﻢ ﻓﹶﻼﹶ ﻳﺴﺘﻄِﻴﻌﻮﻥﹶ ﺭﺎ ﻭﻻﹶ ﻫ ﻳﻨﻈﹶﺮﻭﻥ

Mereka berkata, ‘Kapankah janji itu akan datang, jika kamu sekalian adalah orang-orang yang benar?’

74      KonsepMenerimaPendapatLain

Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui, waktu mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari wajah mereka dan dari punggung mereka, sedang mereka tidak mendapat pertolongan. Sebenarnya azab itu akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong, lalu membuat mereka panik, maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak pula mereka diberi
tangguh. (TQS. al-Anbiya [21]: 38-40)

Atau firman Allah Swt.,

ﺇِﺫﹾ ﻗﹸﻠﹾﺘ ﻳﺎﻣﻮﺳﻰ ﻟﹶﻦ ﻧﺆﻣِﻦ ﻟﹶﻚــــﻯ ﺍﷲَ ﺟﺓﹰ ﻓﹶﺄﹶﺧﺬﹶﺗﻜﹸﻢ ﺍﻟﺼﺎﻋِﻘﹶﺔﹸ ﻭﺃﹶﻧﺘﻢ ﺗﻨﻈﹸــﻭﻥﹶ
Dan ketika kamu berkata , ‘Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang.’ Karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. (TQS . al-Baqarah [2]: 55)

Allah juga berfirman,


ﺇِﺫﹶﺍ ﻗِﻴﻞﹶ ﻟﹶﻬ ﺀَﺍﻣِﻨﻮﺍ ﺑِﻤﺎ ﺃﹶﻧﻝ ﺍﷲُ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻧﺆ ﻣِﻦ ﺑِﻤــﺎ ﺃﹸﻧﺰِﻝﹶ ﻋﻠﹶﻴﻨﺎ ﻭﻳﻜﹾﻔﹸﺮﻭﻥﹶ ﺑِﻤﺎ ﻭﺍﺀَﻩﻮ ﺍﻟﹾﺤــﻗﹰﺎ

48                                    BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan

ﻟِﻤﺎ ﻣ ﻗﹸﻞﹾ ﻓﹶﻠِﻢ ﺗﻘﹾﺘﻠﹸﻮﻥﹶ ﺃﹶﻧﺒِﻴﺎﺀَ ﺍﷲِ ﻣِﻦ ﻗﹶﺒﻞﹸ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨﺘﻢ ﻣﻣِﻨِﲔ

Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kepada al-Quran yang diturunkan Allah.’ Mereka berkata, ‘Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami.’ Dan mereka kafir kepada al-Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang al-Quran itu adalah kitab yang hak, yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah, ‘Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu

-                                                               benar orang-orang yang beriman. (TQS. al Baqarah [2]: 91)

Demikian pula ayat al-Quran,

ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻟﹶﻦ ﻳﺪﻞﹶ ﺍﻟﹾﺠﻨﺔﹶ ﺇِﻻﱠ ﻣ ﻛﹶــﺎﻥﹶ ﻫــﻮﺩﺍ ﺃﹶﻭ ﻧﺼﺎﺭﻯ ﺗِﻠﹾﻚ ﺃﹶﻣﺎﻧِﻴ ﻗﹸﻞﹾ ﻫﺎﺗﻮﺍ ﺑﺮﺎﻧﻜﹸﻢ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨــ ﺍﺩِﻗِﻴ ﺑﻠﹶﻰ ﻣ ﺃﹶﺳﻠﹶﻢ ﻟِﻠﱠﻪ ﻭﻮ ﻣﺴِﻦ ﻓﹶﻠﹶﻪ ﺃﹶﺟﻩ ﻋِﻨﺑﻪِ ﻭﻻﹶ ﺧﻠﹶﻴﻬِﻢ ﻭﻻﹶ ﻫ ﻳﺤﻧﻮﻥﹶ

94      KonsepMenerimaPendapatLain

Dan mereka berkata, ‘Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi dan Nasrani.’ Yang demikian itu hanya angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah, ‘Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar.’ Namun barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala dari sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran

terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (TQS. al-Baqarah [2]: 111-112)

ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺍﺗﺨﺬﹶ ﺍﷲُ ﻭﻟﹶﺪﺍ ﺳﺎﻧﺑﻞﹾ ﻟﹶﻪــﺎ ﻓِــﻲ ﺍﻟﺴﺍﺕِ ﻭﺍﻷَﺭﺽِ ﻛﹸﻞﱞ ﻟﹶــ ﻗﹶــﺎﻧِﺘﻮﻥﹶ

Mereka (orang kafir) berkata, ‘Allah mempunyai anak. ’ Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Semua tunduk kepada-Nya. (TQS. al-Baqarah [2]: 116)

Demikian pula firman Allah,


ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻛﹸﻮﻧﻮﺍ ﻫﻮﺩﺍ ﺃﹶﻭ ﻧﺼﺎﺭﺗﻬﺘﺪﻭﺍ ﻗﹸﻞﹾ ﺑﻞﹾ ﻣِﻠﱠــﺔﹶ ﺇِﺑﺍﻫِﻴﻢﻨِﻴﻔﹰﺎ ﻭﺎ ﻛﹶﺎﻥ ﻣِﻦ ﺍﻟﹾﻤﺮِﻛِﲔ

50                                    BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan

Dan mereka berkata, ‘Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.’ Maka katakanlah, ‘Tidak, namun kami mengikuti agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang yang
musyrik. (TQS. al-Baqarah [2]: 135)

ﺃﹶﻟﹶﻢ ﺗﺮ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﺣﺎﺝ ﺇِﺑﺍﻫِﻴﻢ ﻓِﻲ ﺭﺑﻪِ ﺃﹶﻥﹾ ﺀَﺍﺗﺎﻩ ﺍﷲُ ﺍﻟﹾﻤﻠﹾﻚ ﺇِﺫﹾ ﻗﹶﺎﻝ ﺇِﺑﺍﻫﻴﻢﺑﻲ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﻳﺤﻴِﻲ ﻭﻳﻤِﻴﺖ ﻗﹶﺎﻝ ﺃﹶﻧﺎ ﺃﹸﺣﻴِﻲ ﻭﺃﹸﻣِﻴﺖ ﻗﹶﺎﻝ ﺇِﺑﺍﻫِﻴﻢ ﻓﹶﺈِﻥﱠ ﺍﷲَ ﻳﺄﹾﺗِﻲ ﺑِﺎﻟﺸﺲ ﻣِﻦ ﺍﻟﹾﻤﺮِﻕ ﻓﹶﺄﹾﺕِ ﺑِﻬﺎ ﻣِﻦ ﺍﻟﹾﻤﺮِﺏ ﻓﹶﺒﻬِﺖ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﻛﹶﻔﹶﺮﺍﷲُ ﻻﹶ ﻳﻬﺪِﻱ ﺍﻟﹾﻘﹶﻮ ﺍﻟﻈﱠﺎﻟِﻤِﲔ

Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya, karena Allah

telah memberikan kepada orang itu kekuasaan. Ketika Ibrahim mengatakan, ‘Tuhanku adalah Yang menghidupkan dan mematikan’ maka orang itu berkata, ‘Aku dapat menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.’
10      KonsepMenerimaPendapatLain

Lalu heran terdiamlah orang kafir itu. Dan Allah tidak

memberi petunjuk kepada orang yang zhalim. (TQS. al-Baqarah [2]: 258)

Sekalipun ayat di atas (TQS. al-Baqarah [2]: 258)

berkisah tentang syariat kaum sebelum kita (syar’u man qablana), tetapi ayat tersebut diawali dengan bunyi “alam tara” (tidakkah kamu perhatikan). Jadi kita kaum Muslim juga menjadi mukhathab (sasaran pembicaraan) dari ayat tersebut. Allah Swt. juga berfirman:

ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻹِﺧﺍﻧِﻬِﻢ ﻭﻗﹶﻌﻭﺍ ﻟﹶﻮ ﺃﹶﻃﹶﺎﻋﻮﻧﺎ ﻣﺎ ﻗﹸﺘِﻠﹸﻮﺍ ﻗﹸﻞﹾ ﻓﹶﺎﺩﺀُﻭﺍ ﻋ ﺃﹶﻧﻔﹸﺴِﻜﹸﻢ ﺍﻟﹾﻤﺕ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨﺘﻢ ﺻﺎﺩِﻗِﲔ

Orang-orang yang mengatakan tentang saudara-saudaranya, sedangkan mereka tidak ikut berperang, ‘Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh.’ Maka katakanlah, ‘Tolaklah kematian

itu dari dirimu, jika kamu orang -orang yang benar. (TQS. Ali ‘Imran [3]: 168)

Demikian pula,


ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺇِﻥﱠ ﺍﷲَ ﻋﻬِﺪ ﺇِﻟﹶﻴﻨﺎ ﺃﹶﻻﱠ ﻧﺆﻣِﻦ ﻟِﺮﻮﻝٍ ﺣﺘﻰ

52                                    BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan

ﻳﺄﹾﺗِﻴﻨﺎ ﺑِﻘﹸﺮﺑﺎﻥٍ ﺗﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻪ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻗﹸﻞﹾ ﻗﹶﺪﺎﺀَﻛﹸﻢﻞﹲ ﻣِــ ﻗﹶﺒﻠِﻲ ﺑِﺎﻟﹾﺒﻨﺎﺕ ﻭﺑِﺎﻟﱠﺬِﻱ ﻗﹸﻠﹾﺘ ﻓﹶﻠِﻢ ﻗﹶﺘﻠﹾﺘﻮﻫ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨــﺎﺩِﻗِﲔ
Yaitu orang-orang (Yahudi) yang mengatakan, ‘Sesungguhnya Allah telahmemerintahkan kepada kami supaya kami jangan beriman kepada seorang rasul sebelum dia mendatangkan kepada kami korban yang dimakan api.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya telah datang kepada kamu beberapa orang rasul sebelum aku (Muhammad) membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kami memang orang-orang yang benar. (TQS. Ali ‘Imran: 183)

Dan Allah berfirman,

ﻗﹶﺎﻟﹶﺖِ ﺍﻟﹾﻴﻮﺩ ﻳﺪ ﺍﷲِ ﻣﻠﹸﻮﻟﹶﺔﹲ ﻏﹸﻠﱠﺖ ﺃﹶﻳﺪِﻳﻬِﻢ ﻭﻟﹸﻌِﻨــﻮﺍ ﺑِﻤﺎ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺑﻞﹾ ﻳﺪﺍﻩﻮﻃﹶﺘﺎﻥِ ﻳﻨﻔِﻖ ﻛﹶﻴ ﻳﺸــﺎﺀُ
Orang-orang Yahudi berkata, ‘Tangan Allah terbelenggu.’ Sebenarnya tangan merekalah yang

12      KonsepMenerimaPendapatLain

dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan. Tidak demikian, tetapi kedua tangan Allah terbuka. Dia menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki. (TQS. al-Mâidah [5]: 64)

Atau firman- Nya,

ﻴﻘﹸﻮﻝ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﺃﹶﺷﻛﹸﻮﺍ ﻟﹶﻮﺎﺀَ ﺍﷲُ ﻣﺎ ﺃﹶﺷﻛﹾﻨﺎ ﻭﻻﹶ ﺀَﺍﺑﺎﺅﻧﺎ ﻭﻻﹶ ﺣﻨﺎ ﻣِﻦﺀٍ ﻛﹶﺬﹶﻟِﻚ ﻛﹶﺬﱠﺏ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻣِﻦ ﻗﹶﺒﻠِﻬِﻢ ﺣﺘﻰ ﺫﹶﺍﻗﹸﻮﺍ ﺑﺄﹾﺳﻨﺎ ﻗﹸﻞﹾ ﻫﻞﹾ ﻋِﻨﻛﹸﻢ ﻣِــ ﻋِﻠﹾــﻢٍ

ﻓﹶﺘﺮِﺟﻮﻩ ﻟﹶﻨﺎ ﺇِﻥﹾ ﺘﺒِﻌــﻮﻥﹶ ﺇِﻻﱠ ﺍﻟﻈﱠــﺇِﻥﹾ ﺃﹶﻧــ ﺇِﻻﱠ ﺗﻮﻥﹶ

Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan akan mengatakan, ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak pula kami mengharamkan barang sesuatupun.’ Demikian pula orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah,

54                                    BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan

‘Adakah kamu mengetahui sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu kemukakan kepada Kami?’ Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya berdusta. (TQS. al-An’âm [6]: 148)

Dan juga,

ﻗﹶﺎﻟﹶﺖِ ﺍﻟﹾﻴﻮﺩ ﻋ ﺍﺑ ﺍﷲِ ﻭﻗﹶﺎﻟﹶــﺖِ ﺍﻟﻨــﺎﺭ

ﺍﻟﹾﻤﺴِﻴﺢ ﺍﺑ ﺍﷲِ ﺫﹶﻟِﻚ ﻗﹶﻮﻟﹸﻬﻢ ﺑِﺄﹶﻓﹾﻮﺍﻫِﻬِﻢ ﻳﻀﺎﻫِﺌﹸﻮﻥﹶ ﻗﹶﻮﻝ ﺍﻟﱠــﺬِﻳﻦ ﻛﹶﻔﹶــﻭﺍ ﻣِــ ﻗﹶﺒــﻞﹸ ﻗﹶــﺎﺗﻠﹶﻬﻢ ﺍﷲُ ﺃﹶﻧــ

ُﺆﻳﻓﹶﻜﹸﻮ ﺍﺗﺬﹸﻭﺍ ﺃﹶﺣﺒﺎﺭﻢ ﻭﺒﺎﻧﻢ ﺃﹶﺭﺑﺎﺑﺎ ﻣِﻦﻭﻥِ ﺍﷲِ ﻭﺍﻟﹾﻤﺴِﻴﺢ ﺍﺑﻳﻢ ﻭﺎ ﺃﹸﻣِﺮﻭﺍ ﺇِﻻﱠ ﻟِﻴــﻭﺍ ﺇِﻟﹶﻬﺎ ﻭﺍﺣِﺪﺍ ﻻﹶ ﺇِﻟﹶﻪ ﺇِﻻﱠ ﻫﺎﻧﻪ ﻋﻳﺸــﺮِﻛﹸﻮﻥﹶ
Orang -orang Yahudi berkata, ‘Uzair itu anak Allah’ dan orang Nasrani berkata, ‘Al Masih itu anak Allah.’ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka. Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat mereka, bagaimana

14      KonsepMenerimaPendapatLain

mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. Dan juga mereka mempertuhankan Al Masih putera Maryam. Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. (TQS. at-Taubah [9]: 30-31)

ﺇِﺫﹶﺍ ﺗﺘﻠﹶﻰ ﻋﻠﹶﻴﻬِﻢ ﺀَﺍﻳﺎﺗﻨﺎ ﻨﺎﺕٍ ﻗﹶﺎﻝ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻻﹶ ﻳﺮﻮﻥﹶ ﻟِﻘﹶﺎﺀَﻧﺎ ﺍﺋﹾﺖِ ﺑِﻘﹸﺮﺀَﺍﻥٍ ﻏﹶﻴﺮِ ﻫﺬﹶﺍ ﺃﹶﻭ ﺑﺪﻟﹾﻪ ﻗﹸﻞﹾ ﻣﻳﻜﹸﻮﻥ ﻟِﻲ ﺃﹶﻥﹾ ﺃﹸﺑﻟﹶﻪ ﻣِﻦ ﺗِﻠﹾﻘﹶﺎﺀِ ﻧﻔﹾﺴِﻲ ﺇِﻥﹾ ﺃﹶﺗﺒِﻊ ﺇِﻻﱠ ﻣﻳﻮﺣﻰ ﺇِﻟﹶــ ﺇِﻧﻲ ﺃﹶﺧﺎﻑ ِﺇﻥﹾ ﻋﺑﻲ ﻋﺬﹶﺍﺏ ﻳﻮﻡٍ ﻋﻈِﻴﻢٍ ﻗﹸﻞﹾ

ﻟﹶﻮﺎﺀَ ﺍﷲُ ﻣﺗﻠﹶﻮﺗﻪ ﻋﻠﹶﻴﻜﹸﻢ ﻭﻻﹶ ﺃﹶﺩﺍﻛﹸﻢ ﺑِﻪ ﻓﹶﻘﹶﺪ ﻟﹶﺒِﺜﹾﺖ ﻓِﻴﻜﹸﻢﺍ ﻣِﻦ ﻗﹶﺒﻠِﻪ ﺃﹶﻓﹶﻼ ﺗﻌﻘِﻠﹸﻮﻥﹶ

Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, ‘Datangkanlah al-Quran yang lain dari ini atau gantilah ia.’ Maka katakanlah, ‘Tidaklah patut bagiku menggantinya dari

56                                    BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan

pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat).’ Katakanlah, ‘Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak akan membacakannya kepadamu, dan

Allah tidak pula memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu beberapa lama  sebelumnya.  Maka  tidakkah  kamu memikirkannya?’ (TQS. Yunus [10]: 15-16)

Allah juga berfirman,

ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻣﺎ ﻫِﻲ ﺇِﻻﱠ ﺣﻴﺎﺗﻨﺎ ﺍﻟﺪﻴﺎ ﻧﻤﻮﺕ ﻭﻧﺤﻴﺎ ﻭــﻳﻬﻠِﻜﹸﻨﺎ ﺇِﻻﱠ ﺍﻟﺪﺎ ﻟﹶﻬ ﺑِﺬﹶﻟِﻚ ﻣِﻦ ﻋِﻠﹾﻢٍ ﺇِﻥﹾ ﻫ ﺇِﻻﱠ ﻇﹸﻨﻥﹶ ﻭﺇِﺫﹶﺍ ﺗﺘﻠﹶﻰ ﻋﻠﹶﻴﻬِﻢ ﺀَﺍﻳﺎﺗﻨﺎ ﻨﺎﺕٍ ﻣﺎ ﻛﹶــﺎﻥ ﺣﺘﻬ ﺇِﻻﱠ ﺃﹶﻥﹾ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺍﺋﹾﺘﻮﺍ ﺑِﺂﺑﺎﺋِﻨﺎ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨﺘﻢ ﺻﺎﺩِﻗِﲔ

Dan mereka berkata, ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja. Kita mati dan kita hidup , dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.’ Dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah

KonsepMenerimaPendapatLain  57

menduga-duga saja. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada bantahan mereka selain dari mengatakan, ‘Datangkanlah nenek moyang kami jika kamu adalah orang-orang yang benar.’ Katakanlah, ‘Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya.’ Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (TQS. al-Jâtsiyah [45]: 24-26)

Bahkan ayat-ayat dalam Surat al-Kahfi, yang mereka gunakan sebagai dalil pembenar dialog antar agama, juga tidak beranjak dari gaya penuturan yang menyanggah konsep-konsep kufur. Demikian pula, dialog yang terjadi –yang menurut pendapat mereka hanya sekedar dialog ilmiah hanya untuk memahami– sesungguhnya merupakan dialog yang diarahkan untuk memahami dan menolak pemikiran yang kufur. Hal ini dengan jelas dapat dilihat dari sanggahan salah seorang dari keduanya – yang mukmin – yang menolak pendapat kufur kawannya. Selengkapnya ayat tersebut adalah,


ﻚﹶﻘﹶﻠﺧ ﻱِﺬﱠﻟﺎِﺑ ﺮﹶﻔﹶﻛﹶﺃ ﻩﺭِﻭﺎﺤﻳ ﻮﻫﻭ ﻪﺒِﺣﺎ ﻪﹶﻟ ﻝﺎﹶﻗ

58                                    BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan

ﻣِﻦ ﺗﺮﺍﺏٍ ﺛﹸﻢ ﻣِﻦ ﻧﻄﹾﻔﹶﺔٍ ﺛﹸﻢﺍﻙﻼﹰ ﻟﹶﻜِﻨﺎ ﻫ ﺍﷲُ ﺭﺑﻲ ﻭﻻﹶ ﺃﹸﺷﺮِﻙ ﺑِﺮﺑﻲ ﺃﹶﺣﺍ ﻭﻟﹶﻮﻻ ﺇِﺫﹾ ﺩﻠﹾﺖ

ﺘﻚ ﻗﹸﻠﹾﺖﺎ ﺷﺎﺀَ ﺍﷲُ ﻻﹶ ﻗﹸﻮﺓﹶ ﺇِﻻﱠ ﺑِﺎﷲ ﺇِﻥﹾ ﺗﺮﻥِ ﺃﹶﻧــﺎ ﺃﹶَﻗﹶﻞﱠ ﻣِﻨﺎﻻﹰ ﻭﻟﹶﺪ ﺍ ﻓﹶﻌﻰ ﺭﺑﻲ ﺃﹶﻥﹾ ﻳﺆﺗِﻴﻦ ﺧﺍ ﻣِﻦﻨﺘِﻚ ﻭﻳﺮﺳِﻞﹶ ﻋﻠﹶﻴﺎ ﺣﺒﺎﻧﺎ ﻣِﻦ ﺍﻟﺴﺎﺀِ ﻓﹶﺘﺒِﺢ ﻋِﻴﺍ ﺯﻟﹶﻘﹰﺎ ﺃﹶﻭ ﻳﺼﺒِﺢﺎﺅﺎ ﻏﹶﻮﺍ ﻓﹶﻠﹶﻦ ﺗﺴﺘﻄِﻴﻊ ﻟﹶﻪ ﻃﹶﻠﹶﺒ

Kawannya (yang mukmin) berkata, ‘Apakah kamu kafir kepada Tuhan yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu Dia menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?’ Tetapi aku percaya bahwa Dia-lah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Tuhanku. Dan mengapa kamu tatkala memasuki kebunmu tidak mengucapkan, ‘Maasya Allah, laa quwwata illa billah’ sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan. Maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberikan kepadaku kebun yang lebih

KonsepMenerimaPendapatLain  59

baik daripada kebunmu; dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan dari langit kepada kebunmu, sehingga kebun itu menjadi tanah yang licin. Atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali kamu tidak akan dapat menemukannya lagi. (TQS. al-Kahfi [18]: 37-41)

Jadi, bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa kawan dialognya tidak mengeluarkan penilaian manakala ia berkata, “Apakah kamu kafir kepada Tuhan yang menciptakan kamu”. Kemudian kawannya itu mengarahkannya untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan, yaitu mengucapkan, “Maasya Allah, laa quwwata illa billah” (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Kemudian kawannya menjelaskan tentang kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa (Al Qadir), Sang Pencipta yang mampu mengirimkan petir dan badai dari langit dan mengeringkan mata airnya. Jadi, bagaimana mungkin dialog seperti itu dapat dikatakan sebagai dialog antar agama yang tanpa batasan atau syarat-syarat tertentu, atau dialog tanpa memberi peuilaian dan menerima pendapat kufur sebagaimana adanya?

60                                    BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan

Sedangkan terhadap penggunaan ayat-ayat lainnya sebagai dalil bagi dialog antar agama, seperti

firman Allah,

ﻗﹸﻞﹾ ﻳﺎﺃﹶﻳﺎ ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺮﻭﻥ ﻻﹶ ﺃﹶﻋﺒﺪ ﻣﺗﻌﺒﺪﻭﻥﹶ ﻭﻻﹶ ﺃﹶﻧﺘﻢ ﻋﺎﺑِﺪﻭﻥﹶ ﻣﺎ ﺃﹶﻋﺒﺪ

Katakanlah, ‘Hai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah . Dan kamu

bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. (TQS. al-Kafirun [109]: 1-3)


untuk dialog dengan kaum kafir; dan dengan firman Allah Swt. :

ﺇِﻥﹾ ﺃﹶﺣ ﻣِﻦ ﺍﻟﹾﻤﺮِﻛِﲔ ﺍﺳﺘﺠﺎﺭﻙ ﻓﹶﺄﹶﺟِﺮــﻳﺴﻊ ﻛﹶﻼﹶﻡ ﺍﷲِ ﺛﹸﻢ ﺃﹶﺑﻠِﻐﺄﹾﻣﻨﻪ

Dan jika seorang di antara kaum musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. (TQS. at-Taubah [9]: 6)

KonsepMenerimaPendapatLain  61

untuk dialog dengan musrikin; maka hal ini merupakan kesimpulan yang keliru dan keluar dari konteks sebenarnya. Surat al-Kafirun jelas merupakan pernyataan penilaian kepada mereka, yaitu bahwa mereka adalah kaum kafir dan akan tetap dalam kekafirannya. Allah Swt. mengetahui bahwa mereka tidak akan pernah beriman, dan kemudian Allah menyampaikan kepada Rasulullan saw. tentang hal ini. Selanjutnya, Allah memerintahkan Rasulullah saw. untuk menyampaikan hal ini kepada mereka dan menolak tawaran mereka untuk saling berganti sesembahan masing-masing selama satu tahun. Dengan demikian, sebenarnya sama sekali tidak ada lagi ruang bagi dialog ketika Allah Swt. telah menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah beranjak dari kekafirannya sampai ajal menjelang. Surat ini ditujukan kepada sekelompok orang tertentu. Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya, karena ada beberapa orang di antara kelompok tersebut yang mati, ada pula yang tewas terbunuh, dan tak seorang pun di antara mereka yang beriman. Sedangkan firman Allah,


ــﺮِﺟﹶﺄﹶﻓ ﻙﺭﺎﺳﺍ ﲔِﻛِﺭﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻣﺣﹶﺃ ﻥِﺇﹾﻭـﻣﹾﺄﻐِﻠﺑﹶﺃ ﻢﹸﺛ ﷲﺍِ ﻡﹶﻼﹶﻛ ﻊﻤ

16       BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan

Dan jika seorang di antara kaum musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. (TQS. at-Taubah [9]: 6)

Dari ayat ini, tidak ada dalil yang dapat digunakan untuk mendukung dialog antar agama yang dilakukan dalam suasana persamaan. Ayat ini justru memerintahkan kaum Muslim untuk mengusahakan agar kaum musyrik berkesempatan mendengarkan firman Allah, sehingga mereka bisa beriman atau ditempatkan di tempat yang aman.

Jadi, ayat ini berbicara mengenai pemberian perlindungan bagi kaum musyrik yang ingin tahu tentang Islam. Kepada mereka Islam dijelaskan dengan cara tertentu, sehingga diharapkan mereka mau beriman. Tidak ada dalil dalam ayat tersebut bagi suatu dialog yang dilakukan untuk sekedar mengetahui pendapat mereka, dalam posisi sama dan setara di antara kedua agama tanpa penilaian terhadap mereka. Ayat itu dengan jelas menetapkan bahwa ia musyrik, sehingga merupakan penilaian terhadap mereka sebagai orang-orang musyrik. Tidak perlu ada dialog untuk mengetahui

KonsepMenerimaPendapatLain  63

pendapat mereka. Yang perlu dilakukan adalah mengusahakan agar mereka mendengarkan ayat-ayat al-Quran. Dengan demikian, tidak tepat menjadikan ayat tersebut sebagai dalil bagi dialog antar agama.


***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar