Konsep Menerima Pendapat
Lain
Menerima agama dan peradaban lain, dengan tujuan hanya untuk mengetahui
pendapat mereka –tanpa memberi penilaian (judgement) kepada mereka, serta tanpa
membantah pendapatnya– jelas bukan merupakan metode yang Islami. Sebaliknya,
al-Quran sepenuhnya menentang cara-cara seperti itu. Bila al-Quran menjelaskan
pemikiran dan pernyataan yang kufur, ia selalu melanjutkannya dengan pemikiran
dan pernyataan yang benar sekaligus membantah kekufuran tersebut. Ayat-ayat
berikut ini adalah sejumlah contohnya.
ﺩﺇ ﺎﹰﺌﻴﺷ ﻢﺘﹾﺌِﺟ ﺪﹶﻘﹶﻟ ﺍﺪﹶﻟﻭ ﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ﺬﹶﺨﺗﺍ ﺍﻮﹸﻟﺎﹶﻗﻭ ﺽﺭَﻷﺍ ﻖــﺸﻨﺗﻭ ﻪــﻨِﻣ ﻥﺮﱠﻄﹶﻔﺘﻳ ﺕﺍﻮﻤﺴﻟﺍ ﺩﺎﹶﻜﺗ
ﻭَﺗﺨِﺮ ﺍﻟﹾﺠِﺒﺎﻝﹸ ﻫﺪﺍ ﺃﹶﻥﹾ ﺩﻋﻮﺍ ﻟِﻠﺮﺣﻤﻦ ﻭﻟﹶﺪﺍ ﻭﻣﺎ ﻳﻨﺒﻐِﻲ ﻟِﻠﺮﺣﻤﻦ ﹶﺃﻥﹾ ﻳﺘﺨِﺬﹶ ﻭﻟﹶﺪﺍ
Dan mereka
berkata, ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak.’ Sesungguhnya kamu telah
mendatangkansuatuperkara yang sangatmunkar; hampir-hampir langit pecah karena
ucapan tersebut, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka
mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan
Yang Maha Pemurah
mempunyai anak. (TQS. Maryam [19]: 88-92)
Demikian juga,
ﻭﻳﻘﹸﻮﻟﻮﻥﹶ
ﻣﺘﻰ
ﻫﺬﹶﺍ
ﺍﻟﹾﻮﻋﺪ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨﺘﻢ ﺻــﺎﺩِﻗِﲔ ﻟﹶﻮ ﻳﻌﻠﹶﻢ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻛﹶﻔﹶﺮﻭﺍ ﺣِﲔ ﻻﹶ ﻳﻜﹸﻔﱡﻮﻥﹶ ﻋﻦ ﻭﺟﻮﻫِﻬِﻢ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻻﺍﹶ ﻋﻦ ﻇﹸﻬﻮﺭِﻫِﻢ ﻭﻻﹶ ﻫﻢ ﻳﻨﺼﺮﻭﻥﹶ ﺑﻞﹾ ﺗﺄﹾﺗِﻴﻬِﻢ ﺑﻐﺘﺔﹰ ﻓﹶﺘﺒﻬﺘﻬﻢ ﻓﹶﻼﹶ ﻳﺴﺘﻄِﻴﻌﻮﻥﹶ ﺭﺩﻫﺎ ﻭﻻﹶ ﻫﻢ ﻳﻨﻈﹶﺮﻭﻥ
Mereka
berkata, ‘Kapankah janji itu akan datang, jika kamu sekalian adalah orang-orang
yang benar?’
74
KonsepMenerimaPendapatLain
Andaikata orang-orang kafir itu mengetahui,
waktu mereka itu tidak mampu mengelakkan api neraka dari wajah mereka dan dari
punggung mereka, sedang mereka tidak mendapat pertolongan. Sebenarnya azab itu
akan datang kepada mereka dengan sekonyong-konyong, lalu membuat mereka panik,
maka mereka tidak sanggup menolaknya dan tidak pula mereka diberi
tangguh. (TQS. al-Anbiya [21]: 38-40)
Atau firman Allah Swt.,
ﻭﺇِﺫﹾ ﻗﹸﻠﹾﺘﻢ ﻳﺎﻣﻮﺳﻰ ﻟﹶﻦ ﻧﺆﻣِﻦ ﻟﹶﻚ ﺣﺘــﻰ
ﻧــﺮﻯ ﺍﷲَ ﺟﻬﺮﺓﹰ ﻓﹶﺄﹶﺧﺬﹶﺗﻜﹸﻢ ﺍﻟﺼﺎﻋِﻘﹶﺔﹸ ﻭﺃﹶﻧﺘﻢ ﺗﻨﻈﹸــﺮﻭﻥﹶ
Dan ketika kamu berkata , ‘Wahai Musa, kami
tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang.’ Karena
itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya. (TQS . al-Baqarah
[2]: 55)
Allah juga berfirman,
ﻭﺇِﺫﹶﺍ ﻗِﻴﻞﹶ ﻟﹶﻬﻢ ﺀَﺍﻣِﻨﻮﺍ ﺑِﻤﺎ ﺃﹶﻧﺰﻝ ﺍﷲُ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻧﺆ ﻣِﻦ ﺑِﻤــﺎ ﺃﹸﻧﺰِﻝﹶ ﻋﻠﹶﻴﻨﺎ ﻭﻳﻜﹾﻔﹸﺮﻭﻥﹶ ﺑِﻤﺎ ﻭﺭﺍﺀَﻩ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﹾﺤﻖ ﻣﺼــﺪﻗﹰﺎ
ﻟِﻤﺎ ﻣﻌﻬﻢ ﻗﹸﻞﹾ
ﻓﹶﻠِﻢ ﺗﻘﹾﺘﻠﹸﻮﻥﹶ ﺃﹶﻧﺒِﻴﺎﺀَ ﺍﷲِ
ﻣِﻦ
ﻗﹶﺒﻞﹸ
ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨﺘﻢ
ﻣﺆﻣِﻨِﲔ
Dan
apabila dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kepada al-Quran yang diturunkan
Allah.’ Mereka berkata, ‘Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada
kami.’ Dan mereka kafir kepada al-Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang
al-Quran itu adalah kitab yang hak, yang membenarkan apa yang ada pada mereka.
Katakanlah, ‘Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika kamu
-
benar orang-orang yang
beriman. (TQS. al Baqarah [2]: 91)
Demikian pula ayat al-Quran,
ﻭﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻟﹶﻦ ﻳﺪﺧﻞﹶ ﺍﻟﹾﺠﻨﺔﹶ ﺇِﻻﱠ
ﻣﻦ ﻛﹶــﺎﻥﹶ
ﻫــﻮﺩﺍ ﺃﹶﻭ ﻧﺼﺎﺭﻯ ﺗِﻠﹾﻚ ﺃﹶﻣﺎﻧِﻴﻬﻢ ﻗﹸﻞﹾ ﻫﺎﺗﻮﺍ ﺑﺮﻫﺎﻧﻜﹸﻢ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨﺘــﻢ ﺍﺩِﻗِﻴﻦ ﺑﻠﹶﻰ ﻣﻦ ﺃﹶﺳﻠﹶﻢ ﻭﺟﻬﻪ ﻟِﻠﱠﻪ ﻭﻫﻮ ﻣﺤﺴِﻦ ﻓﹶﻠﹶﻪ ﺃﹶﺟﺮﻩ ﻋِﻨﺪ ﺭﺑﻪِ ﻭﻻﹶ ﺧﻮﻑ ﻋﻠﹶﻴﻬِﻢ ﻭﻻﹶ ﻫﻢ ﻳﺤﺰﻧﻮﻥﹶ
94
KonsepMenerimaPendapatLain
Dan mereka
berkata, ‘Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang Yahudi dan
Nasrani.’ Yang demikian itu hanya angan-angan mereka yang kosong belaka.
Katakanlah, ‘Tunjukkan bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang
benar.’ Namun barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat
kebajikan, maka baginya pahala dari sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran
terhadap
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. (TQS. al-Baqarah [2]: 111-112)
ﻭﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺍﺗﺨﺬﹶ
ﺍﷲُ ﻭﻟﹶﺪﺍ
ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ
ﺑﻞﹾ
ﻟﹶﻪ
ﻣــﺎ ﻓِــﻲ
ﺍﻟﺴﻤﻮﺍﺕِ
ﻭﺍﻷَﺭﺽِ
ﻛﹸﻞﱞ ﻟﹶــﻪ ﻗﹶــﺎﻧِﺘﻮﻥﹶ
Mereka
(orang kafir) berkata, ‘Allah mempunyai anak. ’ Maha Suci Allah, bahkan apa
yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Semua tunduk kepada-Nya.
(TQS. al-Baqarah [2]: 116)
Demikian pula firman Allah,
ﻭﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻛﹸﻮﻧﻮﺍ ﻫﻮﺩﺍ ﺃﹶﻭ ﻧﺼﺎﺭﻯ ﺗﻬﺘﺪﻭﺍ ﻗﹸﻞﹾ ﺑﻞﹾ ﻣِﻠﱠــﺔﹶ
ﺇِﺑﺮﺍﻫِﻴﻢ ﺣﻨِﻴﻔﹰﺎ ﻭﻣﺎ ﻛﹶﺎﻥ ﻣِﻦ ﺍﻟﹾﻤﺸﺮِﻛِﲔ
Dan
mereka berkata, ‘Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani,
niscaya kamu mendapat petunjuk.’ Maka katakanlah, ‘Tidak, namun kami mengikuti
agama Ibrahim yang lurus. Dan bukanlah dia (Ibrahim) dari golongan orang yang
musyrik. (TQS. al-Baqarah [2]: 135)
ﺃﹶﻟﹶﻢ ﺗﺮ ﺇِﻟﹶﻰ ﺍﻟﱠﺬِﻱ ﺣﺎﺝ ﺇِﺑﺮﺍﻫِﻴﻢ
ﻓِﻲ ﺭﺑﻪِ
ﺃﹶﻥﹾ ﺀَﺍﺗﺎﻩ ﺍﷲُ ﺍﻟﹾﻤﻠﹾﻚ ﺇِﺫﹾ ﻗﹶﺎﻝ ﺇِﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺭﺑﻲ ﺍﻟﱠﺬِﻱ
ﻳﺤﻴِﻲ ﻭﻳﻤِﻴﺖ
ﻗﹶﺎﻝ ﺃﹶﻧﺎ
ﺃﹸﺣﻴِﻲ
ﻭﺃﹸﻣِﻴﺖ ﻗﹶﺎﻝ
ﺇِﺑﺮﺍﻫِﻴﻢ ﻓﹶﺈِﻥﱠ
ﺍﷲَ ﻳﺄﹾﺗِﻲ
ﺑِﺎﻟﺸﻤﺲ ﻣِﻦ ﺍﻟﹾﻤﺸﺮِﻕ ﻓﹶﺄﹾﺕِ
ﺑِﻬﺎ
ﻣِﻦ
ﺍﻟﹾﻤﻐﺮِﺏ ﻓﹶﺒﻬِﺖ ﺍﻟﱠﺬِﻱ
ﻛﹶﻔﹶﺮ
ﻭﺍﷲُ
ﻻﹶ ﻳﻬﺪِﻱ ﺍﻟﹾﻘﹶﻮﻡ ﺍﻟﻈﱠﺎﻟِﻤِﲔ
Apakah
kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya, karena
Allah
telah
memberikan kepada orang itu kekuasaan. Ketika Ibrahim mengatakan, ‘Tuhanku
adalah Yang menghidupkan dan mematikan’ maka orang itu berkata, ‘Aku dapat
menghidupkan dan mematikan.’ Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan
matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.’
10
KonsepMenerimaPendapatLain
Lalu heran terdiamlah orang kafir itu. Dan Allah
tidak
memberi petunjuk kepada orang yang zhalim. (TQS.
al-Baqarah [2]: 258)
Sekalipun
ayat di atas (TQS. al-Baqarah [2]: 258)
berkisah tentang syariat kaum sebelum kita (syar’u
man qablana), tetapi ayat tersebut diawali dengan bunyi “alam tara” (tidakkah
kamu perhatikan). Jadi kita kaum Muslim juga menjadi mukhathab (sasaran
pembicaraan) dari ayat tersebut. Allah Swt. juga berfirman:
ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻹِﺧﻮﺍﻧِﻬِﻢ ﻭﻗﹶﻌﺪﻭﺍ ﻟﹶﻮ ﺃﹶﻃﹶﺎﻋﻮﻧﺎ ﻣﺎ ﻗﹸﺘِﻠﹸﻮﺍ ﻗﹸﻞﹾ ﻓﹶﺎﺩﺭﺀُﻭﺍ ﻋﻦ ﺃﹶﻧﻔﹸﺴِﻜﹸﻢ ﺍﻟﹾﻤﻮﺕ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨﺘﻢ ﺻﺎﺩِﻗِﲔ
Orang-orang
yang mengatakan tentang saudara-saudaranya, sedangkan mereka tidak ikut
berperang, ‘Sekiranya mereka mengikuti kita, tentulah mereka tidak terbunuh.’
Maka katakanlah, ‘Tolaklah kematian
itu
dari dirimu, jika kamu orang -orang yang benar. (TQS. Ali ‘Imran [3]: 168)
Demikian pula,
ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺇِﻥﱠ ﺍﷲَ ﻋﻬِﺪ ﺇِﻟﹶﻴﻨﺎ ﺃﹶﻻﱠ
ﻧﺆﻣِﻦ ﻟِﺮﺳﻮﻝٍ ﺣﺘﻰ
ﻳﺄﹾﺗِﻴﻨﺎ ﺑِﻘﹸﺮﺑﺎﻥٍ
ﺗﺄﹾﻛﹸﻠﹸﻪ ﺍﻟﻨﺎﺭ ﻗﹸﻞﹾ
ﻗﹶﺪ
ﺟﺎﺀَﻛﹸﻢ ﺭﺳﻞﹲ ﻣِــﻦ ﻗﹶﺒﻠِﻲ ﺑِﺎﻟﹾﺒﻴﻨﺎﺕ ﻭﺑِﺎﻟﱠﺬِﻱ
ﻗﹸﻠﹾﺘﻢ ﻓﹶﻠِﻢ ﻗﹶﺘﻠﹾﺘﻤﻮﻫﻢ ﺇِﻥﹾ
ﻛﹸﻨﺘــﻢ ﺻﺎﺩِﻗِﲔ
Yaitu orang-orang (Yahudi) yang mengatakan,
‘Sesungguhnya Allah telahmemerintahkan kepada kami supaya kami jangan beriman
kepada seorang rasul sebelum dia mendatangkan kepada kami korban yang dimakan
api.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya telah datang kepada kamu beberapa orang rasul
sebelum aku (Muhammad) membawa keterangan-keterangan yang nyata dan membawa apa
yang kamu sebutkan, maka mengapa kamu membunuh mereka jika kami memang
orang-orang yang benar. (TQS. Ali ‘Imran: 183)
Dan Allah berfirman,
ﻭﻗﹶﺎﻟﹶﺖِ ﺍﻟﹾﻴﻬﻮﺩ ﻳﺪ ﺍﷲِ ﻣﻐﻠﹸﻮﻟﹶﺔﹲ ﻏﹸﻠﱠﺖ ﺃﹶﻳﺪِﻳﻬِﻢ ﻭﻟﹸﻌِﻨــﻮﺍ ﺑِﻤﺎ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺑﻞﹾ ﻳﺪﺍﻩ ﻣﺒﺴﻮﻃﹶﺘﺎﻥِ ﻳﻨﻔِﻖ ﻛﹶﻴﻒ ﻳﺸــﺎﺀُ
Orang-orang
Yahudi berkata, ‘Tangan Allah terbelenggu.’ Sebenarnya tangan merekalah yang
12
KonsepMenerimaPendapatLain
dibelenggu dan merekalah yang dilaknat
disebabkan apa yang telah mereka katakan. Tidak demikian, tetapi kedua tangan
Allah terbuka. Dia menafkahkan sebagaimana yang Dia kehendaki. (TQS. al-Mâidah
[5]: 64)
Atau firman- Nya,
ﺳﻴﻘﹸﻮﻝ
ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ
ﺃﹶﺷﺮﻛﹸﻮﺍ ﻟﹶﻮ ﺷﺎﺀَ ﺍﷲُ ﻣﺎ ﺃﹶﺷﺮﻛﹾﻨﺎ ﻭﻻﹶ ﺀَﺍﺑﺎﺅﻧﺎ ﻭﻻﹶ ﺣﺮﻣﻨﺎ ﻣِﻦ ﺷﻲﺀٍ ﻛﹶﺬﹶﻟِﻚ ﻛﹶﺬﱠﺏ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻣِﻦ ﻗﹶﺒﻠِﻬِﻢ ﺣﺘﻰ ﺫﹶﺍﻗﹸﻮﺍ
ﺑﺄﹾﺳﻨﺎ ﻗﹸﻞﹾ
ﻫﻞﹾ
ﻋِﻨﺪﻛﹸﻢ ﻣِــﻦ ﻋِﻠﹾــﻢٍ
ﻓﹶﺘﺨﺮِﺟﻮﻩ ﻟﹶﻨﺎ ﺇِﻥﹾ
ﺗﺘﺒِﻌــﻮﻥﹶ ﺇِﻻﱠ ﺍﻟﻈﱠــﻦ ﻭﺇِﻥﹾ ﺃﹶﻧﺘــﻢ ﺇِﻻﱠ
ﺗﺨﺮﺻﻮﻥﹶ
Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan akan
mengatakan, ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak
mempersekutukan-Nya dan tidak pula kami mengharamkan barang sesuatupun.’
Demikian pula orang-orang sebelum mereka telah mendustakan (para rasul) sampai
mereka merasakan siksaan Kami. Katakanlah,
‘Adakah
kamu mengetahui sesuatu pengetahuan sehingga dapat kamu kemukakan kepada Kami?’
Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu tidak lain hanya
berdusta. (TQS. al-An’âm [6]: 148)
Dan juga,
ﻭﻗﹶﺎﻟﹶﺖِ ﺍﻟﹾﻴﻬﻮﺩ ﻋﺰﻳﺮ ﺍﺑﻦ ﺍﷲِ ﻭﻗﹶﺎﻟﹶــﺖِ
ﺍﻟﻨﺼــﺎﺭﻯ
ﺍﻟﹾﻤﺴِﻴﺢ ﺍﺑﻦ ﺍﷲِ ﺫﹶﻟِﻚ ﻗﹶﻮﻟﹸﻬﻢ ﺑِﺄﹶﻓﹾﻮﺍﻫِﻬِﻢ ﻳﻀﺎﻫِﺌﹸﻮﻥﹶ ﻗﹶﻮﻝ ﺍﻟﱠــﺬِﻳﻦ ﻛﹶﻔﹶــﺮﻭﺍ ﻣِــﻦ ﻗﹶﺒــﻞﹸ ﻗﹶــﺎﺗﻠﹶﻬﻢ ﺍﷲُ ﺃﹶﻧــﻰ
ُﺆﻳﻓﹶﻜﹸﻮﻥ ﺍﺗﺨﺬﹸﻭﺍ ﺃﹶﺣﺒﺎﺭﻫﻢ ﻭﺭﻫﺒﺎﻧﻬﻢ ﺃﹶﺭﺑﺎﺑﺎ ﻣِﻦ ﺩﻭﻥِ ﺍﷲِ ﻭﺍﻟﹾﻤﺴِﻴﺢ ﺍﺑﻦ ﻣﺮﻳﻢ ﻭﻣﺎ ﺃﹸﻣِﺮﻭﺍ ﺇِﻻﱠ ﻟِﻴﻌﺒــﺪﻭﺍ ﺇِﻟﹶﻬﺎ ﻭﺍﺣِﺪﺍ ﻻﹶ ﺇِﻟﹶﻪ ﺇِﻻﱠ ﻫﻮ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻋﻤﺎ ﻳﺸــﺮِﻛﹸﻮﻥﹶ
Orang
-orang Yahudi berkata, ‘Uzair itu anak Allah’ dan orang Nasrani berkata, ‘Al
Masih itu anak Allah.’ Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka.
Mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Allah melaknat
mereka, bagaimana
14
KonsepMenerimaPendapatLain
mereka sampai berpaling? Mereka menjadikan orang-orang alim dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah. Dan juga mereka mempertuhankan
Al Masih putera Maryam. Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha
Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan. (TQS. at-Taubah [9]: 30-31)
ﻭﺇِﺫﹶﺍ ﺗﺘﻠﹶﻰ ﻋﻠﹶﻴﻬِﻢ ﺀَﺍﻳﺎﺗﻨﺎ ﺑﻴﻨﺎﺕٍ ﻗﹶﺎﻝ ﺍﻟﱠﺬِﻳﻦ ﻻﹶ ﻳﺮﺟﻮﻥﹶ ﻟِﻘﹶﺎﺀَﻧﺎ ﺍﺋﹾﺖِ ﺑِﻘﹸﺮﺀَﺍﻥٍ ﻏﹶﻴﺮِ ﻫﺬﹶﺍ ﺃﹶﻭ ﺑﺪﻟﹾﻪ ﻗﹸﻞﹾ ﻣﺎ ﻳﻜﹸﻮﻥ ﻟِﻲ ﺃﹶﻥﹾ ﺃﹸﺑﺪﻟﹶﻪ ﻣِﻦ ﺗِﻠﹾﻘﹶﺎﺀِ ﻧﻔﹾﺴِﻲ ﺇِﻥﹾ ﺃﹶﺗﺒِﻊ ﺇِﻻﱠ ﻣﺎ ﻳﻮﺣﻰ ﺇِﻟﹶــﻲ ﺇِﻧﻲ ﺃﹶﺧﺎﻑ ِﺇﻥﹾ
ﻋﺼﻴﺖ ﺭﺑﻲ ﻋﺬﹶﺍﺏ ﻳﻮﻡٍ ﻋﻈِﻴﻢٍ ﻗﹸﻞﹾ
ﻟﹶﻮ ﺷﺎﺀَ ﺍﷲُ
ﻣﺎ
ﺗﻠﹶﻮﺗﻪ ﻋﻠﹶﻴﻜﹸﻢ ﻭﻻﹶ ﺃﹶﺩﺭﺍﻛﹸﻢ
ﺑِﻪ ﻓﹶﻘﹶﺪ ﻟﹶﺒِﺜﹾﺖ ﻓِﻴﻜﹸﻢ ﻋﻤﺮﺍ ﻣِﻦ ﻗﹶﺒﻠِﻪ ﺃﹶﻓﹶﻼ
ﺗﻌﻘِﻠﹸﻮﻥﹶ
Dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang
tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata, ‘Datangkanlah al-Quran yang
lain dari ini atau gantilah ia.’ Maka katakanlah, ‘Tidaklah patut bagiku
menggantinya dari
pihak
diriku sendiri. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.
Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar
(kiamat).’ Katakanlah, ‘Jikalau Allah menghendaki, niscaya aku tidak akan
membacakannya kepadamu, dan
Allah
tidak pula memberitahukannya kepadamu. Sesungguhnya aku telah tinggal bersamamu
beberapa lama sebelumnya. Maka
tidakkah kamu memikirkannya?’
(TQS. Yunus [10]: 15-16)
Allah juga berfirman,
ﻭﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﻣﺎ ﻫِﻲ ﺇِﻻﱠ ﺣﻴﺎﺗﻨﺎ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻧﻤﻮﺕ ﻭﻧﺤﻴﺎ ﻭﻣــﺎ ﻳﻬﻠِﻜﹸﻨﺎ ﺇِﻻﱠ ﺍﻟﺪﻫﺮ ﻭﻣﺎ ﻟﹶﻬﻢ ﺑِﺬﹶﻟِﻚ ﻣِﻦ ﻋِﻠﹾﻢٍ ﺇِﻥﹾ ﻫﻢ ﺇِﻻﱠ ﻇﹸﻨﻮﻥﹶ ﻭﺇِﺫﹶﺍ ﺗﺘﻠﹶﻰ ﻋﻠﹶﻴﻬِﻢ ﺀَﺍﻳﺎﺗﻨﺎ ﺑﻴﻨﺎﺕٍ ﻣﺎ ﻛﹶــﺎﻥ
ﺣﺠﺘﻬﻢ ﺇِﻻﱠ ﺃﹶﻥﹾ ﻗﹶﺎﻟﹸﻮﺍ ﺍﺋﹾﺘﻮﺍ ﺑِﺂﺑﺎﺋِﻨﺎ ﺇِﻥﹾ ﻛﹸﻨﺘﻢ ﺻﺎﺩِﻗِﲔ
Dan mereka
berkata, ‘Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja. Kita mati
dan kita hidup , dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.’ Dan mereka
sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah
menduga-duga
saja. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang jelas, tidak ada
bantahan mereka selain dari mengatakan, ‘Datangkanlah nenek moyang kami jika
kamu adalah orang-orang yang benar.’ Katakanlah, ‘Allah-lah yang menghidupkan
kamu kemudian mematikan kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat
yang tidak ada keraguan padanya.’ Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (TQS.
al-Jâtsiyah [45]: 24-26)
Bahkan
ayat-ayat dalam Surat al-Kahfi, yang mereka gunakan sebagai dalil pembenar
dialog antar agama, juga tidak beranjak dari gaya penuturan yang menyanggah
konsep-konsep kufur. Demikian pula, dialog yang terjadi –yang menurut pendapat
mereka hanya sekedar dialog ilmiah hanya untuk memahami– sesungguhnya merupakan
dialog yang diarahkan untuk memahami dan menolak pemikiran yang kufur. Hal ini
dengan jelas dapat dilihat dari sanggahan salah seorang dari keduanya – yang mukmin
– yang menolak pendapat kufur kawannya. Selengkapnya ayat tersebut adalah,
ﻚﹶﻘﹶﻠﺧ ﻱِﺬﱠﻟﺎِﺑ ﺕﺮﹶﻔﹶﻛﹶﺃ ﻩﺭِﻭﺎﺤﻳ ﻮﻫﻭ ﻪﺒِﺣﺎﺻ ﻪﹶﻟ ﻝﺎﹶﻗ
ﻣِﻦ ﺗﺮﺍﺏٍ ﺛﹸﻢ ﻣِﻦ ﻧﻄﹾﻔﹶﺔٍ
ﺛﹸﻢ
ﺳﻮﺍﻙ ﺭﺟﻼﹰ ﻟﹶﻜِﻨﺎ ﻫﻮ ﺍﷲُ ﺭﺑﻲ ﻭﻻﹶ ﺃﹸﺷﺮِﻙ ﺑِﺮﺑﻲ ﺃﹶﺣﺪﺍ ﻭﻟﹶﻮﻻ ﺇِﺫﹾ
ﺩﺧﻠﹾﺖ
ﺟﻨﺘﻚ ﻗﹸﻠﹾﺖ ﻣﺎ ﺷﺎﺀَ ﺍﷲُ ﻻﹶ ﻗﹸﻮﺓﹶ ﺇِﻻﱠ ﺑِﺎﷲ ﺇِﻥﹾ ﺗﺮﻥِ ﺃﹶﻧــﺎ ﺃﹶَﻗﹶﻞﱠ ﻣِﻨﻚ ﻣﺎﻻﹰ ﻭﻭﻟﹶﺪ ﺍ ﻓﹶﻌﺴﻰ ﺭﺑﻲ ﺃﹶﻥﹾ ﻳﺆﺗِﻴﻦ ﺧﻴﺮﺍ ﻣِﻦ ﺟﻨﺘِﻚ ﻭﻳﺮﺳِﻞﹶ ﻋﻠﹶﻴﻬﺎ ﺣﺴﺒﺎﻧﺎ ﻣِﻦ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀِ ﻓﹶﺘﺼﺒِﺢ ﻋِﻴﺪﺍ ﺯﻟﹶﻘﹰﺎ ﺃﹶﻭ ﻳﺼﺒِﺢ ﻣﺎﺅﻫﺎ ﻏﹶﻮﺭﺍ ﻓﹶﻠﹶﻦ ﺗﺴﺘﻄِﻴﻊ
ﻟﹶﻪ
ﻃﹶﻠﹶﺒﺎ
Kawannya (yang mukmin) berkata, ‘Apakah kamu kafir kepada Tuhan yang
menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, lalu Dia menjadikan
kamu seorang laki-laki yang sempurna?’ Tetapi aku percaya bahwa Dia-lah Allah,
Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Tuhanku. Dan mengapa
kamu tatkala memasuki kebunmu tidak mengucapkan, ‘Maasya Allah, laa quwwata
illa billah’ sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan
keturunan. Maka mudah-mudahan Tuhanku akan memberikan kepadaku kebun yang lebih
baik daripada kebunmu; dan mudah-mudahan Dia
mengirimkan ketentuan dari langit kepada kebunmu, sehingga kebun itu menjadi
tanah yang licin. Atau airnya menjadi surut ke dalam tanah, maka sekali-kali
kamu tidak akan dapat menemukannya lagi. (TQS. al-Kahfi [18]: 37-41)
Jadi,
bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa kawan dialognya tidak mengeluarkan
penilaian manakala ia berkata, “Apakah kamu kafir kepada Tuhan yang menciptakan
kamu”. Kemudian kawannya itu mengarahkannya untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan, yaitu mengucapkan, “Maasya Allah, laa quwwata illa
billah” (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tidak ada kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah). Kemudian kawannya menjelaskan tentang
kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa (Al Qadir), Sang Pencipta yang mampu mengirimkan
petir dan badai dari langit dan mengeringkan mata airnya. Jadi, bagaimana
mungkin dialog seperti itu dapat dikatakan sebagai dialog antar agama yang
tanpa batasan atau syarat-syarat tertentu, atau dialog tanpa memberi peuilaian
dan menerima pendapat kufur sebagaimana adanya?
Sedangkan terhadap penggunaan ayat-ayat lainnya
sebagai dalil bagi dialog antar agama, seperti
firman Allah,
ﻗﹸﻞﹾ ﻳﺎﺃﹶﻳﻬﺎ
ﺍﻟﹾﻜﹶﺎﻓِﺮﻭﻥ
ﻻﹶ ﺃﹶﻋﺒﺪ
ﻣﺎ
ﺗﻌﺒﺪﻭﻥﹶ
ﻭﻻﹶ
ﺃﹶﻧﺘﻢ
ﻋﺎﺑِﺪﻭﻥﹶ
ﻣﺎ
ﺃﹶﻋﺒﺪ
Katakanlah, ‘Hai orang-orang kafir! Aku tidak
akan menyembah apa yang kamu sembah . Dan kamu
bukan
penyembah Tuhan yang aku sembah. (TQS. al-Kafirun [109]: 1-3)
untuk dialog dengan kaum kafir; dan dengan
firman Allah Swt. :
ﻭﺇِﻥﹾ ﺃﹶﺣﺪ ﻣِﻦ ﺍﻟﹾﻤﺸﺮِﻛِﲔ ﺍﺳﺘﺠﺎﺭﻙ ﻓﹶﺄﹶﺟِﺮﻩ ﺣﺘــﻰ
ﻳﺴﻤﻊ ﻛﹶﻼﹶﻡ ﺍﷲِ ﺛﹸﻢ ﺃﹶﺑﻠِﻐﻪ ﻣﺄﹾﻣﻨﻪ
Dan jika
seorang di antara kaum musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka
lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia
ke tempat yang aman baginya. (TQS. at-Taubah [9]: 6)
untuk dialog dengan
musrikin; maka hal ini merupakan kesimpulan yang keliru dan keluar dari konteks
sebenarnya. Surat al-Kafirun jelas merupakan pernyataan penilaian kepada
mereka, yaitu bahwa mereka adalah kaum kafir dan akan tetap dalam kekafirannya.
Allah Swt. mengetahui bahwa mereka tidak akan pernah beriman, dan kemudian
Allah menyampaikan kepada Rasulullan saw. tentang hal ini. Selanjutnya, Allah
memerintahkan Rasulullah saw. untuk menyampaikan hal ini kepada mereka dan
menolak tawaran mereka untuk saling berganti sesembahan masing-masing selama
satu tahun. Dengan demikian, sebenarnya sama sekali tidak ada lagi ruang bagi
dialog ketika Allah Swt. telah menyatakan bahwa mereka tidak akan pernah
beranjak dari kekafirannya sampai ajal menjelang. Surat ini ditujukan kepada
sekelompok orang tertentu. Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya, karena ada
beberapa orang di antara kelompok tersebut yang mati, ada pula yang tewas
terbunuh, dan tak seorang pun di antara mereka yang beriman. Sedangkan firman
Allah,
ﻰــﺘﺣ ﻩﺮِﺟﹶﺄﹶﻓ ﻙﺭﺎﺠﺘﺳﺍ ﲔِﻛِﺭﺶﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ﺪﺣﹶﺃ ﻥِﺇﹾﻭ ﻪـﻨﻣﹾﺄﻣ ﻪﻐِﻠﺑﹶﺃ ﻢﹸﺛ ﷲﺍِ ﻡﹶﻼﹶﻛ ﻊﻤﺴﻳ
16
BenturanPeradabanSebuahKeniscayaan
Dan jika seorang di antara kaum musyrikin itu
meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar
firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. (TQS.
at-Taubah [9]: 6)
Dari ayat ini, tidak ada dalil yang dapat
digunakan untuk mendukung dialog antar agama yang dilakukan dalam suasana
persamaan. Ayat ini justru memerintahkan kaum Muslim untuk mengusahakan agar
kaum musyrik berkesempatan mendengarkan firman Allah, sehingga mereka bisa
beriman atau ditempatkan di tempat yang aman.
Jadi, ayat ini berbicara mengenai pemberian perlindungan bagi kaum
musyrik yang ingin tahu tentang Islam. Kepada mereka Islam dijelaskan dengan
cara tertentu, sehingga diharapkan mereka mau beriman. Tidak ada dalil dalam
ayat tersebut bagi suatu dialog yang dilakukan untuk sekedar mengetahui
pendapat mereka, dalam posisi sama dan setara di antara kedua agama tanpa
penilaian terhadap mereka. Ayat itu dengan jelas menetapkan bahwa ia musyrik,
sehingga merupakan penilaian terhadap mereka sebagai orang-orang musyrik. Tidak
perlu ada dialog untuk mengetahui
pendapat mereka. Yang perlu
dilakukan adalah mengusahakan agar mereka mendengarkan ayat-ayat al-Quran.
Dengan demikian, tidak tepat menjadikan ayat tersebut sebagai dalil bagi dialog
antar agama.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar